Ada ”Pelangi” Menjelang Hujan di DKI
Warga Jakarta tentu belum lupa dengan banjir besar yang menggenangi Ibu Kota pada malam pergantian tahun 2020. Mimpi buruk itu kini coba ditepis oleh ”pasukan pelangi”.
Senin (19/10/2020) siang, Ismed Slamet (60) dan tiga rekannya terlihat menambal jalan rusak di Jalan KS Tubun, Palmerah, Jakarta Barat. Mereka juga memperbaiki mulut air yang rusak. Pasukan kuning dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Barat ini seketika mempercepat pekerjaannya begitu melihat awan mendung.
Tak berselang lama, gerimis turun. Mereka bergegas menaikkan karung-karung semen dan pasir serta pecahan beton ke atas mobil bak terbuka. Belum kering hasil kerja mereka, hujan telanjur menyambangi bumi.
Baca juga : Hujan Deras 3 Jam, 30 RT di Ibu Kota Tergenang
Bagi Ismed, ini bukan pertama kalinya ia harus bekerja sambil berkejaran dengan hujan. Pemandangan serupa, menurut dia, hampir terjadi setiap hari menjelang dimulainya musim hujan.
”Dari tahun ke tahun, menjelang musim hujan, yang harus kami perbaiki ya jalan rusak dan mulut air. Kadang belum selesai, sudah hujan,” ujar Ismed yang juga salah satu koordinator satuan tugas Bina Marga area Kecamatan Palmerah.
Siang itu, Ismed dan kawan-kawan tidak hanya menambal jalan dan memperbaiki mulut air yang sudah rusak. Mereka juga menyingkirkan sampah dan lumpur yang menyumbat di dalam mulut air.
Mulut air adalah pintu masuk air menuju gorong-gorong. Jika rusak atau tersumbat, dapat dipastikan jalan di sekitarnya akan tergenang saat hujan. Untuk mengantisipasi hal ini, Ismed dan tim terus berkeliling untuk menambah mulut air di sejumlah titik.
”Di Jalan S Parman, Slipi, misalnya, genangan cukup banyak. Akhirnya kami tambah mulut air biar semakin banyak air yang masuk. Yang sudah ada satu, kami tambah satu. Yang tidak ada, kami buat dua,” ujarnya.
Datangnya musim hujan juga membuat Ismed dan tim meningkatkan kewaspadaan. Sejak sebulan ini, setiap malam Ismed selalu menugaskan dua anggotanya untuk memantau jalan-jalan yang tergenang air pada saat hujan. Hasil pemantauan itu akan diatasi Ismed dan tiga anggota lain, keesokan harinya.
Di Jalan S Parman, Slipi, misalnya, genangan cukup banyak. Akhirnya kami tambah mulut air biar semakin banyak air yang masuk. Yang sudah ada satu, kami tambah satu. Yang tidak ada, kami buat dua.
Ismed dan tim juga terlibat dalam kegiatan ”Grebek Lumpur” yang dilakukan di area Taman Cattleya, Palmerah, beberapa waktu silam. Mereka membantu petugas dari Dinas Sumber Daya Air untuk mengangkat lumpur agar saluran gorong-gorong dapat mengalirkan air dengan optimal.
Baca juga : ”Grebek Lumpur” Mengantisipasi Musim Hujan di Jakarta
Pekerjaan pasukan kuning ini semakin tak mudah karena dua pekan lalu mereka juga harus berjibaku mengatasi kerusakan fasilitas umum akibat kerusuhan di ujung demonstrasi. Seperti pada Jumat (9/10/2020), mereka harus mengecat median concrete barrier (MCB) yang dicorat-coret oleh massa.
”Kami ikut ngecat marka jalan beton di Jalan Suryopranoto, Gambir. Isinya coretan-coretan semua kemarin di sana,” ungkap pria yang sudah lima tahun menjadi anggota satgas Bina Marga ini.
Sekitar tiga kilometer dari lokasi Ismed, tepatnya di taman depan Museum Tekstil, Suharjono (60) beristirahat di bawah pohon. Anggota pasukan hijau dari Suku Dinas Pemakaman dan Pertamanan Jakarta Barat ini baru selesai menyapu taman di area kerjanya.
Bagi Suharjono, beberapa hari ke depan akan menjadi hari yang berat. Sebab, musim hujan kembali datang. Itu tandanya ia harus siap memantau pohon-pohon tua di kawasan Jakarta Barat selama 24 jam.
Jika ada pohon yang tumbang, ia wajib melaporkan kepada atasan. Sebaliknya, ia juga harus siap menerima panggilan dari atasan apabila ada pohon tumbang. Meski area kerjanya di taman Museum Tekstil, Suharjono sudah menjadi andalan untuk memantau pohon-pohon tua di Jakarta Barat.
”Pohon di dalam museum itu sudah sejak zaman (penjajahan) Jepang. Ambruk tahun lalu. Wah, itu saya bersihin sendirian berhari-hari,” ungkap pria yang sehari-hari tinggal di kamar kos di Kemanggisan, Jakarta Barat, ini.
Tak hanya berurusan dengan pohon. Suharjono juga berusaha menjaga agar tidak ada sampah plastik yang mengotori area taman. Selain mengganggu keindahan taman, sampah berpotensi menyumbat saluran air di sekitar taman. Jika hujan datang dan saluran air mampat, air akan meluap ke area taman. Ujung-ujungnya, tanaman-tanaman rusak.
Pohon di dalam museum itu sudah sejak zaman (penjajahan) Jepang. Ambruk tahun lalu. Wah, itu saya bersihin sendirian berhari-hari.
Untuk mencegah sampah berceceran hingga ke jalan air, Suharjono tak segan untuk memperingatkan para pedagang kaki lima yang kerap membuang sampah seenaknya di sana.
”Saya enggak takut. Siapa pun saya marahi. Ya, karena saya sudah tua, jadi mereka enggak enak kalau mau ngelawan,” ujarnya.
Keruk lumpur
Pasukan biru dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta kini juga berjibaku membersihkan lumpur di sejumlah lokasi. Di Kali Sekretaris, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pengerukan lumpur menggunakan alat berat terus dilakukan.
Sementara di kawasan Kali Grogol Kemanggisan, Jakarta Barat, pada Senin siang, para anggota pasukan biru baru saja menyedot genangan air yang meluap ke jalan raya. Untuk mengantisipasi hal serupa, mereka membuat tanggul tambahan menggunakan karung-karung berisi pasir di sisi kali.
Hendri (28) dan Sefyan (23), anggota pasukan biru, siap mengorbankan hari libur untuk mengatasi banjir di Jakarta.
”Kalau banjir, biasanya kami yang libur ini tetap masuk. Kayak pas banjir parah Januari lalu, itu kerja terus enggak berhenti. Kami baru pulang kalau air surut,” kata Sefyan. Saat ditemui, ia dan Hendri sedang beristirahat.
Sebulan terakhir ini, mereka sudah disibukkan oleh banjir di sejumlah lokasi, misalnya banjir yang menggenangi permukiman warga di kawasan Jalan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, beberapa hari lalu. ”Air masuk ke rumah-rumah warga. Kami sedot pakai pompa air,” ujar Hendri.
Pasukan oranye atau pekerja penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) juga tak kalah sibuk dengan pasukan warna-warni lainnya. Bahkan, peran mereka sangat vital untuk mencegah masuknya sampah ke saluran-saluran air.
Hal ini disadari betul oleh Wardi, anggota PPSU di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Anggota PPSU yang punya jadwal tugas pukul 04.00-11.00 ini selalu mewaspadai sampah di pintu masuk saluran-saluran air.
Bahkan, jika terjadi genangan di area tersebut, Wardi tak segan menceburkan diri ke genangan dan mengambil sampah-sampah yang menyumbat mulut air tersebut. ”Akhir-akhir ini, kalau hujan, saya pantau terus. Kalau ada genangan, langsung saya bersihkan,” katanya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia saat ini sedang mengalami La Nina atau anomali iklim. Akibatnya, curah hujan diprediksi akan menguat antara Oktober dan November.
Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf, sejumlah langkah antisipasi banjir telah disiapkan menjelang musim hujan. Pihaknya terus melakukan pengerukan lumpur di sungai, waduk, dan embung yang ada di Jakarta melalui kegiatan Grebek Lumpur. Bahkan, pengerukan juga dilakukan di saluran-saluran mikro.
Di sisi lain, Dinas SDA saat ini telah menyiapkan tiga jenis pompa untuk mengendalikan banjir. Tiga pompa tersebut adalah pompa stasioner, pompa mobile, dan pompa apung.
Dinas SDA saat ini memiliki 487 unit pompa stasioner di 178 lokasi dan 65 unit pompa apung yang disebar di lima wilayah DKI Jakarta.
”Kami juga telah mempunyai 160 unit pompa mobile dengan kapasitas hingga 400 liter per detik. Jumlah tersebut akan bertambah sekitar 10 unit. Pompa ini diprioritaskan untuk Kali Betik, Muara Angke, dan Teluk Gong serta lokasi rawan genangan lainnya,” ujar Juaini dalam keterangan tertulis.