Ditinggal Si Mbak Saat Covid-19, Begini Cerita Kelas Menengah Jakarta
Mencari asisten rumah tangga yang pas tak selalu mudah. Ada kalanya persyaratan dari kedua pihak tidak cocok. Di tengah pandemi Covid-19 ini, muncul lagi tambahan persyaratan kesehatan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
Bagi sebagian kelas menengah Jakarta, ditinggalkan asisten rumah tangga bisa menjadi masalah besar karena para asisten ini sudah menjadi pihak yang inheren dalam keluarga. Saat pandemi Covid-19, kepusingan mendapatkan asisten rumah tangga berlipat karena ada tambahan prasyarat kesehatan.
Karyawan bank swasta yang berkantor di Jakarta, Febri Herman (31), sedang mencari pengasuh baru untuk anaknya yang berusia 20 bulan, Kamis (18/6/2020).
Pengasuh sebelumnya baru bekerja tujuh bulan, tetapi ingin rujuk dengan mantan suami. Pengasuh bernama Wati ini meminta izin tidak tinggal lagi di rumah Febri. Pola ini membuat Febri dan keluarga repot.
”Kami jam 06.00 biasanya sudah berangkat dari rumah. Terus anak biasanya baru bangun jam 06.30. Dia bisa datang jam berapa? Belum lagi risiko dia akan terpapar virus korona baru selama dalam perjalanan,” ujarnya.
Wati menawarkan orang lain untuk menggantikan dirinya, tetapi sang pengganti baru berusia 16 tahun. Febri menolak tawaran itu. Selain yang bersangkutan masih di bawah umur, dia pun ragu menitipkan anak kepada pengasuh berusia 16 tahun.
Beberapa teman Febri menawarkan biro penyedia pengasuh anak. Namun, butuh anggaran besar jika menggunakan jalur ini. Padahal, lanjutnya, dia hanya butuh pekerja yang bisa mengasuh anak. Untuk layanan ini, ia memberi Rp 1,7 juta per bulan.
”Kalaupun dia harus cuci piring, paling mencuci piring makannya sendiri. Kalau dia bisa masak, kami sediakan bahan. Kalau tidak mau memasak, kami beri tambahan Rp 10.000 per hari untuk biaya makan,” ujarnya.
Beberapa teman Febri menawarkan biro penyedia pengasuh anak. Namun, butuh anggaran besar jika menggunakan jalur ini. Padahal, lanjutnya, dia hanya butuh pekerja yang bisa mengasuh anak.
Febri pun berusaha mencari opsi lain, yaitu mencari tempat penitipan anak atau daycare. ”Aku udah cek beberapa daycare di wilayah Bintaro (dekat rumah), tetapi harganya juga lumayan. Di atas Rp 2 juta semua,” katanya.
Warga lainnya, Cindy Atmadja (38), baru saja melahirkan anak pertama Mei lalu. Pada awal bulan ini, ART-nya pulang kampung. Cindy sudah menjelaskan agar yang bersangkutan tidak usah pulang dulu sebelum pandemi Covid-19 mereda.
”Tetapi, katanya ada anggota keluarga yang sakit. Jadi tak bisa ditahan,” katanya.
Sehari berselang, Cindy mendapatkan ART baru. Berangkat dari informasi teman, Cindy menemukan beberapa ART yang menunggu lowongan pekerjaan. ”Jadi, selama pandemi ini, ada beberapa ART yang disuruh berhenti karena majikannya takut virus korona,” katanya.
Pada hari pertama kerja, Cindy melakukan tes cepat kepada ART baru. Hasilnya nonreaktif. ”Aku beli alatnya (rapid test) sendiri,” kata karyawan bank swasta ini.
Pada hari pertama kerja, Cindy melakukan tes cepat kepada ART baru. Hasilnya nonreaktif.
Layanan Gomaid
Kelas menengah Jakarta yang ditinggalkan ART bisa mencoba layanan platform penyedia tenaga kerja rumah tangga, seperti Gomaid. Hadir sejak tahun 2015, Gomaid mempertemukan antara ART, pengasuh anak, serta sopir dan pelanggan.
Co-Founder Gomaid, Jessica, menjelaskan, sedikitnya ada sekitar 3.000 orang yang saat ini siap bekerja sebagai ART, pengasuh anak, dan sopir pribadi. Dia menjamin tenaga kerja yang ditawarkan sudah diseleksi secara ketat. ”Latar belakangnya kami cek, juga dokumen-dokumen pribadi, serta pengalamannya di bidang tersebut,” ujar Jessica.
Dia melanjutkan, Gomaid menggaransi pekerja tersebut selama tiga bulan. Selama fase itu, pelanggan bisa mengganti pekerja sebanyak tiga kali jika tak cocok dengan yang bersangkutan.
Selain itu, pelanggan juga bisa mewawancarai calon pekerja sebelum menandatangani kontrak. Skema gaji ditentukan pelanggan dan pekerja dengan tetap di bawah koordinasi Gomaid. Pelanggan juga bisa melakukan uji kelayakan selama tiga hari.
Gomaid menggaransi pekerja tersebut selama tiga bulan. Selama fase itu, pelanggan bisa mengganti pekerja sebanyak tiga kali jika tak cocok dengan yang bersangkutan.
”Misalnya ada pelanggan yang butuh ART dengan rentang gaji Rp 3 juta-Rp 3,5 juta. Kami akan mencarikan calon pekerja yang cocok dengan profil itu,” katanya.
Untuk mengakses layanan Gomaid, pelanggan harus membayar biaya admin sebesar Rp 2 juta untuk mencari ART, Rp 2,5 juta untuk pengasuh anak, dan Rp 3 juta untuk sopir pribadi.
”Kami berusaha menekan tingkat replacement (penggantian pekerja). Oleh sebab itu, kami memastikan pekerja yang kami sediakan memang orang yang ingin betul-betul bekerja. Jika ada pekerja yang amit-amit, ya, terlibat kasus kriminal, kami akan membantu proses hukumnya dengan menyediakan data pekerja tersebut. Tetapi, kami tidak mengganti kerugian materiil yang ditimbulkan,” lanjutnya.
Berbeda dengan perusahaan penyedia tenaga kerja konvensional, Gomaid tidak memotong gaji pekerja per bulan. Pekerja hanya membayar Rp 100.000 setelah mereka menandatangani kontrak dengan majikan baru.