Perumda Pasar Jaya mulai Senin (15/6/2020) mengatur pedagang berjualan dengan sistem ganjil genap sesuai nomor kios mereka dan tanggal kalender. Kebijakan diambil setelah ada 52 pedagang positif Covid-19.
Oleh
HELENA F NABABAN/Johanes Galuh Bimantara/Pradipta Pandu Mustika/Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF) 11-06-2020
Sejumlah pedagang mengikuti tes massal Covid-19 di Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2020). Tes ini diadakan untuk mendeteksi persebaran penularan menyusul ditemukannya kasus positif di beberapa pasar tradisional di Jakarta. Sebagian besar pedagang justru memilih menutup kiosnya dan tidak ikut tes cepat Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya DKI Jakarta menerapkan pedagang berjualan bergantian dengan sistem ganjil genap sesuai nomor kios mereka. Pengaturan ini diterapkan setelah 52 pedagang positif terjangkit Covid-19 setelah tes cepat dan usap tenggorokan di lingkungan pasar tradisional yang dikelola Perumda Pasar Jaya.
Pedagang pun wajib memakai pelindung wajah dan pengunjung pasar mesti memakai masker. Siapa pun tanpa masker dilarang masuk ke 150 pasar tradisional yang dikelola badan usaha milik daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut.
”Mulai 15 Juni nanti, pasar-pasar di lingkungan Pasar Jaya beroperasi dengan sistem ganjil genap. Saat kalender ganjil, kios nomor ganjil yang buka. Saat kalender genap, kios dengan nomor genap yang buka,” kata Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin dalam konferensi pers daring di Jakarta, Kamis (11/6/2020).
Kami sosialisasi kepada pengunjung pasar dan pedagang agar mereka menjalankan secara disiplin protokol Covid-19.
Pasar Jaya juga akan mengatur lalu lintas pengunjung dengan membuat jalur searah di dalam pasar. Stiker penunjuk arah akan ditempelkan di lantai disertai pemisahan pintu masuk dan keluar pasar.
Pasar Jaya akan menambah tempat cuci tangan supaya pedagang dan pembeli bisa lebih sering mencuci tangan. Pengelola juga akan lebih intens mensterilkan titik-titik yang sering menjadi titik kumpul. ”Kami sosialisasi kepada pengunjung pasar dan pedagang agar mereka menjalankan secara disiplin protokol Covid-19 yang sudah dibuat,” kata Arief.
Pasar tradisional tetap beroperasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena menjual kebutuhan pokok warga. Hal ini membuat pasar tradisional berpotensi menjadi tempat penyebaran Covid-19.
Pedagang memeriksa kiosnya di Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang masih tutup, Kamis (11/6/2020). Pasar tekstil terbesar di kawasan Asia Tenggara ini tengah bersiap jelang pembukaan dan beroperasi kembali pada 15 Juni mendatang dengan dan mengatur kios yang buka berdasarkan sistem pengaturan ganjil genap berdasarkan nomor kios.
Kasus di Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta Timur, kata Arief, terjadi pada bulan Ramadhan lalu saat PSBB kedua berjalan. Ketika itu ada pedagang dari luar Jakarta yang positif Covid-19. Tim puskesmas pun datang ke pasar induk untuk melakukan tes cepat dan tes usap. Sedikitnya 100 orang, baik pedagang maupun karyawan Pasar Jaya, dites. ”Satu pedagang positif dan langsung isolasi mandiri,” ujarnya.
Berdasarkan kasus itu, pada 3 Mei hingga 10 Juni lalu, Pasar Jaya melakukan tes cepat kepada 1.418 pedagang di 19 pasar. Sejauh ini, 52 pedagang positif terjangkit Covid-19. ”Kalau ada yang terindikasi positif, pasar ditutup tiga hari untuk penyemprotan dan sterilisasi. Setelah itu baru beroperasi lagi,” kata Arief.
Meskipun pengelola pasar sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, kepatuhan pedagang dan warga yang berbelanja menjalankannya belum sesuai harapan. Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan menilai sosialisasi Pasar Jaya kurang intensif sehingga masih ada pedagang dan pengunjung belum memakai masker saat berada di pasar.
Reynaldi mengungkapkan, berdasarkan rekapitulasi Ikappi, hanya 51 pedagang pasar DKI Jakarta yang positif Covid-19, bukan 52 pedagang seperti disampaikan Pasar Jaya. Mereka tersebar di Pasar Perumnas Klender 20 orang, Pasar Mester Jatinegara (1), Pasar Serdang Kemayoran (9), Pasar Kedip Kebayoran Lama (2), Pasar Rawa Kerbau Cempaka Putih (14), dan Pasar Induk Kramatjati (5).
Menghindari tes
Meskipun pemerintah menggelar tes Covid-19 gratis, belum semua pedagang kooperatif memeriksakan diri. Pemprov DKI dan Perumda Pasar Jaya berupaya menyadarkan pedagang agar sukarela mengikuti tes Covid-19 demi kesehatan bersama.
Sekitar 50 persen pedagang di Pasar Warung Buncit, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, malah menutup kios mereka pada Kamis pagi. Mereka diduga menghindari tes Covid-19 yang diadakan Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
Petugas Puskesmas Mampang Prapatan mengambil sampel darah peserta tes massal Covid-19 bagi pedagang di Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2020). Sebagian besar pedagang justru memilih untuk tutup pada hari tersebut sehingga tujuan penyelenggaraan tes kurang maksimal.
Salah seorang pengunjung, M Farhansyamyl (21), heran dengan sepinya Pasar Warung Buncit. Ia berniat membeli bahan-bahan pangan pokok untuk dijual kembali di rumahnya di Kelurahan Bangka. ”Karena tempatnya tutup, tidak jadi belanja,” ujar Farhansyamyl.
Namun, Camat Mampang Prapatan Djaharuddin menargetkan semua pedagang ikut tes Covid-19. ”Kalau masih kurang, besok kami akan lanjut. Kami pastikan semua pedagang, khususnya di Pasar Warung Buncit, ikut tes,” katanya di Pasar Warung Buncit.
Dari target 150 orang di Pasar Warung Buncit, hingga pukul 10.04 baru 24 orang yang menjalani tes Covid-19. Djaharuddin mendengar keengganan sejumlah pedagang mengikuti uji cepat dipicu informasi keliru soal mereka yang reaktif akan dibawa ke fasilitas kesehatan untuk isolasi. Padahal, Pemprov DKI mengedepankan warga isolasi mandiri di rumahnya.
Ia akan mengevaluasi strategi sosialisasi terhadap pedagang agar mereka yang belum diuji pada Kamis kemarin bersedia ikut dalam pengujian selanjutnya. Ia juga berharap pedagang yang sudah dites bisa menyebarkan informasi yang benar terkait tes Covid-19.
Salah seorang pedagang, Maya (52), mendukung tes Covid-19 demi memastikan kondisi kesehatan semua pedagang. Apalagi, ia setiap hari berjualan kebutuhan pokok dari pukul 03.30 hingga pukul 15.00. Maya mengaku sudah mendengar kabar adanya pedagang positif Covid-19 di sejumlah pasar di Jakarta. Meski takut, ia tetap berjualan agar penghasilan terjamin. ”Habis mau bagaimana? Tidak ada pilihan,” katanya.
Mengusir petugas
Di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, yang merupakan kluster penyebaran Covid-19 terbesar di Jawa Barat, pedagang malah mengusir tenaga kesehatan yang akan melayani tes Covid-19. Pedagang menilai hasil tes cepat rancu dan merugikan mereka.
Penolakan disertai pengusiran petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang akan melakukan tes cepat di Pasar Cileungsi sempat direkam dan viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak petugas meninggalkan Pasar Cileungsi sembari disoraki pedagang.
Adanya kejadian itu dibenarkan anggota staf Hubungan Masyarakat dan Keamanan Pasar Raya Cileungsi PD Tohaga, Ujang Rasmadi. Menurut dia, penolakan tes cepat dilakukan karena pedagang menilai hasil tes tidak akurat. Padahal, tes cepat ketiga ini merupakan tindak lanjut teridentifikasinya 6 orang positif Covid-19 dari kluster Pasar Cileungsi. Kini ada 26 kasus positif Covid-19 dari kluster Pasar Cileungsi.
Juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Shofiah, mengatakan, penolakan itu menunjukkan kurangnya pemahaman pedagang terkait bahaya Covid-19. Pedagang juga belum memahami pentingnya tes Covid-19. Dia meminta pengelola pasar memediasi pedagang dan pemerintah, termasuk melaporkan siapa pun yang mengganggu tes Covid-19.
Bersiap buka
Bersamaan dengan pengaturan berdagang dengan sistem ganjil genap di pasar tradisional di DKI Jakarta, 80 pusat perbelanjaan pun bersiap buka pada 15 Juni mendatang. Standar operasional masih diawasi ketat mengingat Jakarta masih dalam masa pembatasan sosial berskala besar transisi menuju normal baru. Arus keluar masuk pengunjung diatur agar tidak padat dan maksimal setengah dari kapasitas tampung.
”Inisiatif dari beberapa pengelola mal adalah sistem sensor tanpa sentuh untuk mengoperasikan lift. Transaksi di toko-tokonya juga menghindari pertukaran uang tunai,” kata Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia Ellen Hidayat di Jakarta, Kamis.