Usaha pijat refleksi di wilayah DKI Jakarta belum beroperasi lagi pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Pemerintah daerah sedang merancang protokol kesehatan yang akan diterapkan di tempat itu.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Pada Jumat (19/6/2020) siang, Deso Refleksi dan Pijat Keluarga yang berada di Jalan Kemanggisan Raya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih tutup. Nomor telepon kantor Deso, ketika dihubungi, juga tidak aktif. Berjarak 1 kilometer dari Deso, NN Family dan Reflexology juga belum buka. Pagarnya terkunci.
Tidak hanya usaha pijat refleksi bergedung sendiri yang masih tutup. Gerai pijat refleksi yang berada di mal juga urung buka. Di Lantai 3A Blok M Square, Jakarta Selatan, misalnya, rentetan ruko pijat refleksi belum beroperasi. Penutupan ini terlihat kontras karena gerai usaha lainnya sudah mulai berjualan.
Fadillah, karyawan gerai makanan yang berada di Lantai 3A Blok M Square, menjelaskan, pemilik usaha pernah membuka gerai beberapa waktu lalu. Akan tetapi, mereka langsung dilarang oleh petugas satpam.
”Para pekerja yang saya kenal juga sudah enggak sabar untuk kerja lagi. Sudah pada kere semua karena nganggur,” katanya.
Protokol kesehatan disiapkan
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia menjelaskan, pembukaan tempat spa dan pijat refleksi belum dipastikan waktunya. Ini tergantung dari hasil evaluasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi fase 1 yang berlangsung hingga akhir Juni.
Cucu memahami bahwa penutupan tempat spa dan pijat refleksi akan membuat pusing pengusaha. Namun, yang harus diingat, spa dan pijat refleksi berisiko tinggi penularan Covid-19. Selain berada di dalam ruangan, kedua tempat usaha itu juga sangat sulit menerapkan jarak fisik dan sosial.
Menurut Cucu, protokol kesehatan untuk tempat usaha itu sedang dibahas. ”Untuk pembukaan tinggal masalah waktu saja. Protokol kesehatan masih kami diskusikan untuk spa dan pijat-memijat ini,” ucapnya.
Pijat daring
Di tengah PSBB transisi, pijat refleksi daring yang disediakan oleh Go-massage pun belum tersedia lagi. Layanan Go-massage bergabung di Go-life dari aplikator Gojek. Dengan layanan ini, pelanggan bisa memesan tukang pijat ke kediaman mereka.
Selama layanan Go-massage belum beroperasi lagi, sejumlah pekerja Go-massage tetap menerima layanan pijat dengan melayani pelanggan yang sudah dikenal.
Ami (37), pekerja Go-massage, belum mengetahui kapan layanan Go-massage akan dibuka. Untuk saat ini, Ami tetap mengambil orderan pijat, tetapi ia khusus membatasi layanan hanya untuk perempuan.
”Kalaupun ada order dari laki-laki, itu hanya orang yang sudah saya kenal. Kalau orangnya belum kenal, saya tidak ambil,” ujarnya.
Berbeda dengan Ami, Wanda (31), pekerja Golife lainnya, menerima orderan pijat untuk lelaki dan perempuan. Ini khusus untuk pelanggan yang sudah ia kenal sebelumnya.
Dia pun menaikkan tarif dari yang biasanya Rp 150.00 per 1,5 jam di tarif resmi Go-massage menjadi Rp 250.000. Kenaikan tarif ini lantaran order yang masuk kepadanya tidak selalu ada setiap hari.
”Tetapi, dalam rentang satu minggu, biasanya selalu ada, sih. Untuk tarif, ya, harus segitu sekarang. Ini, kan, new normal, kalau sudah normal situasinya, tarif kembali seperti biasa,” ujarnya.