Aroma Busuk Sampah TPA Cipeucang Menguar hingga Radius 6 Kilometer
Bau sampah TPA Cipeucang tercium olehwarga yang tinggal 6 kilometer dari tempat pembuangan sampah di Kota Tangerang Selatan itu. Warga mengaku mual-mual setelah setiap hari mencium bau sampah yang masuk ke rumah mereka
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS -- Proses pengangkatan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Cipeucang yang berada di tepi Sungai Cisadane, Tangerang Selatan, Banten, membuat warga sekitar terganggu. Embusan angin membuat bau menyebar hingga radius lebih dari 6 kilometer.
Bau sampah dirasakan warga Serpong Estate yang berlokasi sekitar 6 kilometer dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Rudi (42), petugas keamanan di perumahan tersebut, menuturkan, bau menyengat sampah muncul dalam tiga hari terakhir.
"Biasanya bau mulai muncul siang atau sore. Lalu sampai malam itu baunya enggak hilang-hilang," ujar Rudi, Selasa (2/6/2020).
Awalnya Rudi menyangka bau bersumber dari tong sampah di dalam perumahan. Namun, setelah tong sampah ditutup, bau masih tetap tercium. Rudi dan warga Serpong Estate kemudian menduga bau bersumber dari proses pengerukan sampah di Sungai Cisadane.
Sebelumnya, TPA Cipeucang longsor pada 22 Mei 2020. Tumpahan sampah dari TPA yang beroperasi sejak 2012 itu menutupi badan Sungai Cisadane.
Gangguan dari bau sampah juga dialami Ijo Jauhadi (50), warga RT 04 RW 09 Kelurahan Ciater, Tangerang Selatan, Banten. Ijo merasa heran setelah mencium bau sampah di rumahnya selama tiga hari terakhir. Keheranan Ijo akan aroma busuk yang muncul tiba-tiba dikarenakan di sekitar rumahnya tidak ada tempat pembuangan sampah.
"Baunya menyengat sekali. Pintu rumah dan jendela saya tutup terus. Kalau dibiarkan terbuka, baunya masuk sampai ke kamar," ujarnya.
Situasi itu diakui Ijo sangat mengganggu aktivitas keluarganya di rumah. Menurut Ijo, bau sampah biasanya menguat saat angin berembus kencang. Oleh sebab itu, ia lantas menduga bau menyengat berasal dari proses pengangkutan sampah TPA Cipeucang yang longsor.
Tiur Wulan (48) warga RT 005 RW 004 Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, mengatakan, bau sampah muncul setelah turap atau sheet pile TPA Cipeucang longsor. Sebelumnya, Tiur yang tinggal sekitar 2 kilometer dari TPA Cipeucang nyaris tidak pernah merasakan bau sampah di rumahnya.
Saat awal-awal bau sampah muncul, Tiur mengira itu berasal dari truk pengangkut sampah yang kerap melintas di jalan depan rumahnya. Namun setelahnya, meski truk pengangkut sampah tidak lewat, bau tidak sedap tetap tercium.
"Saya sampai mual-mual karena bau sampah," ucapnya.
Embusan angin
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Tangsel Yepi Suherman mengonfirmasi bau sampah yang dirasakan warga disebabkan proses penanganan sampah TPA Cipeucang yang tumpah ke Sungai Cisadane. Embusan angin, kata Yepi, membuat bau sampah menyebar hingga beberapa kilometer jauhnya.
Bau menyengat juga dipicu proses pengerukan sampah dari sungai. Gas metana yang terkumpul di balik tumpukan sampah menguap. Selain itu, bau menyengat timbul karena penyemprotan cairan organik yang berfungsi mengurai bakteri sampah dan mempercepat pembusukan sampah.
"Kemarin, mungkin, pada saat penyemprotan cairan organik menggunakan aroma asam. Asam dipertemukan dengan gas metana maka akan memperkuat baunya sehingga tercium ke mana-mana," kata Yepi.
Untuk mengurangi bau sampah, Yepi mengaku telah meminta pihak ketiga yang membersihkan sampah dari sungai untuk mengganti aroma cairan organik.
"Saya perintahkan agar ganti aromanya supaya keluar wangi harum. Mereka (pihak ketiga) bersedia," ucapnya.
Yepi mengklaim pembersihan sungai dari sampah sudah mencapai 60 persen. Pembersihan ditargetkan tuntas pada pekan depan.
Saat ini ada enam alat berat yang dikerahkan. Empat di antaranya membersihkan sampah di sungai dan menariknya kembali ke TPA, dua sisanya mengangkut sampah yang tumpah ke tepi sungai.
Direktur Banksasuci Foundation Ade Yunus meminta Pemkot Tangsel menutup TPA Cipeucang karena lokasinya yang dianggap tidak layak. Jarak antara TPA dengan sempadan sungai terlampau dekat.
TPA Cipeucang dianggap tidak layak karena jarak antara TPA dengan sempadan sungai terlampau dekat.
"Di sana juga tidak dipasang pipa gas metana. Kalau musim kemarau tiba, kumpulan gas metana yang kena panas bisa menyebabkan ledakan," ujar Ade.