Perhatikan Risiko Koinfeksi Covid-19 dan Demam Berdarah
Memasuki musim hujan, pandemi masih merajalela dan ancaman terjangkit lain kini juga terbuka lebar. Warga diminta hati-hati serta tetap menjaga kebugaran dan imunitas tubuhnya agar tidak tertular.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki musim hujan, pendekatan kesehatan di Ibu Kota hendaknya mewaspadai kemungkinan koinfeksi Covid-19 dengan demam berdarah. Penerapan pola hidup bersih dan sehat harus semakin digalakkan, mengingat meningkatnya risiko penularan virus korona baru dan berbagai penyakit akibat perubahan cuaca.
Hal tersebut dikemukakan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ary Fachrial Syam, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (22/9/2020). Ia menerangkan bahwa bahaya demam berdarah dengue (DBD) kini meningkat dengan adanya pandemi Covid-19.
Kampanye mengenai hidup bersih dan sehat jangan hanya fokus di pemakaian masker dan menjaga jarak, tetapi juga tetap memastikan tidak ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
”Selain kebersihan lingkungan juga harus digalakkan pola hidup sehat. Apalagi, orang Indonesia, termasuk di Jakarta yang walaupun ibu kota, relatif tidak sehat,” kata Ary.
Ia menerangkan risiko kesehatan bagi warga di bawah usia 21 tahun yang rentan terkena sesak napas dan asma. Jika tidak dijaga dengan disiplin bermasker, menjaga jarak fisik, dan mengurangi kegiatan di luar rumah yang berpotensi bertemu banyak orang, kendala kesehatan ini bisa menjadi faktor komorbid untuk Covid-19.
Di Indonesia, FK UI memetakan faktor komorbid yang paling berisiko jika dibarengi Covid-19 adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Setelah itu, diikuti dengan penyakit diabetes tipe 1 dan tipe 2, jantung, obesitas, gagal ginjal, dan kanker. Kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan manis ataupun yang tinggi lemak dan garam kian menambah faktor risiko komorbid.
”Selama PSBB (pembatasan sosial berskala besar) juga harus memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Beberapa kasus yang kami terima pada observasi klinis tahap awal tampak seperti penyakit tifus, tetapi setelah diperiksa lebih lanjut ternyata positif Covid-19,” kata Ary lagi.
Data terkini menyebutkan, di Jakarta ada 13.221 kasus aktif yang dirawat di rumah sakit ataupun melakukan isolasi. Total ada 65.318 orang tertular Covid-19 dengan 50.473 orang sembuh dan 1.624 orang meninggal.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus melakukan tes dengan fokus di permukiman, terutama di wilayah padat penduduk. Sejak Juni, tes di pasar-pasar sudah tidak dilaksanakan dengan alasan sukar melakukan pelacakan kasus karena baik pedagang maupun pembeli datang dari berbagai wilayah, termasuk di luar Ibu Kota.
Salah satu pihak yang mendorong agar tes untuk mendeteksi Covid-19 kembali ke pasar ialah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi). Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Reynaldi Sarijowan mengatakan, pihaknya meminta Pemprov Jakarta melalui Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya untuk melakukan pendekatan persuasif kepada pedagang agar mau mengikuti tes di pasar.
Secara keseluruhan, Ikappi mencatat ada 1.392 pedagang pasar di 97 kabupaten/kota tertular virus korona jenis baru. Khusus di Jakarta, kasusnya ada 321 orang dengan satu orang meninggal.
”Memang harus ada komunikasi intensif dan terus-menerus antara pengelola pasar dan ketua paguyuban pedagang di setiap pasar. Harus dari hati ke hati, jangan sekadar petugas pengelola memerintah pedagang untuk menerapkan protokol kesehatan tanpa mendengar masukan dari mereka,” kata Reynaldi.
Ia menjabarkan, pedagang pasar tetap berjualan karena rata-rata omzet sudah berkurang 70 persen akibat pandemi. Akan tetapi, mereka tentu ingin bisa menjalankan usaha dengan tenang karena ada jaminan keamanan.
Reynaldi mengakui masih ada pedagang yang tidak memahami bahaya Covid-19 dan menunjukkan sikap tidak peduli. Namun, semua pihak harus terus memberikan pengertian, termasuk membujuk untuk memakai masker, memberikan sekat di kios-kios, dan mengikuti tes Covid-19 berkala.
Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan perusahaan aplikasi Good Doctor Technology untuk menyediakan konsultasi kesehatan daring secara gratis bagi seluruh warga di enam wilayah Jakarta. Selain itu, juga tersedia layanan mengantar obat yang bisa dipesan di 550 apotek di seluruh DKI Jakarta tanpa perlu membayar ongkos kirim.
Direktur Pengelola Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana mengatakan, sejak adanya PSBB, jumlah konsultasi di aplikasi ini meningkat hingga 10 kali lipat daripada biasanya. Mayoritas pertanyaannya ialah cara menghindari risiko tertular Covid-19 jika memiliki faktor komorbid.