Mutilasi di Apartemen, Sebuah Kekejian oleh Orang Waras
Motif pembunuhan bisa berbeda-beda, tetapi motif mutilasi cenderung seragam, yaitu berupaya menghilangkan jejak yang bisa mengarahkan polisi kepada pelaku.
Kebengisan DAF dan LAS menghabisi nyawa RHW di luar nalar umum. Hanya untuk merampas harta, mereka nekat membunuh serta memotong-motong tubuh korban. Namun, sejatinya kekejian keduanya merupakan hasil pertimbangan penuh kewarasan dengan tujuan serupa seperti pelaku-pelaku mutilasi sebelumnya: menghilangkan jejak.
Seandainya Bonnie Parker tidak berjumpa sosok lelaki bernama Clyde Barrow, mungkin Bonnie tidak akan ikut menjadi perampok bank dan toko. Dalam aksi bersama anggota geng lainnya, mereka diyakini sudah membunuh sembilan polisi dan empat warga sipil. Pasangan ini meninggal dalam penyergapan polisi di dekat Gibsland, Louisiana, Amerika Serikat, tahun 1934.
Kisah sejoli perampok ini diangkat dalam film Bonny and Clyde tahun 1967. Aksi-aksi mereka dibumbui romantisisme di antara pemudi-pemuda tersebut.
Bonnie dan Clyde seakan bereinkarnasi di Indonesia, menjelma menjadi sosok perempuan berinisial LAS (27) dan lelaki DAF (27). Pasangan kekasih ini merampok harta yang ada di rekening RHW (33), seorang manajer sumber daya manusia dan operasional salah satu perusahaan swasta.
Jika Parker dan Barrow masih berusaha menghindari jatuhnya korban jiwa saat beraksi, LAS dan DAF sudah merencanakan pengakhiran hayat RHW. Pada akhirnya, mereka menambahkan pemotongan tubuh korban dalam tindakan jahat mereka.
Mirip dengan Parker dan Barrow, menurut Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Adrianus Meliala, jika LAS dan DAF tak saling jumpa, mungkin tidak ada di antara keduanya yang berani beraksi keji.
Mirip dengan Parker dan Barrow, menurut Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Adrianus Meliala, jika LAS dan DAF tak saling jumpa, mungkin tidak ada di antara keduanya yang berani beraksi keji. ”Saya sih menduga, kalau hanya seorang saja, apakah pria saja atau perempuannya saja, mungkin tidak berpikir untuk berbuat seperti ini,” ucapnya saat dihubungi pada Selasa (22/9/2020).
Baca juga: Incar Harta, Sepasang Kekasih Mutilasi Manajer Perusahaan
Adrianus berpandangan, LAS dan DAF jadi cerminan kecenderungan individu di Indonesia yang sering mudah dipengaruhi oleh lingkaran terdekat mereka untuk berbuat sesuatu.
Petugas Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya membekuk DAF dan LAS pada Rabu (16/9/2020) di Perumahan Permata Cimanggis, Kota Depok, karena diduga terkait dengan hilangnya RHW, yang dilaporkan oleh keluarganya terakhir terlihat pada 9 September.
Setelah diinterogasi, mereka mengaku menyimpan jasad korban di sebuah apartemen di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Ternyata, di dalam unit apartemen yang disewa kedua pelaku, polisi lantas mengetahui bahwa jasad sudah tak berbentuk tubuh manusia lagi karena petugas mendapati satu koper dan dua ransel berisi potongan-potongan tubuh RHW.
DAF berperan untuk pembunuhan dan mutilasi, sedangkan LAS berperan menggaet korban lewat aplikasi kencan. Rentetan peristiwanya, DAF dan LAS di kamar indekos mereka di Depok merencanakan untuk menjebak RHW agar bisa menguasai hartanya. Kebetulan LAS mengenal RHW melalui sebuah aplikasi pencarian jodoh. LAS lantas pada 5 September mengirim pesan kepada RHW untuk bertemu, yang disetujui oleh korban.
DAF dan LAS kemudian memesan satu apartemen yang disewakan di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat, sebagai tempat jumpa LAS dan RHW pada 9 September. Namun, sebelum LAS dan RHW masuk pada malam hari, DAF masuk terlebih dulu sambil membawa batu bata dan senjata tajam dan bersembunyi di kamar mandi.
Sesudah LAS dan RHW masuk dan berhubungan badan, DAF langsung menyerang korban mereka dengan batu dan senjata tajamnya. RHW lalu ditusuk DAF berkali-kali karena tidak mau menyebutkan nomor identifikasi personal (PIN) ponselnya kepada LAS, tetapi RHW akhirnya menyerah dan memberitahukan. Meski tidak dianiaya lagi karena menurut, RHW kehilangan kesadaran kemudian meninggal.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan, jasad RHW diletakkan di kamar mandi apartemen dan didiamkan selama tiga hari. Tanggal 12-13 September, kedua pelaku kembali untuk memutilasi tubuh korban, yang kemudian dikemas dalam kantong-kantong keresek dan dimasukkan ke total dua tas ransel serta dua koper. Semuanya diangkut secara bergiliran ke apartemen di Pancoran, yang kedua pelaku sewa seusai membunuh RHW.
Faktor ekonomi
Yusri menyebutkan, keterdesakan ekonomi menjadi pemicu keduanya membunuh RHW dan menguasai harta korban. Setelah tinggal berdua, mereka kesulitan membayar uang sewa indekos dan biaya hidup sehari-hari. DAF menganggur, sedangkan LAS bekerja dengan memberikan kursus pelajaran. LAS tergolong berpendidikan tinggi karena lulus dari jurusan geografi salah satu universitas negeri ternama.
Namun, uang yang dihasilkan tetap tidak menutup kebutuhan. Bahkan, mereka mengaku sempat tidak makan beberapa hari. ”Karena itu, timbul niat untuk melakukan pemerasan awalnya. Mereka mencari, kemudian yang terdekat adalah korban yang dimutilasi ini,” ujar Yusri.
Cerita tentang LAS yang serba kekurangan dipaparkan jelas di rumah keluarganya di Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Meskipun demikian, LAS dikenal keluarga terdekatnya sebagai sosok anak yang pintar dan penurut. Di tengah hidup serba sederhana, anak keempat dari tujuh bersaudara itu tidak pernah protes dan selalu menerima keadaan.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, LAS selalu masuk peringkat tiga teratas. Prestasinya itu yang kemudian mengantarnya meraih beasiswa untuk berkuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
LAS kecil pernah ke sekolah menggunakan tas dari plastik kresek. Hal itu terpaksa dilakukan lantaran orangtuanya tidak punya cukup uang untuk membelikan tas sekolah. (Makmuri)
Selama berkuliah, LAS mendapat kiriman uang terbatas dari orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Untuk mencari tambahan uang, LAS mengajar les.
"Anaknya sederhana sekali, tidak pernah minta macem-macem. Dia paham betul, bapak ibunya cuma tani," kata Makmuri (60), ayah LAS saat ditemui di Tegal.
Makmuri bercerita, LAS kecil pernah ke sekolah menggunakan tas dari plastik kresek. Hal itu terpaksa dilakukan lantaran Makmuri dan istrinya tidak punya cukup uang untuk membelikan tas sekolah.
Menurut Makmuri, LAS selalu menuruti nasihat orang tua dan kakak-kakaknya. Seingat Makmuri, LAS mulai membangkang dua tahun lalu, tepat setelah LAS mulai mengenalkan DAF kepada keluarganya.
"Kakak-kakanya menasihati tentang hubungannya dengan pria itu. Mungkin kakak-kakanya kurang suka atau bagaimana. Sejak saat itu, ia mulai tidak mau mendengarkan nasihat kakak-kakanya," tutur Makmuri.
Sekitar satu setengah tahun lalu, LAS memutus komunikasinya dengan keluarga. Kala itu, adik LAS mencoba menasihati kakanya yang dinilai telah berubah sikap. Kepada adiknya, LAS meminta untuk tidak dicari.
Karena khawatir, Makmuri memutuskan untuk pergi ke Jakarta, Juli lalu. Di Jakarta, ia mencoba mendatangi sejumlah alamat yang diduga merupakan tempat tinggal LAS. Pencarian itu tidak membuahkan hasil dan Makmuri kembali pulang ke Tegal.
Baca juga: ”Copycat” Mutilasi di Balik Pergunjingan
Pada suatu petang, kabar mengejutkan datang. Anak-anak Makmuri mengabarkan bahwa LAS terjerat dalam kasus pembunuhan. Makmuri yang bingung terus menangis saat ada yang menyinggung soal LAS.
"Saya sampai tidak berani menonton TV. Kalau ingat dia, saya selalu menangis," ucapnya.
Makmuri mengaku terpukul dengan perbuatan keji LAS. Ia tak pernah menyangka anaknya tega melakukan hal tersebut. Ia meyakini, anaknya dipengaruhi orang lain hingga berani melakukan kejahatan seperti itu. Makmuri berharap, anaknya mendapat keringanan hukuman.
"Saya ingin bertemu anak saya. Bagaimanapun, itu anak saya dan saya menyayanginya," ujarnya.
Bukan motif umum pembunuhan mutilasi
Adrianus menuturkan, dalam konteks pembunuhan yang disertai mutilasi, motif ekonomi cukup jarang ditemukan sebagai pelatuknya. Motif yang umum adalah hubungan antarpersonal antara pelaku dan korban, termasuk soal asmara.
DAF belajar memutilasi secara dadakan, berguru dari Youtube. (Yusri Yunus)
Karena itu, Adrianus menduga para pelaku mulanya tidak merancang mutilasi sebagai bagian dari rencana kejahatan. Dugaan itu sesuai dengan yang disampaikan Yusri. DAF meninggalkan jasad RHW selama tiga hari untuk berpikir cara paling tepat mengeluarkan tubuh korban yang bongsor itu tanpa ketahuan.
Akhirnya, DAF baru terpikir setelah membunuh untuk memotong-motong tubuh korban agar tidak dicurigai saat membawanya keluar. Ia belajar secara dadakan cara memutilasi, berguru kepada Youtube.
Menurut Adrianus, DAF dan LAS sebenarnya punya pilihan untuk tidak memutilasi korban dan cukup kabur dari jangkauan polisi. Namun, mereka mungkin sadar punya terlalu banyak jejak, misalnya riwayat komunikasi dengan korban di ponsel. Karena itu, membunuh dan meninggalkan korban begitu saja tidaklah rasional.
Dengan demikian, Adrianus menilai tidak ada indikasi gangguan jiwa ataupun kecenderungan psikopat pada kedua pelaku. Dari kasus-kasus pembunuhan disertai mutilasi selama ini, para pelakunya pun rata-rata orang yang waras. ”Mereka bisa dikatakan cerdas, dalam hal mengerti situasi, tujuan, latar belakang, memiliki perhitungan, hingga mengambil keputusan,” katanya.
Motif pembunuhan bisa berbeda-beda, tetapi motif mutilasi cenderung seragam, yaitu berupaya menghilangkan jejak yang bisa mengarahkan polisi pada pelaku. Dalam buku Mutilasi di Indonesia: Modus, Tempus, Locus, Actus (2015), Inspektur Jenderal M Fadil Imran (sekarang Kepala Polda Jawa Timur) menulis, mutilasi merupakan hasil pertimbangan sederhana dan hanya demi kepentingan sesaat, yaitu memindahkan mayat atau membuat agar mayat tidak dikenali atau diketahui orang lain. Mereka mengabaikan pertimbangan perihal risiko tertangkap atau beratnya hukuman.
Pola itu terlihat dari pengamatan Fadil terhadap lima pelaku mutilasi yang menghebohkan publik, yakni Baekuni alias Babe, Zaky Afrizal Nurfaizin, Very Idham Henyansyah atau Ryan Jombang, Muryani, dan Sri Rumiyati. Semuanya memilih jalan pemotongan tubuh korban untuk menghilangkan jejak meski ada juga yang mengaku sekaligus menumpahkan kekesalan atau emosi kepada korban.
Baca juga: Mutilasi Pasar Besar Malang dan Pelajaran yang Didapat
Menyadari bahwa mutilasi punya tujuan menandakan para pelakunya adalah orang-orang waras. Adrianus mengingatkan, setiap dari kita punya bakat menjadi jahat hingga berbuat sadis. Tinggal pertanyaannya, bagaimana bakat-bakat yang bersifat potensial itu tidak menjadi perbuatan nyata. Mungkin, itu bisa diawali dengan memilih lingkaran hubungan yang saling menyehatkan.
Andai saja antara Bonnie dan Clyde serta antara LAS dan DAF tidak pernah berjumpa…