Pengelola pusat kebugaran dan les tari sengaja mengurangi jumlah kursi guna mencegah para anggota duduk mengobrol. Mereka juga tidak boleh berdiri di selasar untuk bercengkerama.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Masa pembatasan sosial berskala besar transisi membuat masyarakat mulai memberanikan diri untuk kembali beraktivitas fisik di pusat kebugaran dan studio tari. Latihan berjalan dengan syarat baik sasana maupun pelanggan memenuhi persyaratan keamanan Covid-19.
”Selama di rumah memang rutin menari supaya enggak mati gaya, tetapi susah menangkap instruksi dari pelatih,” kata Ni Wayan Suryantini, seorang pegawai swasta di Jakarta, Senin (24/8/2020).
Ia sudah mulai kembali menari di studio tari Bali Omah Wulangreh. Sebelumnya, selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), studio ini menyediakan kelas daring. Adanya PSBB transisi membuat pengelola studio membuka kembali les tari secara langsung. Caranya dengan merotasi peserta latihan. Apabila biasanya ada 12 orang yang ikut di kelas, kini hanya lima atau enam orang yang boleh datang langsung ke studio. Meskipun begitu, biasanya hanya tiga hingga empat orang yang betul-betul datang.
”Kami mendapat giliran dua kali sebulan latihan langsung dan dua kali sebulan latihan daring,” ujar Wayan.
Ia menjelaskan tidak ada paksaan bagi peserta mengikuti latihan langsung karena mereka tetap boleh memilih sepenuhnya latihan daring. Akan tetapi, bagi Wayan, latihan langsung membuat ia lebih cepat mempelajari gerakan tarian walaupun kini guru tari tidak melakukan kontak fisik.
Hal serupa diterapkan di waralaba Celebrity Fitness di mal FX Sudirman, Jakarta Pusat. General Manager Mochamad Egal menjelaskan, sasana itu hanya dibuka bagi anggota terdaftar. Itu pun wajib menjadwalkan kegiatan melalui aplikasi Celebrity Fitness, 46 jam sebelum kedatangan. Apabila kuota hari sudah penuh, pendaftaran otomatis ditutup.
Semua peralatan fitnes dan studio aerobik maksimal untuk 50 persen dari kapasitas reguler, tetapi biasanya yang datang berolahraga setiap hari hanya sepuluh orang bergantian. Selain manajemen rutin melakukan disinfektan setiap hari sebelum sasana dibuka, klien juga diminta mengelap peralatan yang mereka pakai dengan cairan disinfektan yang disediakan oleh sasana dan wajib bermasker.
”Makanya, olahraga berintensitas tinggi seperti tinju dan aerobik untuk level lanjutan ditiadakan dulu karena berbahaya jika dilakukan dengan bermasker,” kata Egal.
Semua anggota juga menandatangani persetujuan bersedia dikeluarkan dari sasana jika melanggar aturan seperti tidak bermasker, berdiri bergerombol, serta menunjukkan gejala demam, batuk, dan pilek. Para pelatih otomatis menjadi lebih cerewet terhadap para anggota, terus mengingatkan mereka agar disiplin.
Reni, seorang klien Celebrity Fitness, memilih kembali ke sasana karena bosan berolahraga di rumah melalui kelas daring yang disediakan pusat kebugaran ini ataupun joging keliling kompleks. Menurut dia, di rumah hanya bisa melakukan gerakan dasar. Gerakan-gerakan yang lebih rumit atau harus memakai alat memang memerlukan pengawasan pelatih profesional.
”Pelatih sekarang sama sekali enggak ada kontak fisik. Kalau saya ada kesalahan gerakan, ia menginstruksikan secara verbal. Memang jadi cerewet sih, tetapi yang penting level latihan saya bisa naik,” tuturnya.
Menurut Egal, suasana sasana yang sepi menjadikan waktu olahraga lebih efektif. Pihak pengelola sengaja mengurangi jumlah kursi guna mencegah para anggota duduk mengobrol. Mereka juga tidak boleh berdiri di selasar untuk bercengkerama. Setiap anggota hanya boleh datang dan langsung berolahraga. Setelah itu segera membersihkan diri di kamar mandi.
Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 6.11.1/Menpora/VI/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 pada Kegiatan Kepemudaan dan Keolahragaan dalam Mendukung Keberlangsungan Pemulihan Kegiatan Melalui Adaptasi Perubahan Pola Hidup dalam Tatanan Normal Baru.
Pelatih sekarang sama sekali enggak ada kontak fisik. Kalau saya ada kesalahan gerakan, ia menginstruksikan secara verbal. Memang jadi cerewet sih, tetapi yang penting level latihan saya bisa naik.
Selain protokol standar seperti pemeriksaan suhu tubuh dengan batas maksimal 37,3 derajat celsius, bermasker, menyediakan tempat cuci tangan, dan menyemprot semua sarana olahraga dengan disinfektan secara rutin, peserta kegiatan juga diwajibkan mandi setelah beraktivitas untuk memastikan mereka meninggalkan sasana dalam keadaan bersih.
Intensitas tinggi
Aturan bermasker sukar diterapkan di sasana Kemang Fight Gym (KFG). Menurut salah satu pendiri pusat kebugaran ini, Mohammad Rizky atau Okky, hal itu karena KFG fokus untuk pelatihan muaythai yang berintensitas tinggi. Memakai masker akan menghalangi pernapasan dan berdampak buruk pada tubuh karena aliran karbon dioksida keluar tubuh tidak lancar. Hanya pelatih yang menggunakan masker dan perisai wajah. Satu pelatih khusus menangani satu klien.
Oleh sebab itu, KFG membatasi setiap sesi hanya boleh dihadiri maksimal sepuluh orang yang sudah memesan tempat lewat telepon sehari sebelumnya. Sebelum PSBB, satu sesi bisa dihadiri 20 orang, bahkan lebih. Cara ini memastikan setiap orang yang berolahraga bisa menjaga jarak dua meter satu sama lain.
”Beberapa bulan ini tidak pernah lebih dari tiga orang yang datang untuk satu sesi, jadi menjaga jarak lebih mudah. Bahkan, sering hanya satu orang yang datang sehingga kami bisa fokus mengawasi,” kata Okky.