JAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan uji coba trayek OK OTrip OK-6 Kampung Rambutan-Pondok Gede, Rabu (17/1), masih mengalami banyak kendala, mulai dari pemberhentian yang terlalu sedikit hingga pramudi yang belum familiar dengan rute perjalanan. Pramudi trayek OK-6 mengeluhkan persiapan dan sosialisasi uji coba yang kurang memadai.
Uji coba OK-6 ini melibatkan 14 angkot Koperasi Wahana Kalpika. OK-6 direncanakan menghubungkan Kampung Rambutan dan Pasar Pondok Gede melalui Jalan TB Simatupang, Taman Mini Indonesia Indah, Jalan Bambu Apus, Jalan Lubang Buaya, dan Jalan Raya Pondok Gede. Waktu tempuh bolak-balik trayek ini sekitar 2 jam.
Afendi (30), salah satu pramudi dari angkot OK-6, mengatakan, 22 pemberhentian yang telah dipersiapkan dalam trayek ini masih terlalu sedikit. Selain itu, lokasi pemberhentiannya juga tidak strategis. ”Bus stop (perhentian) kurang banyak, bagi calon penumpang masih terlalu jauh,” katanya.
Jarak tempuh antara pemberhentian Tanah Merdeka dan Polsek Cipayung mencapai hampir 5 kilometer, dan tidak ada pemberhentian lain di antara dua lokasi tersebut.
Wibowo dari Humas Transjakarta mengatakan, jumlah pemberhentian akan ditambah. ”Rencananya 34 pemberhentian. Kalau terlalu jauh, kasihan calon penumpang,” katanya.
Persiapan dan sosialisasi jelang uji coba ini juga dinilai masih kurang memadai bagi para pramudi. Bersama Kompas, Afendi sempat kehilangan arah ketika kembali dari Pondok Gede menuju Kampung Rambutan. Afendi mengungkapkan, itu adalah pengalaman pertamanya mencoba rute ini.
”Ya baru sekali ini saya mencoba (rute ini). Sebelumnya, saya belum diberi arahan yang jelas,” kata Afendi yang sebelumnya adalah pramudi trayek T09 Cililitan-Kalisari.
Minimnya sosialisasi juga terlihat pada jumlah penumpang yang mencoba angkot OK-6. Selama Kompas mencoba ikut di beberapa angkot OK-6, tidak ada penumpang yang mencoba menggunakan angkot ini.
Afendi menilai sosialisasi ini dapat semakin digalakkan melalui selebaran yang dibagikan di terminal ataupun pemberhentian trayek OK OTrip. ”Warga jadi mengetahui bahwa ada trayek OK-6, termasuk sistem penggunaannya yang baru ini. Sopir lain pun jadi paham bahwa angkot OK OTrip ini program pemerintah dan penumpangnya harus memiliki kartu,” katanya.
Uji coba penggunaan kartu OK OTrip juga tidak dapat berjalan sempurna. Pengendali Transjakarta Kampung Rambutan, Andrean, mengatakan, ada mesin pemindai kartu yang tidak beroperasi dengan normal sehingga pramudi diminta mencatat jumlah penumpang secara manual.
Trayek OK-6 ini adalah trayek ketiga OK-OTrip yang diuji coba. Sebelumnya, trayek OK-2 (Kampung Melayu-Duren Sawit) dan OK-5 (Semper-Rorotan) diuji coba pada Senin (15/1) dan Selasa (16/1).
Trayek bersinggungan
Angkot OK-6 yang melewati daerah Rawa Binong hingga Lubang Buaya ditolak pramudi angkot KWK T05. Wilson Simamora (48), pramudi angkot OK-6, menceritakan, ketika mengemudikan angkotnya di daerah Rawa Binong, dekat RPTRA Mutiara Rawa Binong, ia diteriaki beberapa pramudi angkot T05 agar tidak melewati wilayah tersebut dan kembali ke Terminal Kampung Rambutan.
Hal ini menyebabkan angkot OK-6 tidak berani keluar dari Terminal Kampung Rambutan. Akibatnya, uji coba tidak berjalan dari sekitar pukul 12.00 hingga 14.30. Uji coba berjalan kembali setelah mediasi dilakukan.
Wibowo mengatakan, hasil mediasi tersebut menyatakan, pemilik dan pramudi angkot trayek T05 mendukung program OK OTrip, khususnya trayek OK-6. Mereka juga meminta dilibatkan dalam program ini.
”Untuk angkot yang sekarang (beroperasi) itu hasil rekomendasi dari dinas perhubungan dan KWK,” kata Wibowo.
Ratib Budi (55), salah satu pramudi OK-6, mengatakan, umumnya angkot yang dipakai dalam trayek itu berasal dari bekas trayek T03, T07, dan T09. ”Mungkin seharusnya dari awal sudah ada sosialisasi yang dilakukan kepada angkot yang trayeknya dilewati OK OTrip,” kata Ratib yang sebelumnya adalah pramudi trayek T03 Cililitan-Kampung Rambutan.