Menjauhi Kerumunan Saat di Kantor Pilihan Terbaik Saat Ini
Kecemasan melanda pekerja karena penambahan kasus positif Covid-19 belum terkendali di area kantor. Menjauh dari kerumunan saat bekerja adalah pilihan terbaik saat ini untuk menghindari paparan virus korona jenis baru.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Belasan karyawan asyik bercengkerama di trotoar depan salah satu tower perkantoran di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2020). Kopi kemasan dari pedagang kopi keliling kian menghangatkan suasana di sela-sela jam istirahat siang itu. Kehangatan bertambah lengkap tanpa adanya jaga jarak di antara satu sama lain.
Hal yang sama tampak di area kantin sekitar perkantoran. Pekerja lalu lalang untuk makan. Mereka bergerombol, dalam kelompok kecil ataupun sendirian. Ada yang mengenakan masker dan pelindung wajah, hanya masker, posisinya tidak pas hanya menutupi dagu hingga tanpa masker. Suasana cukup ramai dengan senda gurau dan obrolan.
Dinda (28) menahan diri untuk makan di meja kerjanya alih-alih ke kantin atau pantri. Ada kecemasan tertular virus korona jenis baru karena pekan lalu salah satu pekerja di kantonya positif Covid-19. ”Semenjak ada karyawan sekantor positif Covid-19 jadi enggak nyaman banget meskipun enggak ada kontak langsung. Karena ada titik-titik rawan, seperti di lift, pantri, dan toilet kantor. Aku pribadi menghindari area itu di jam-jam istirahat untuk saat ini,” kata Dinda.
Perasaan setengah hati melingkupinya saat bekerja dari kantor. Sayangnya manajemen tak kunjung memutuskan bekerja dari rumah walaupun sudah ada pekerja yang positif Covid-19. Alhasil berpikiran positif dan menerapkan protokol kesehatan secara mandiri menjadi satu-satunya cara untuk melawan kecemasan setiap kali berangkat dan pulang kerja.
Dinda mengatakan, protokol kesehatan acap kali tidak berjalan dengan baik sejak kembali bekerja dari kantor pada pekan kedua Mei. Misalnya sembilan orang berdesakan di dalam lift, terbatasnya tempat cuci tangan dan antiseptik. Namun, semenjak temuan kasus positif Covid-19 sudah mulai ada pembenahan. Ada pengetatan cek suhu tubuh di lobi dan akses lift, lebih banyak tersedia cairan antiseptik, dan pembuatan penanda silang di meja kerja untuk jaga jarak fisik.
Sayangnya, nyaris belum ada perubahan aktivitas kerja di kantornya. Pekerja tetap bekerja seperti biasa. Kondisi itu membuatnya selalu membawa masker cadangan, antiseptik, tisu basah, peralatan makan dan bekal dari rumah. Tidak lupa semua barang bawaan selalu didisinfeksi. Bahkan ada ketentuan wajib cuci tangan dengan sabun pada air mengalir sebelum masuk ke rumah dan langsung menuju kamar mandi untuk bersihkan diri dan merendam pakaian dengan detergen.
Nisa (24) sedikit lega seusai hasil tes cepatnya menunjukkan non-reaktif. Walakin kekhawatiran tetap ada karena manajemen tak kunjung meliburkan kantor walaupun sudah ada dua pekerja positif Covid-19.
Informasi pekerja positif Covid-19 datang bertubi-tubi dalam dua hari sejak Selasa (28/7/2020). Manajemen kantor pun langsung mewajibkan tes cepat kepada semua pekerja. ”Ada yang positif tetapi masih masuk. Gila rasanya, tetapi mau bagaimana lagi,” ujar Nisa. Pekerja di kawasan Jakarta Pusat itu akan melengkapi diri dengan alat pelindung wajah untuk mencegah paparan virus korona jenis baru.
Melati (31) juga semakin berhati-hati saat beraktivitas di kantor. Pada Juni lalu ada aparatur sipil negara yang positif Covid-19 di salah satu lantai kantor yang terletak di Jakarta Selatan itu. Jauh sebelumnya saat pembatasan sosial berskala besar ada juga pegawai yang meninggal karena Covid-19.
Seluruh pegawai di lantai dengan temuan kasus positif bekerja dari rumah dan melakukan tes usap. Akan tetapi itu tidak berlaku untuk lantai lainnya. Hanya ada tes cepat untuk pegawai struktural dan staf dalam satu gelombang saat awal pandemi. ”Waswas, kan ada kemungkinan naik lift yang sama,” ujar Melati.
Waspada
Analisis Satgas Penanganan Covid-19 di Jakarta menunjukkan permukiman menjadi sumber kluster penularan utama, disusul pasar tradisional, perkantoran, fasilitas kesehatan, dan rumah ibadah.
Dari kluster perkantoran, sebelum 4 Juni 2020, ada 43 kasus positif Covid-19 di Jakarta. Namun, saat ini ada tambahan 397 kasus sehingga total ada 440 kasus positif dari kluster perkantoran di Jakarta yang berada di 68 perkantoran.
Mayoritas kluster perkantoran ini berasal dari kantor kementerian, antara lain Kementerian Keuangan sebanyak 25 kasus, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (22 kasus), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (15 kasus), Kementerian Kesehatan (10 kasus), Kementerian Pemuda dan Olahraga (10 kasus), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (9 kasus). Kluster badan usaha milik negara yang terbesar adalah kantor PT Antam, yakni 68 kasus. Sejumlah perusahaan swasta, termasuk media, juga menjadi kluster penularan baru.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Budi Haryanto menuturkan, cara yang bisa dilakukan saat ini ialah pengetatan disiplin protokol kesehatan secara tegas dengan sanksi dan denda sembari gencarkan sosialisasi situasi darurat. Sebab, ketakutan penularan pada level komunitas sudah terjadi. ”Sekarang sudah tidak mungkin lagi kembali lagi ke pembatasan sosial berskala besar karena penularan sudah terjadi pada tingkat komunitas,” kata Budi.
Sementara Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Zubairi menjelaskan, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh pekerja kantor. Jika naik transportasi umum, masker yang digunakan karyawan harus diganti ketika tiba di kantor.
Selain itu, ruangan kantor juga harus dibersihkan setelah jam kerja usai. Jika dimungkinkan, lanjutnya, ruangan yang memiliki jendela dibuka dulu sebelum karyawan masuk. Sistem pendingin diganti dari AC ke kipas angin selama karyawan bekerja. Ini untuk menjaga sirkulasi udara di ruangan tersebut.
Ditutupnya kantin, lanjut Zubairi, bertujuan agar tidak terjadi pelanggaran protokol jarak fisik ketika karyawan mengonsumsi makanan. Oleh sebab itu, karyawan yang membawa bekal makanan dari rumah sedapat mungkin makan tidak secara berkelompok. ”Kalau bisa lokasi makannya jangan di kantor, tetapi di ruangan terbuka,” ujarnya.