Membatasi diri dari aktivitas sosial selama menggunakan angkutan umum adalah pilihan terbaik saat ini. Langkah ini perlu dilakukan agar terhindar dari paparan virus korona jenis baru.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengguna angkutan umum mesti menyiapkan diri sebelum memulai perjalanannya. Selama berada di angkutan umum protokol kesehatan sebisa mungkin dapat dijalankan. Jika tidak, potensi penularan virus korona baru akan tetap tinggi.
Ada banyak pertanyaan warga tentang cara aman menggunakan angkutan umum selama pandemi. Apalagi sulit menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak. Lantas harus bagaimana menyikapi kondisi demikian ?
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih dalam diskusi ”Bijak Bertransportasi di Era Pandemi Covid-19”, Selasa (15/9/2020), mengatakan, setiap orang wajib menjaga perilaku kesehatan dan pengelola wajib menjaga lingkungan transportasi. Kerja sama keduanya niscaya mewujudkan transportasi yang sehat atau setidaknya meminimalkan risiko paparan virus korona jenis baru.
Pertama-tama setiap orang wajib memastikan dirinya dalam kondisi prima dan sehat sebelum menggunakan transportasi umum. Sebab, kondisi seperti kurang tidur, meriang, dan flu sangat rentan terpapar virus karena daya tahan tubuh menurun.
Pastikan posisi masker selalu menutup hidung hingga dagu sejak keluar rumah. Sebagian orang yang sulit bernapas karena memakai masker dapat menyiasati dengan minyak wangi atau minyak angin.
Daeng menyarankan menggunakan masker bedah karena punya lapisan khusus di bagian luar dan dalam. Lapisan dalam menyerap droplet saat berbicara, bersin, dan batuk. Sementara bagian luar kedap air sehingga droplet tidak masuk.
Pengguna masker kain harus memastikan droplet tidak menembus masker. Caranya, kenakan masker, lalu tiup api di depan wajah. Jika api mati, berarti droplet menembus masker. Pengguna wajib melapisi masker dengan lipatan sapu tangan supaya droplet tidak tembus. ”Orang lain bisa terpapar droplet. Begitu juga diri sendiri terpapar dari orang lain,” ujar Daeng.
Seluruh badan harus dalam keadaan bersih, terutama bagian tangan. Sebab, tangan bisa bergerak ke mana saja. Sebaiknya atau sebisa mungkin tidak memegang atau menyentuh apa-apa di dalam angkutan umum. Apabila telah memegang sesuatu, jangan sekali-sekali mengusap bagian mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan atau gunakan antiseptik.
Sosialisasi atau berkelompok sebaiknya tidak berlangsung selama pandemi. Potensi penularan dari aktivitas ini sangat besar karena droplet dari bercakap atau ngobrol. Jika bertemu teman atau kenalan di stasiun atau halte, relakanlah berbeda kereta atau berjauhan tempat duduk. ”Diam lebih baik saat berada di transportasi umum karena mengurangi risiko terpapar virus,” katanya.
Sementara itu, pengelola transportasi umum wajib mendisinfeksi angkutan setiap penumpang turun. Akses masuk dan keluar juga krusial. Siapkan tempat cuci tangan atau antiseptik supaya penumpang membersihkan tangan sebelum keluar stasiun atau halte.
Pandemi juga mendorong tren pejalan kaki dan pesepeda. Kedua aktivitas fisik ini menyehatkan sekaligus tingkatkan daya tahan tubuh. Sayangnya banyak orang abai protokol kesehatan saat melakukannya.
Tidak berkelompok
Pada dasarnya protokol kesehatan mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik berlaku untuk semua aktivitas di luar ruangan. Persoalannya orang-orang kerap berkelompok dan larut dalam obrolan.
Menurut Ketua Bike to Work Poetoet Soedarjanto, saat ini mulai tumbuh kesadaran sepeda sebagai alat transportasi alternatif. Walakin banyak pengguna abai pada protokol kesehatan dan lalu lintas. ”Harus edukasi terus-menerus supaya menjadi hal baik karena sepeda mengurangi kemacetan, polusi udara, dan kecelakaan lalu lintas,” ucap Poetoet.
Daeng M Faqih menyarankan pejalan kaki dan pesepeda dalam aktivitasnya tidak sejajar dengan orang di depan dan menjaga jarak. Sebab, pembuangan udara dari orang di depan secara langsung mengenai orang di belakangnya. Akan berbahaya jika orang di depan batuk atau bersin. ”Pejalan kaki dan pesepeda sehat. Lebih hati-hati jangan berkelompok dan sejajar,” kata Daeng.
Pandemi menambah pekerjaan rumah transportasi yang sehat. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Polana B Pramesti menyarankan agar setiap orang meninjau lagi keperluan mobilitasnya. Pertimbangkan seberapa penting keperluan tersebut. ”Belum tahu sampai kapan pandemi berlangsung. Pastikan perjalanan itu penting atau mendesak. Jika tidak, tahan untuk sementara waktu,” kata Polana.
Pandemi masih jauh dari usai. Sementara aktivitas kembali seperti biasa. Selalu terapkan protokol kesehatan. Jaga diri sendiri dan orang lain.