Ibu Kota membutuhkan lebih banyak fasilitas pengelolaan sampah modern. Dibutuhkan setidaknya empat pusat pengolahan sampah. Namun, saat ini, baru satu dari tiga proyek yang direncanakan yang tengah berlangsung.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
DOKUMEN PT JAKARTA PROPERTINDO
Lokasi pembangunan ITF Sunter di Jakarta Utara.
JAKARTA, KOMPAS —Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memastikan DKI Jakarta membutuhkan lebih dari satu intermediate treatment facility (ITF) atau fasilitas pengolahan sampah terpadu modern. Dinas LH mengkaji setidaknya DKI perlu ada empat ITF sehingga saat ini dinas tengah merencanakan membuat kajiannya.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Andono Warih
Andono Warih, Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Minggu (8/12/2019), menjelaskan, satu ITF sudah diluncurkan dan segera dibangun, yaitu ITF Sunter, Jakarta Utara, yang akan dibangun PT Jakarta Propertindo dan menerapkan teknologi dari Finlandia.
”ITF Sunter akan melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Kita perlu untuk memiliki tiga ITF lagi yang melayani wilayah Timur, Barat, dan Selatan,” ujarnya.
ITF Sunter akan melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Kita perlu memiliki tiga ITF lagi yang melayani wilayah Timur, Barat, dan Selatan.
Dinas LH, lanjut Andono, memandang perlu pembangunan tiga ITF lagi karena volume sampah harian yang dikirim dari Jakarta ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, makin bertambah. Saat ini, volume sampah harian dari Jakarta sudah di angka rata-rata 7.800 ton per hari atau meningkat dari yang sebelumnya diklaim 7.000 ton per hari.
ITF Sunter diperkirakan bisa mengolah 2.200 ton sampah per hari. Dengan tonase sampah yang mencapai 7.800 ton per hari, lanjut Andono, kapasitas tiga ITF yang tengah dikaji lokasinya itu akan dibangun dengan kapasitas menyesuaikan besaran volume sampah Jakarta.
”Dengan begitu, kita bisa mengurangi volume sampah yang kita buang ke Bantargebang (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Kota Bekasi),” katanya.
UNIT PENGELOLA SAMPAH TERPADU DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA
Rencana desain ”intermediate treatment facility”. Mengutip dari laman resmi Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada 2016, ada 6.561,99 ton sampah yang diangkut dari DKI Jakarta ke TPST Bantargebang.
Saat ini, selain mengelola sampah dari warga ataupun dari semua kegiatan di wilayah Jakarta, Dinas LH juga mengurusi sampah yang dihasilkan dari aktivitas di semua pasar di bawah pengelolaan Perumda Pasar Jaya. Volume sampah dari pasar juga berkontribusi pada volume sampah yang dibuang ke Bantargebang.
ARSIP PD PASAR JAYA
Arief Nasrudin
Arief Nasrudin, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, membenarkan, saat ini sebanyak 50 ton sampah per hari dari semua pasar di bawah manajemen Pasar Jaya masih dikelola dinas LH. Untuk tidak membebani dinas, Perumda Pasar Jaya mengajukan penyertaan modal daerah (PMD) senilai Rp 175 miliar.
Anggaran itu, lanjut Arief, akan dipergunakan untuk pembangunan pengolahan sampah mandiri. ”Iya (50 ton) per hari sampah dari semua pasar Perumda Pasar Jaya. Makanya, kami justru cari quick win, makanya kami lagi kerja sama dengan Jakpro juga. Tapi kami perlu pengolahan khusus karena memang non-organik juga banyak. Makanya, kami perjuangkan PMD,” tutur Arief.
Iya (50 ton) per hari sampah dari semua pasar Perumda Pasar Jaya. Makanya, kami justru cari quick win, makanya kami lagi kerja sama dengan Jakpro juga. Tapi kami perlu pengolahan khusus karena memang non-organik juga banyak. Makanya, kami perjuangkan PMD (penyertaan modal daerah).
Pengolahan sampah mandiri itu diperkirakan akan mirip seperti ITF. Adapun besaran volume sampah yang dihasilkan dari pasar-pasar di lingkungan Pasar Jaya seimbang antara sampah organik dan non-organik (50 : 50).
”Untuk sampah organik bisa diproses jadi pupuk, kami sedang proses kerja sama dengan pihak ketiga. Yang sampah non-organik ini yang sedang kami susun, tetapi enggak mungkin nunggu ITF Sunter,” kata Arief menjelaskan.
Di lahan yang akan menjadi pengolahan sampah mandiri itu, jelas Arief, juga akan ada teknologi pengolahan pangan. Artinya, ayam yang masuk Jakarta tidak boleh masuk beserta limbahnya.
DOKUMEN PT JAKARTA PROPERTINDO
Tiga ITF lainnya akan dibangun di Jakarta, yakni ITF Duri Kosambi, ITF Cakung Cilincing, dan ITF Marunda.
”Kami mau bikin cleansing area. Kalau sayuran kami edukasi, sudah dua tahun ini supaya tidak buang sampah di Jakarta,” ucapnya.
Dengan volume yang juga banyak, Pasar Jaya menargetkan pada 2020 pembangunan pengolahan sampah mandiri sudah dimulai. Apalagi, usulan PMD itu, ujar Arief, sudah disetujui dalam pembahasan KUA-PPAS di DPRD DKI Jakarta.