Musim Hujan Mendekat, Warga Kebon Baru Khawatir Kebanjiran
Sungai belum dikeruk dan turap belum berfungsi dengan baik, empat rukun warga di Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, khawatir diterjang luapan Ciliwung.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kurang dari sebulan memasuki Oktober dan musim hujan, warga Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, mencemaskan terjadinya banjir mengingat belum semua bantaran sungai di wilayah itu dibeton atau setidaknya diturap. Pada musim hujan bulan Januari silam ada empat rukun warga yang terendam air hingga ketinggian 3 meter.
Salah satu warga yang khawatir akan kembali terjadi banjir adalah Ira dari RW 004 Kebon Baru. Rumahnya persis di depan bantaran Sungai Ciliwung. Di sepanjang RW 004, sempadan sungai sudah dibeton dan diberi tembok setinggi 4 meter. Akan tetapi, hal tesebut tidak menghentikan air datang karena ada bagian dari Kebon baru, yaitu di RW 010, yang sama sekali belum disentuh beton ataupun turap.
Seperti lazimnya rumah warga di RW 004 yang berlokasi di depan sempadan sungai, rumah Ira sudah ditinggikan. Rumah tersebut dibangun di atas tanah urukan setinggi 1,7 meter. ”Akan tetapi, waktu bulan Januari, ketinggian air mencapai 3 meter. Rumah saya dan rumah lain sepanjang sempadan sungai tetap terendam,” katanya ketika ditemui pada Kamis (24/9/2020).
Di RW 004 ada rumah pompa yang berkapasitas memompa 300 liter air per detik. Namun, pada bulan Januari itu, mereka tidak bisa bertindak apa-apa selain menunggu air surut.
Petugas rumah pompa, Nasohi, yang juga penduduk asli Kebon Baru, menuturkan bahwa wilayah kelurahan tersebut hampir seluruhnya telah dibeton, kecuali RW 010 di kedua sisi Ciliwung, yakni Kelurahan Kebon Baru yang masuk Jakarta Selatan dan Kelurahan Bidara Cina yang masuk Jakarta Timur. Wilayah tersebut sama-sama belum tersentuh turap.
Air dari wilayah itu mengalir memasuki tiga RW lain, yaitu RW 004, RW 008, dan RW 009, sehingga merendam rumah warga. Apabila di RW 004 penduduk telah meninggikan rumah, di RW 010 yang merupakan perkampungan padat, warga hanya bisa pasrah rumah mereka dibanjiri air hingga ketinggian 4 meter.
Berdasarkan data pemberitaan Kompas, pada bulan Januari ada 158 kelurahan di Jakarta yang terkena banjir. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan banjir besar tahun 2013 yang merendam 124 kelurahan, tetapi lebih rendah daripada tahun 2007 yang merendam 199 kelurahan. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jakarta pada Januari 2020 adalah Rp 87 triliun dan yang tercatat disalurkan untuk penanganan banjir sebesar Rp 1 triliun.
”Minimal kalau belum bisa ditembok pinggir sungainya, dikeruk dulu seperti beberapa tahun lalu,” ujar Nasohi.
Minimal kalau belum bisa ditembok pinggir sungainya, dikeruk dulu seperti beberapa tahun lalu.
Ia mengungkapkan, sejak tahun 2014 ada ekskavator yang selalu mengeruk sedimentasi tanah, lumpur, dan sampah di Sungai Ciliwung wilayah Kebon Baru. Hal ini sangat membantu dalam mencegah terjadinya banjir. Pengerukan terakhir dilakukan pada tahun 2015. Pemerintah Provinsi Jakarta berkoordinasi dengan personel Komando Militer Daerah Jaya untuk melaksanakannya.
Kini sudah lima tahun tidak ada pengerukan. Di seberang Kebon Baru, yaitu sisi Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur, sudah terbentuk endapan tanah selebar kurang lebih 6 meter yang dipakai warga untuk membuang sampah.
Nasohi mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, ketika warga mendapat peringatan bahwa air di Bendungan Katulampa, Jawa Barat, meninggi, mereka bersiap-siap mengungsi. Tahun ini, gagasan mengungsi membawa ketakutan tersendiri karena adanya pandemi Covid-19. Berdesak-desakan di tenda ataupun tempat pengungsian berisiko membuat warga tertular virus korona baru.
Menurut Pahlevi, warga sekaligus operator rumah pompa RW 010, hingga saat ini belum ada keterangan dari pihak pemerintah mengenai apa yang akan dilakukan terhadap wilayah tersebut. ”Jika seandainya sempadan di RW 010 yang panjangnya 1 kilometer diturap saja, itu sudah sangat membantu untuk mengurangi air yang meluap masuk,” ujarnya.
Ketika dihubungi pada waktu yang berlainan, Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan Mustajab mengatakan bahwa dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah dilakukan pengerukan di sejumlah sungai, waduk, dan tali air untuk persiapan musim hujan. Namun, khusus Jakarta Selatan, pengerukan dilakukan di Waduk Setia Budi, Setu Mangga Bolong, Setu Babakan, Kali Cideng, Kali Baru Barat, dan Kali Mampang.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas SDA Jakarta Timur Santo di sela-sela gerebek lumpur Waduk Riario mengatakan bahwa wilayah Ciliwung merupakan koordinasi antara Pemprov dan pemerintah pusat di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Pihaknya tidak bisa serta-merta menurunkan alat berat dan personel tanpa ada arahan dari balai ini.