Kapasitas Pemeriksaan Tes Covid-19 Tangerang Raya Minim
Pemerintah daerah di Tangerang Raya masih belum dapat memenuhi standar tes PCR yang ditetapkan WHO. Itu terkendala kapasitas pemeriksaan di laboratorium yang minim.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah daerah di Tangerang Raya, Banten, belum dapat mencapai standar tes Covid-19 sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Kondisi itu menyebabkan upaya pelacakan kontak semakin sulit dilakukan. Akibatnya, penyebaran virus belum dapat dikendalikan dan makin meluas.
Sesuai dengan rekomendasi WHO, tes Covid-19 dengan metode reaksi rantai polimerasi atau PCR setidaknya mencapai 1 per 1.000 orang per minggu. Jumlah tersebut belum mampu dipenuhi pemerintah daerah yang tepat berbatasan dengan Ibu Kota ini.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (Tangsel) Deden Deni mengungkapkan, hingga 4 September 2020, total jumlah tes PCR di Tangsel 19.285 spesimen. Deden mengatakan, jumlah tes tersebut sudah memenuhi standar WHO.
Akan tetapi, ada ketidaksesuaian satuan yang digunakan Pemerintah Kota Tangsel dengan rekomendasi WHO, yaitu spesimen dan orang. WHO merekomendasikan jumlah orang yang dites, bukan spesimen. Sebab, satu orang bisa saja menjalani tes lebih dari sekali sehingga bisa menghasilkan lebih dari satu spesimen.
”Jumlah itu total tes usap yang dilakukan puskesmas, rumah sakit, dan secara massal oleh pemerintah provinsi atau lembaga lain,” kata Deden, Selasa (8/9/2020).
Dari 19.285 spesimen yang telah dikirim untuk diperiksa, sebanyak 17.132 spesimen telah keluar hasilnya. Sementara yang masih mengantre untuk menjalani pemeriksaan di sejumlah laboratorium sekitar 2.153 spesimen.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tangsel, Tulus Muladiyono, mengungkapkan, pihaknya kesulitan mengupayakan hasil pemeriksaan tes usap bisa segera diperoleh. Ia mengakui, daya tampung laboratorium di Tangsel tidak banyak.
Warga ber-KTP Tangsel bisa mendatangi 29 puskesmas di kota untuk mendaftarkan diri mengikuti tes usap. Namun, kemampuan pemeriksaan masih terbatas, yaitu dari tenaga pengambil sampel dan laboratorium yang memproses sampel.
Oleh sebab itu, Tulus mengatakan, Pemerintah Kota Tangsel bisa saja mengupayakan tes usap dilakukan secara masif. Hingga saat ini, Pemerintah Kota Tangsel telah menggratiskan tes usap dan tes cepat kepada warga ber-kartu tanda penduduk (KTP) Tangsel.
Tulus menjelaskan, warga ber-KTP Tangsel bisa mendatangi semua puskesmas di Tangsel yang berjumlah 29 unit untuk mendaftarkan diri mengikuti tes usap. Namun, program tes usap gratis itu tidak setiap hari dilaksanakan. Tes usap dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan setiap puskesmas karena keterbatasan petugas kesehatan dan alat pelindung diri yang tersedia. Jadwal yang ditentukan puskesmas, kata Tulus, bisa dua kali tes usap dalam sepekan.
”Ingin di-swab (tes usap) semua, ya, sebenarnya bisa. Cuma kami belum punya kemampuan pemeriksaan yang cukup banyak,” katanya.
Tulus mengatakan, kemampuan pemeriksaan spesimen di beberapa laboratorium di Tangsel hanya 400 spesimen per minggu. Keterbatasan itu, kata dia, akan coba diatasi seiring beberapa RS swasta di Tangsel sudah bisa melakukan pemeriksaan PCR sendiri.
Kondisi serupa terlihat di Kota Tangerang. Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah menyampaikan, hingga saat ini jumlah tes usap dengan metode PCR di Kota Tangerang telah memeriksa sekitar 24.000 spesimen. Dalam sepekan, jumlah spesimen yang bisa diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangerang mencapai hingga 2.500 spesimen.
Arief menilai, jumlah itu masih kurang banyak. Maka dari itu, ia mendorong semua rumah sakit (RS) swasta di Kota Tangerang bisa memiliki mesin pemeriksaan PCR sendiri. Apabila terwujud, Arief berencana menjadikan pemeriksaan tes usap di Labkesda hanya untuk keperluan pelacakan kontak (tracing).
”Jadi, kita bagi perannya, RS swasta untuk melakukan tindakan kuratif, pemerintah kota melakukan tindakan preventif dan promotif,” kata Arief.
Wali Kota kurang puas
Ia juga kurang puas dengan kecepatan pemeriksaan spesimen di Labkesda. Hasil pemeriksaan spesimen dapat diketahui setelah tiga hingga empat hari. Arief menginginkan hasil pemeriksaan spesimen bisa keluar dalam waktu satu hari.
Menurut Arief, kecepatan pemeriksaan spesimen sangat penting berkaitan dengan upaya melakukan penelusuran kontak. Semakin banyak orang yang diperiksa dan hasilnya cepat diketahui, upaya pelacakan kontak bisa makin optimal. Apabila hasil tes terlalu lama keluar, dikhawatirkan orang yang membawa virus di dalam tubuhnya telah berkeliaran ke mana-mana sebelum hasil tes yang menyatakan dia positif Covid-19 keluar.
Epidemiolog Laporcovid19.org, Iqbal Elyazar, menyebutkan, kapasitas pemeriksaan tes di Tangsel yang sebesar 400 spesimen per pekan terlampau minim. Menurut Iqbal, tes usap merupakan upaya untuk menemukan kasus. Apabila upaya menemukan kasus minim, rantai penularan akan terus terjadi karena orang-orang yang membawa virus tidak segera bisa diisolasi.
”Seharusnya tes bisa lebih banyak. Jika di Tangsel terbatas, sebenarnya mereka bisa upayakan untuk kirim ke laboratorium-laboratorium di sekitar Jakarta,” ujar Iqbal.
Pemerintah daerah di Tangerang Raya bisa berkoordinasi dengan satuan tugas Covid-19 di tingkat nasional atau DKI Jakarta untuk koordinasi terkait kerja sama pemeriksaan spesimen.
Iqbal mendorong pemerintah daerah di Tangerang Raya untuk mencari solusi atas keterbatasan kapasitas pemeriksaan tes. Ia mencontohkan, Pemerintah Kota Tangerang bisa memperbesar kapasitas tes Labkesda dengan menambah mesin, petugas pemeriksa spesimen, dan suplai catridge mesin PCR, alih-alih meminta semua RS memiliki mesin PCR sendiri.