Kluster Keluarga Berkontribusi terhadap Penambahan Kasus di Tangerang Selatan
Menyiapkan ruang isolasi bagi pasien tanpa gejala bukanlah strategi tepat untuk penanganan jangka panjang pandemi.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di Kota Tangerang Selatan masih belum terkendali. Penularan virus di tingkat keluarga kian banyak seiring rendahnya kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Mempersiapkan rumah singgah untuk mengisolasi pasien tanpa gejala bisa menjadi salah satu solusi, tetapi belum cukup untuk menahan laju penyebaran virus.
Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airini Rachmi Diany, Selasa (13/10/2020), mengatakan, kluster keluarga berkontribusi terhadap penambahan jumlah kasus positif Covid-19 di wilayahnya. Penularan virus di tingkat keluarga terus terjadi salah satunya disebabkan tingkat kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan yang masih rendah.
”Belum lagi nanti ada hari libur dan cuti bersama. Dikhawatirkan ada lonjakan lagi,” kata Airin yang ditemui di Balai Kota Tangsel.
Per 13 Oktober 2020, ada tambahan 1 kasus terkonfirmasi positif sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif di Tangsel sebanyak 1.327 kasus. Jumlah orang yang dirawat 45 orang dan korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 65 orang.
Untuk menekan penyebaran virus di lingkungan keluarga, Pemerintah Kota Tangsel melakukan sejumlah cara, salah satunya segera mengisolasi warga yang terkonfirmasi positif. Pasien terkonfirmasi positif yang tak menunjukkan gejala diisolasi di Rumah Lawan Covid-19.
Menurut Airin, mengisolasi pasien tanpa gejala di Rumah Lawan Covid-19 penting karena isolasi mandiri di rumah cenderung tidak efektif. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merekomendasikan setiap pemerintah daerah untuk memanfaatkan hotel-hotel sebagai lokasi isolasi mandiri.
Kluster keluarga bermunculan akibat dari isolasi mandiri di rumah yang tidak berkualitas. Memasukkan pasien tanpa gejala ke Rumah Lawan Covid-19 bisa menjadi solusi, tetapi tidak bisa bergantung selamanya terhadap upaya itu. (Tri Yunis Miko Wahyono)
Dengan diisolasi di tempat yang telah ditentukan pemerintah, aktivitas harian pasien akan lebih bisa diawasi. Kemungkinan dia untuk berinteraksi dengan orang-orang sekitar pun bisa ditekan.
Sejauh ini Pemkot Tangsel belum menggunakan hotel untuk lokasi isolasi pasien tanpa gejala. Opsi tersebut baru akan digunakan jika tingkat keterisian tempat tidur di Rumah Lawan Covid-19 dan sejumlah rumah sakit di Tangsel sudah penuh.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tangsel per 11 Oktober 2020, tingkat keterisian tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) di seluruh rumah sakit di Tangsel 95 persen. Adapun keterisian tempat tidur di ruang isolasi mandiri di rumah sakit mencapai 89 persen.
”Karena Rumah Lawan Covid-19 masih memadai, kita dorong di sana. Sekarang kami sedang fokus ke peningkatan jumlah kamar dan tenaga medis. Penggunaan hotel itu rencana B,” ujar Airin.
Upaya mengisolasi pasien tanpa gejala di Rumah Lawan Covid-19 juga tak optimal mengingat kemampuan pemeriksaan tes usap Tangsel yang masih rendah. Kondisi itu membuat hasil tes usap lama diketahui sehingga pasien terlambat diisolasi.
Airin mengatakan, kapasitas pemeriksaan spesimen di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Tangsel hanya sekitar 100 spesimen per hari. Pemkot Tangsel memiliki dua mesin untuk memeriksa spesimen dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR).
”Kapasitas pemeriksaan itu masih jadi masalah. Kami masih mendorong agar tes swab-nya bisa cepat. Jadi, terus kirim ke laboratorium kesehatan nasional dan laboratorium lain di luar Tangsel,” katanya.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat, kluster keluarga bermunculan akibat isolasi mandiri di rumah yang tidak berkualitas. Memasukkan pasien tanpa gejala ke Rumah Lawan Covid-19 bisa menjadi solusi, tetapi tidak bisa bergantung selamanya terhadap upaya itu.
Jika tidak ada upaya menekan jumlah kasus dengan membatasi pergerakan warga, penularan masih akan terus terjadi. Pada akhirnya, jumlah pasien terus bertambah dan kapasitas atau daya tampung Rumah Lawan Covid-19 dan hotel-hotel akan penuh.
Kluster rumah tangga, salah satunya, disebabkan anggota keluarga tertular anggota keluarga lain yang positif dan tengah isolasi mandiri di rumah.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) wajib dibarengi peningkatan tes, pelacakan, dan isolasi. Masyarakat dan pelaku usaha diminta berkontribusi mematuhi protokol kesehatan.