Fasilitas Mulai Terbatas, Tenaga Kesehatan Dukung Pengetatan PSBB di Jakarta
Tenaga kesehatan mendukung diterapkannya lagi pembatasan sosial berskala besar. Kebutuhan ini tak lepas dari mulai sulitnya layanan kesehatan untuk pasien positif Covid-19, terutama mereka dengan gejala berat.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tenaga kesehatan mendukung pengetatan kembali pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di Jakarta, yang menurut rencana dimulai pada 14 September 2020. Kebutuhan mengetatkan PSBB tak terlepas dari mulai terbatasnya fasilitas kesehatan untuk pasien positif Covid-19, terutama pasien dengan gejala berat.
Dokter umum di salah satu rumah sakit di Tangerang Selatan, Banten, dr Disa Edralyn, menjelaskan, dirinya kesulitan ketika ingin merujuk pasien Covid-19 ke rumah sakit rujukan, baik di Tangerang maupun di Jakarta. Sebelum menghubungi rumah sakit rujukan di Jakarta, dia mencari pertolongan medis ke rumah sakit rujukan Covid-19 di sekitar Tangerang. Akan tetapi, ruang ICU rumah sakit Tangerang juga sudah penuh. Situasi itu tak jauh berbeda ketika dia mencari rumah sakit rujukan di Jakarta.
”Terutama untuk pasien yang membutuhkan ruangan intensive care unit (ICU), susah sekali mencari rujukan. Semua rumah sakit rujukan yang dihubungi penuh,” ujanya ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (11/9/2020),
Berkaca dari kondisi tersebut, dia mendukung rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengetatkan kembali PSBB. Selama pelonggaran PSBB atau PSBB transisi, dia menilai masyarakat mulai abai terhadap Covid-19 dan tidak menjalankan protokol kesehatan. Padahal, sistem layanan kesehatan mulai kewalahan menangani pasien.
”Untuk kebaikan bersama, sebaiknya kegiatan warga yang non-esensi ditahan dulu. Kesadaran wargalah yang menjadi kunci pengendalian wabah ini, sedangkan tenaga kesehatan hanya membantu,” ujarnya.
DKI Jakarta memiliki 4.053 tempat tidur isolasi di 67 rumah sakit rujukan Covid-19. Keterisian tempat tidur isolasi 77 persen. Pertengahan September ini diproyeksikan tempat tidur isolasi akan penuh apabila tak ada intervensi penambahan tempat tidur. Penambahan tempat tidur isolasi menjadi 4.807 unit sekalipun diprediksi hanya akan bertahan hingga 6 Oktober 2020. Sementara itu, keterisian tempat tidur ICU mencapai 83 persen dari kapasitas 528 tempat tidur (Kompas, 10/9/2020).
Dua perawat tangani 30 pasien
Di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Jakarta, sukarelawan tenaga kesehatan Futri Dewi Sari (33) menuturkan, pasien yang dia rawat semuanya bergejala ringan. Setiap dua perawat, ujarnya, merawat 30 pasien positif.
”Di lantai tempatku dinas, pasiennya eyang-eyang (tua) semua, jadi sangat rawan karena di ruangan cuma ada oksigen. Jika pasien mengalami keluhan berat, akan diturunkan ke ruang HCU (high care unit),” kata sukarelawan yang sudah hampir enam bulan bertugas di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet ini.
Futri menuturkan, jumlah pasien bertambah ramai. Tower 5 Wisma Atlet kembali dibuka. Sebelumnya, pasien Covid-19 dirawat di Tower 6 dan Tower 7. Dia pun melaporkan, ada sejawatnya yang tertular virus korona baru dalam beberapa hari ini. ”Dia beda lantai sama aku, tetapi kami sama-sama sukarelawan tenaga kesehatan gelombang pertama,” ucapnya.
Futri juga mendukung pemberlakuan PSBB secara ketat. Harapannya, laju kasus positif bisa ditekan sehingga mengurangi beban tenaga kesehatan di rumah sakit.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I Kolonel Marinir Aris Mudian melaporkan, Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet saat ini merawat 1.660 pasien positif Covid-19. Pasien tanpa gejala bisa dibawa ke sini selama ada rekomendasi dari instansi kesehatan.
”Tapi, lebih baik yang bersangkutan (OTG) jangan ke mana-mana dulu. Jaraknya dengan orang yang masih sehat saja dibatasi,” katanya.
Di lantai tempatku dinas, pasiennya eyang-eyang (tua) semua, jadi sangat rawan karena di ruangan cuma ada oksigen. Jika pasien mengalami keluhan berat, akan diturunkan ke ruang HCU (high care unit). (Futri Dewi Sari)
Melalui akun media sosial Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, M Syahril, pada Senin (7/9/2020), melaporkan, ada enam dokter terinfeksi Covid-19 dan satu perawat meninggal karena Covid-19. ”Hal ini tidak mengurangi layanan, hanya saja membuat beban kerja tenaga kesehatan yang tidak sakit menjadi bertambah,” ujarnya.
RSPI Sulianti Saroso sudah menambah tempat tidur isolasi menjadi 90 unit, dan 28 unit di antaranya merupakan ruang ICU yang dilengkapi ventilator untuk pasien positif Covid-19 dengan gejala berat.
Sementara itu, dalam konferensi pers 1 September 2020, Direktur Umum Perencanaan dan Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Yudhaputra Tristanto menjelaskan, RSUP Persahabatan merawat total 144 pasien pada 30 Agustus 2020. Rinciannya, 72 pasien positif Covid-19, 9 pasien probable, 51 pasien suspek, dan 12 pasien non-Covid-19. Rumah sakit menyiapkan 189 tempat tidur untuk pasien positif Covid-19 dengan persentase keterisian 70 persen hingga akhir Agustus 2020.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Slamet Budiarto menuturkan, penerapan PSBB merupakan langkah tepat untuk menekan kasus positif Covid-19. Dia mengusulkan PSBB dilakukan selama tiga minggu. ”Masa inkubasi virus 14 hari. Kemudian ada masa transisi seminggu. Jadi biar tuntas,” katanya, dikutip dari Kompas.com (10/92020).