PURBALINGGA, KOMPAS — Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah, menggelar pameran produk daur ulang dari sampah anorganik, seperti kertas, plastik, dan kaca. Pameran tersebut digelar agar siswa peduli mengolah sampah dan menjaga lingkungannya tetap bersih sekaligus lestari.
”Dengan mengolah sampah ini, sekolah ingin mendidik anak supaya peduli dengan kebersihan sekolah. Selama ini, kadang-kadang kebersihan sekolah seolah-olah hanya tugas dari tukang kebun,” kata Kepala SMA N 1 Kutasari Purbalingga Kuat Risyanto, Sabtu (27/1), di Purbalingga.
Pameran digelar di tiga ruang kelas selama sehari dari pagi hingga sore. Ruang kelas didesain menjadi ruang pamer dan aneka sampah disulap menjadi barang-barang, seperti hiasan serta suvenir.
Ketika diolah, sampah dapat menjadi barang bernilai ekonomi. Istilah sampah yang jadi masalah kini menjadi sampah jadi berkah.
”Kesempatan ini untuk memamerkan produk kreativitas siswa. Ketika diolah, sampah dapat menjadi barang bernilai ekonomi. Istilah sampah yang jadi masalah kini menjadi sampah jadi berkah,” kata Kuat.
Sampah yang didaur ulang antara lain plastik kemasan minuman dijadikan tas. Pecahan kaca dan spion bekas dijadikan cermin. Bunga-bunga hias dari plastik sedotan dan koran bekas. Lampu hias dari paralon bekas.
Bank sampah
Ketua Panitia Pameran Produk Daur Ulang Bambang Yuniarto yang juga guru di sekolah itu menyampaikan, jumlah produk daur ulang yang diproduksi siswa mencapai 352 buah, dibuat oleh para siswa kelas X dan XI. ”Produk daur ulang ini dibuat selama dua minggu. Bahannya dibuat dari sampah yang dipilah dan dikumpulkan di bank sampah sekolah,” katanya.
Bambang menambahkan, di sekolah itu terdapat bank sampah yang diberi nama Cinta Bumi. ”Setiap hari anak-anak membuang sampah di tempat sampah yang telah dibedakan mana yang organik dan anorganik. Sampah anorganik dijadikan barang daur ulang dan organik dijadikan pupuk,” ujarnya.
Umu (14), siswa kelas X, misalnya, membuat sebuah bingkai foto dari stick es krim. ”Saya melihat ada banyak stick es krim yang dibuang dan kemudian saya coba membuat bingkai foto,” kata Umu.
Siswi lainnya, Serli (15), membuat wadah tisu dari kardus bekas, dan Vivi Kismiati (15) membuat lampu hias dari gulungan benang dan kain-kain perca. ”Proses membuat lampu hias ini sekitar 2-3 hari. Caranya, benang dililitkan di balon yang sudah diberi lem. Lalu dijemur dua hari. Selanjutnya dihias dengan kain-kain,” kata Vivi.
Rata-rata produksi sampah di Purbalingga mencapai 600.000 kilogram per hari.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga Sukirto menyampaikan, rata-rata produksi sampah di Purbalingga 600.000 kilogram per hari. ”Setiap orang per hari rata-rata menghasilkan sampah 0,6 kilogram, sedangkan jumlah penduduk di Purbalingga mencapai 1 juta orang,” kata Sukirto.
Sukirto mengapresiasi upaya para siswa di SMA Negeri 1 Kutasari untuk mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Dia pun mengharapkan model seperti ini dapat ditiru di seluruh sekolah yang ada di Purbalingga.
”Sampah yang semula tidak memiliki nilai ekonomi, kemudian diolah secara kreatif, memiliki nilai ekonomi, sudah tidak lagi menjadi sampah karena di sana ada kreativitas,” ujarnya.