Dirut MRT Jakarta: Proyek Fase 2A Hadapi Tiga Tantangan Besar
Untuk segera memulai konstruksi fase 2a, PT MRT Jakarta menyusun skenario pengalihan lalu lintas di Jalan MH Thamrin. Mulai mengurangi lebar trotoar, pengalihan halte dan JPO untuk menyediakan area kerja proyek MRT.
Oleh
Helena F Nababan
·6 menit baca
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar, dalam forum jurnalis MRT, Rabu (22/7/2020), menjelaskan, proyek fase 2a MRT Jakarta berbeda dengan pembangunan fase 1. Meski sama-sama berwujud konstruksi bawah tanah, untuk fase 2a ini ada tiga tantangan besar yang mesti dihadapi dan dituntaskan supaya konstruksi aman dan tahan lama.
Semakin ke utara, lanjut William, jenis tanah yang dihadapi semakin lunak. Pun, MRT Jakarta mesti menghadapi penurunan muka tanah. Supaya konstruksi aman dan umur konstruksi bisa bertahan lama, tantangan tanah lunak dan penurunan muka tanah ini mesti dibuatkan penanganannya.
Lalu, masalah cagar budaya. Mulai dari Bundaran HI hingga Kota, berdasarkan koordinasi dengan tim ahli cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perlu dilakukan penggalian cagar budaya di beberapa titik.
”Kami sudah buat tim cagar budaya ini. Supaya apabila ada temuan saat tes arkeologi, pekerjaan konstruksi tidak berhenti lama karena harus ada penelitian dan membuat keputusan,” ujar Silvia menambahkan.
Tantangan lainnya, menurut William, adalah lingkungan. Hal ini karena kawasan Monas adalah kawasan cagar budaya, pembangunan MRT fase 2a harus bisa meminimalkan dampak lingkungan. Salah satunya dilakukan dengan membangun pagar proyek khusus dengan tanaman.
Pagar dengan tanaman itu bertujuan supaya selama pembangunan stasiun Monas, masyarakat tetap bisa menikmati kawasan Monas dan pembangunan tidak mengganggu suasan dalam taman Monas. Apalagi, pintu masuk stasiun Monas di sisi barat daya akan dibuat sebagai pintu masuk ke bawah tanah supaya bisa menyatu dengan sekitarnya.
William melanjutkan, selain masyarakat bisa ikut terlibat dan mengetahui kemajuan tahapan pembangunan, juga akan dibuat bangunan pusat pengunjung atau visitor center. Di tempat itu, masyarakat bisa melihat langsung proses pekerjaan MRT fase 2a.
Sementara itu, dari rapat kerja PT MRT Jakarta dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta, Sekretaris Komisi B Pandapotan Sinaga menyatakan, karena depo MRT fase 2 direncanakan berada di Ancol Barat, MRT Jakarta diminta segera menuntaskan status lahan tersebut. Itu karena status hak guna bangunan atau HGB atas lahan seluas 42 hektar tersebut masih atas nama satu perusahaaan swasta, Asahi Mas.
”HPL (hak penggunaan lahan)-nya memang punya Pemprov DKI Jakarta. Tapi, HGB-nya masih atas nama Asahi Mas, sementara mereka sudah merelokasi pabrik mereka dari lahan itu sejak lama. Status ini yang harus dituntaskan oleh MRT Jakarta lebih dulu supaya jelas,” ujar Sinaga.
Jumat mulai konstruksi
Mulai Jumat (24/7/2020) besok, PT MRT Jakarta memastikan pekerjaan konstruksi fase 2a MRT Jakarta koridor selatan-utara Bundaran HI-Kota dimulai, ditandai dengan adanya pengalihan lalu lintas di sekitar Bundaran HI dan pemasangan pagar untuk area kerja. Secara umum, mulai akhir pekan ini hingga Maret 2025 akan ada tiga tahapan pengalihan lalu lintas untuk pekerjaan konstruksi fase 2a.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim, dalam acara forum jurnalis MRT Jakarta, kemarin, menjelaskan, konstruksi awal yang dikerjakan adalah paket kontrak (CP) 201 dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Harmoni berupa konstruksi bawah tanah (underground) stasiun dan terowongan untuk trek atau jalur kereta.
Di lintasan CP 201 akan ada dua stasiun bawah tanah, yaitu Stasiun Thamrin di perempatan MH Thamrin dan Kebon Sirih, serta Stasiun Monas di Medan Merdeka Barat. Total panjang terowongan yang dibangun di CP 201 adalah 1.942 meter.
Sama seperti pembangunan konstruksi bawah tanah di fase 1 koridor selatan-utara, pembangunan konstruksi bawah tanah fase 2a ini juga akan menggunakan mesin bor atau (tunnel boring machine/TBM). Untuk keperluan menurunkan TBM, juga untuk membangun stasiun itulah diperlukan rekayasa lalu lintas di Jalan MH Thamrin-Harmoni.
Secara umum, lanjut Silvia, memang pekerjaan rekayasa lalu lintas dibagi tiga tahap. Tahap pertama mulai akhir Juli 2020-Maret 2023. Tahap dua mulai April 2023-Desember 2023. Lalu tahap tiga mulai Januari 2024-Maret 2025.
Untuk tahap 1, rekayasa lalu lintas untuk pembangunan stasiun Thamrin dimulai dari batas akhir fase 1, tepatnya di depan gedung Sinar Mas di Jalan MH Thamrin menuju arah utara ke arah patung kuda.
Mulai besok sampai September 2020 ini akan ada pekerjaan di depan Sinar Mas. Lalu pada Oktober-November 2020 pekerjaan dimulai dari Menara Cakrawala hingga patung kuda, yaitu pekerjaan untuk mengurangi lebar trotoar supaya badan jalan bisa digeser ke kanan dan ke kiri ke arah trotoar. Sementara di bagian tengah akan tercipta area yang cukup lebar.
Oleh karena itu, pada Desember 2020-Maret 2021, para pekerja akan mulai bekerja di area tengah tadi. Di area tengah itulah TBM diturunkan, kontraktor mulai membuat terowongan dan dinding stasiun.
Dalam pekerjaan di tahap awal ini, jembatan penyeberangan orang (JPO) di depan BI akan dibongkar. Sementara Tugu Jam di perempatan Kebon Sirih juga akan direlokasi.
Untuk halte Trans Jakarta di jalur itu, masyarakat akan tetap bisa mengakses dengan zebra cross. Namun, selama proses rekayasa berlangsung, halte akan dipecah dua. Dari yang sebelumnya di tengah akan dipisah menjadi satu di depan BI dan satu halte di depan Bank Mandiri.
”Sekarang, kan, ada di tengah. Karena terdampak, kami pecah menjadi dua. Satu halte di depan Bank Mandiri untuk ke arah selatan dan satunya di depan BI untuk ke arah utara. Halte ini akan ada selama lima tahun ke depan,” ujar Silvia.
Stasiun Thamrin akan dibangun dengan kedalaman 30 meter dan besar dengan 10 pintu masuk. Desain itu dibuat untuk mengantisipasi adanya MRT koridor timur-barat yang akan bersinggungan di perempatan Kebon Sirih. Untuk konstruksi di wilayah DKI Jakarta, MRT koridor timur-barat dari Balaraja ke Cikarang itu akan dibangun di bawah tanah. Titik persinggungan dengan koridor selatan-utara adalah di perempatan Kebon Sirih itu.
”Terowongan CP 201 akan melintang di atas terowongan koridor timur-barat itu nanti. Lalu sebagai stasiun integrasi dan pergantian penumpang dari dua koridor, Stasiun Thamrin dirancang untuk bisa menampung pergerakan besar dari penumpang. Stasiun Thamrin nanti akan menjadi stasiun MRT terbesar,” kata Silvia.
Untuk Stasiun Monas, karena terletak di kawasan cagar budaya dan dekat dengan ring satu kepresidenan, tidak akan banyak terjadi rekayasa lalu lintas di Medan Merdeka Barat. Pembangunan terowongan dan konstruksi stasiun dikerjakan dengan metode khusus yang disebut box jacking.
”Dengan metode ini, kami menggali di bawah seperti membuat terowongan, tetaip dangkal sehingga alat-alat bisa diturunkan dan diangkat dari bukaan box jacking itu. Pengguna jalan tidak akan tahu kalau di bawah jalan sebenarnya sedang ada konstruksi,” kata Silvia.
Dengan metode ini, kami menggali di bawah seperti membuat terowongan, tetapi dangkal sehingga alat-alat bisa diturunkan dan diangkat dari bukaan box jacking itu. Pengguna jalan tidak akan tahu kalau di bawah jalan sebenarnya sedang ada konstruksi. (Silvia)
Dengan metode ini, implikasinya, jalan di depan museum akan ditutup sekitar akhir bulan ini untuk persiapan sampai 2023 atau sekitar tiga tahun untuk menyelesaikan pintu masuk.
”Jalan Medan Merdeka Barat itu salah satu jalan protokol. Kondisinya harus selalu dipertahankan rancangan dan keamanannya. Untuk itu, metode khusus itu dipakai,” kata Silvia.