Warga Jalankan Protokol Kesehatan pada Rangkaian Ibadah Kurban
Shalat Idul Adha di ruang terbuka dan menunda pemotongan hewan kurban menjadi pilihan warga untuk mencegah kerumunan di tengah pandemi virus korona jenis baru.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga berusaha mencegah kerumunan saat shalat Idul Adha di Jakarta, Jumat (31/7/2020). Hal ini dilakukan agar warga tidak terpapar virus yang masih belum dapat dikendalikan. Rangkaian ibadah Idul Adha berlangsung khidmat di tengah pandemi virus korona jenis baru.
Shalat Idul Adha di Jakarta berlangsung di bawah bayang-bayang lonjakan kasus positif Covid-19. Alhasil, warga sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan agar perayaan berjalan lancar.
Warga RW 002 Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, menggelar shalat di jalan dekat kantor rukun warga. Pengurus warga memilih ruang terbuka karena aliran udara lebih lancar dan jarak antar-anggota jemaah bisa lebih terjaga. Warga menggelar terpal dengan tanda silang untuk menandai jarak antar-anggota jemaah. Setiap orang masing-masing berjarak sekitar 1 meter.
Ketua RW 002 Kelurahan Gelora Bahrudin menuturkan, warga sepakat shalat di ruang terbuka agar protokol kesehatan dapat terlaksana dengan baik sekaligus meredakan kecemasan akan penularan virus korona jenis baru. ”Pengaturan lebih mudah saat shalat di ruang terbuka,” ujarnya. Warga juga sepakat memotong hewan kurban pada Sabtu (1/8/2020). Tujuannya adalah mencegah kerumunan dan antrean untuk mendapatkan daging kurban.
Pengurus Masjid Jami Al Falah, Kelurahan Gelora, mewajibkan jemaah cuci tangan dengan sabun pada air mengalir sebelum masuk ke masjid. Tidak ada shalat berjemaah hingga ke jalan di depan masjid untuk mencegah kerumunan sehingga pengurus memaksimalkan dua lantai masjid itu. Jarak antar-anggota jemaah ditandai dengan tanda silang. Jarak satu sama lain kira-kira 1 meter.
Hal berbeda tampak di Palmerah Barat, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Warga memenuhi area masjid hingga jalan di depannya. Pada area jalan itu, jarak antar-anggota jemaah minim, hanya belasan sentimeter, karena keterbatasan lahan di perkampungan. Kendati demikian, shalat tetap berlangsung khidmat.
Di sana, warga sepakat bahwa pemotongan hewan kurban dilakukan seusai shalat Jumat supaya tidak ada kerumunan dan antrean. Itu merupakan pilihan terbaik karena keterbatasan lahan di area padat penduduk.
Bersyukur
Warga bersyukur dapat merayakan Idul Adha di tengah pandemi. Perayaan semakin lengkap dengan pemotongan hewan kurban. Forum Betawi Rempug Kelurahan Gelora, misalnya, menyerahkan sapi dan kambing untuk kurban. Hewan-hewan itu dipotong seusai shalat Jumat. Sapi dan kambing dimandikan terlebih dahulu supaya bersih, lalu dipotong, dan dagingnya dibagi-bagikan kepada warga.
Sementara jemaah Masjid Jami Al Falah tidak memotong hewan kurban tahun ini. Tidak ada sumbangan hewan kurban dari donatur karena pandemi. Akan tetapi, warga tetap bersyukur bisa merayakan Idul Adha.
Muhammad (52) menuturkan, ada kesan tersendiri bisa merayakan Idul Adha di tengah pandemi. Apalagi, setiap orang harus menjaga diri dengan protokol kesehatan untuk mencegah paparan virus korona jenis baru. ”Walaupun ada jaga jarak antarwarga, suasana kebersamaan tetap terasa,” kata Muhammad.