Pasar Tebet Barat dipilih karena telah berpengalaman menjadi tempat percobaan berbagai kebijakan baru, salah satunya ialah memperoleh predikat pasar bebas bahan berbahaya untuk makanan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Penanganan sampah di jakarta mendesak dilakukan, salah satunya dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai atau kantong kresek. Proyek percobaan nihil kantong kresek dilakukan di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, sebagai langkah menuju Jakarta Bebas Kantong Plastik per 1 Juli 2020.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tahun 2019, Ibu Kota negara ini memproduksi 7.600 ton sampah setiap hari. Sebanyak 12 persen merupakan plastik berbagai jenis. Apabila diturunkan ke dalam level individual, satu penduduk Jakarta menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahun. Sementara itu, di Jakarta terdapat 153 pasar tradisional di bawah naungan pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.
”Semua pasar tradisional total memproduksi 600 ton sampah per hari. PD Pasar Jaya merupakan penyumbang besar sampah plastik,” kata Direktur Usaha dan Pengembangan PD Pasar Jaya Anugrah Esa di sela-sela acara peluncuran proyek percontohan ”Pasar Bebas Kantong Plastik” di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, Jumat (28/2/2020).
Pasar Tebet Barat dipilih karena telah berpengalaman menjadi tempat percobaan berbagai kebijakan baru, salah satunya ialah memperoleh predikat pasar bebas bahan berbahaya untuk makanan. Sosialisasi mengenai pelarangan kantong kresek telah dilakukan sejak Desember 2019 bekerja sama dengan gerakan Diet Kantong Plastik yang juga didukung oleh Kedutaan Besar Kanada di Jakarta.
Anugrah mengatakan, PD Pasar Jaya tengah membuat turunan dari Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan yang akan menjadi acuan bagi semua pengelola pasar tradisional. Kios-kios penjual plastik pun mulai dibina untuk bermigrasi dari menjual kantong kresek ke kantong belanja yang bisa dipakai berulang kali. Saat ini, sosialisasi juga dilakukan di Pasar Tebet Timur dan Pasar Kramat Jati.
”Kami terus memberi tahu bahwa per 1 Juli 2020 semua pasar di Jakarta tidak boleh lagi menyediakan kantong kresek. Semua pembeli harus membawa tas belanja masing-masing atau membelinya di kios,” ujarnya.
Di saat yang sama, pengelolaan sampah selain plastik di pasar-pasar juga mulai diupayakan. Pasar Induk Kramat Jati, misalnya, dari 50 ton sampah harian, lebih dari 80 persen merupakan sampah organik yang merupakan potongan-potongan buah dan sayur. Menurut Anugrah, sekadar membuat komposter tidak bisa dilakukan karena jumlah sampah yang masuk terlalu banyak.
Oleh karena itu, PD Pasar Jaya bekerja sama dengan PT Jakarta Propertindo mengembangkan tempat pengelolaan sampah organik. Pada waktu yang bersamaan, para pemasok buah dan sayur yang mengirim produk mereka ke Pasar Induk Kramatjati mulai diminta agar pengiriman sudah dipilah, tidak ada yang busuk, serta buah dan sayur sudah dipotong rapi tangkainya agar tidak perlu dipangkas lagi ketika sampai di Jakarta.
Evaluasi dua minggu
Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji mengatakan bahwa wilayah tersebut menargetkan bisa bebas kantong plastik sebelum aturan gubernur berlaku pada bulan Juli. Selain pasar dan pusat-pusat perbelanjaan, setiap kelurahan memiliki kepala seksi lingkungan hidup. Mereka melakukan sosialisasi kepada warga, terutama rukun warga, rukun tetangga, kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dan tokoh masyarakat.
”Kepala seksi lingkungan hidup wajib berkampanye juga ke perkantoran di wilayah kelurahan masing-masing. Hasil kampanye dan strategi berikutnya dievaluasi per dua minggu di Kantor Wali Kota Jaksel,” ujar Isnawa.
Alternatif
Direktur Eksekutif Gerakan Diet Kantong Plastik Tiza Mafira menuturkan, pihaknya akan mendampingi Pasar Tebet Barat selama beberapa bulan ke depan. Apabila ada kendala mengubah kebiasaan penjual dan pembeli agar memakai kantong ramah lingkungan, bisa dilakukan penyesuaian pendekatan. Pastinya, perubahan dilakukan secara bertahap dengan pelan-pelan menyingkirkan kantong kresek dari setiap kios.
Kios milik Turino, misalnya, sudah menjual kantong belanja dari kain dan plastik goni. Harga rata-rata setiap kantong ketika ia membeli dari pemasok adalah Rp 5.000 per lembar. Turino menjualnya kepada pembeli seharga Rp 15.000 selembar. Menurut dia, pembeli umumnya masih keberatan ketika dikatakan tidak boleh lagi memakai kantong kresek yang biasanya diberi secara gratis oleh penjual.
”Kebanyakan masih keberatan disuruh membeli kantong Rp 15.000. Tapi, waktu saya beri tahu bulan Juli tidak boleh pakai kresek lagi, mereka mau beli,” ucapnya.