Harga sejumlah barang kebutuhan dasar naik pada Ramadhan tahun ini. Lalu, bagaimana agar budget bulanan Anda tetap aman meski harga-harga serba naik? Berikut beberapa tipsnya agar keuangan tetap sehat.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Memasuki bulan Ramadhan, rumah tangga dikejutkan dengan kenaikan harga. Harga barang kebutuhan dasar, seperti minyak goreng dan bahan bakar kendaraan, naik dan pasti sedikit banyak ada dampaknya terhadap keuangan rumah tangga. Namun, hati-hati! Meski penghasilan bagi sebagian besar karyawan akan bertambah di bulan Ramadhan, tetap pahami ada perbedaan alokasi keuangan untuk gaji bulanan rutin dan tunjangan hari raya atau THR. Lantas, bagaimana agar budget bulanan tetap aman meski harga-harga naik?
Berdasarkan hasil riset, pola pengeluaran rumah tangga mengalami pergeseran di bulan Ramadhan. Pada umumnya, pos belanja makanan akan meningkat tajam diikuti dengan pos belanja pribadi dan hadiah. Sebagai kompensasinya, banyak orang yang menunda untuk berinvestasi di bulan ini. Bahkan, tidak jarang juga yang mengambil solusi meminjam akibat lebih besar pengeluaran daripada penghasilan.
Langkah awal adalah membuat anggaran untuk satu bulan ke depan. Penghasilan dari gaji ataupun usaha digunakan untuk biaya hidup selama 1 bulan. Pengeluaran untuk rutin rumah tangga, makan sahur, ataupun berbuka puasa seharusnya tetap mengikuti anggaran bulanan normal. Adapun pengeluaran untuk Lebaran dan sedekah lain sebaiknya diambil dari penghasilan THR. Inilah cara alokasi dan pemisahannya.
Pertama, mengutamakan pos pengeluaran wajib di bulan Ramadhan. Zakat fitrah dan fidyah sebaiknya tetap dibayarkan di bulan Ramadhan. Sumber dana dan alokasi persentasenya bisa bervariasi, selama pembayaran yang sifatnya wajib telah ditunaikan. Adapun alokasi untuk pengeluaran ini sebaiknya ditarik dari dana THR.
Kedua, pengeluaran rutin bulanan. Meski dibayarkan di bulan Ramadhan, biaya listrik, uang sekolah anak, dan lainnya tetap harus dikeluarkan seperti biasa. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak menggunakan alokasi ini untuk pengeluaran lainnya.
Saya sangat sarankan untuk segera memisahkan alokasi pengeluaran rutin bulanan ke dalam rekening yang terpisah dengan kebutuhan Lebaran ataupun tambahan kenikmatan di bulan Ramadhan. Sehatnya, alokasi untuk pengeluaran rutin bulanan hanya maksimal 50 persen dari penghasilan setiap bulannya. Artinya, alokasi pengeluaran akan ditarik dari penghasilan bulanan yang sifatnya rutin.
Ketiga, antisipasi pengeluaran tak terduga lebih awal. Bagi rumah tangga, kenaikan harga bahan makanan ataupun pengeluaran lain sering dijadikan alasan bengkaknya pengeluaran. Padahal, jika hal ini terjadi setiap tahun, seharusnya sudah dapat diantisipasi lebih awal. Khusus di bulan Ramadhan, rumah tangga dapat memperbesar pos pengeluaran insidentil dari semula 10 persen menjadi 20 persen dari penghasilan. Dana ini sebaiknya dialokasikan di tabungan yang terpisah dengan rekening operasional harian.
Bagi rumah tangga, kenaikan harga bahan makanan ataupun pengeluaran lain sering dijadikan alasan bengkaknya pengeluaran.
Keempat, dana gaya hidup Ramadhan. Acara buka bersama yang sudah kembali diperbolehkan oleh pemerintah akhirnya kembali menjadi bagian dari gaya hidup masa kini di bulan Ramadhan. Meski silaturahmi memang harus dijaga, kesehatan keuangan juga jangan sampai diabaikan.
Pos pengeluaran untuk gaya hidup Ramadhan dapat ditarik dari penghasilan rutin bulanan dengan alokasi maksimal 20 persen. Misalnya, penghasilan rutin bulanan Rp 10 juta, maka budget untuk gaya hidup Ramadhan Rp 2 juta. Jika dibagi dalam 4 minggu, setiap minggu Anda mempunyai jatah untuk acara buka bersama sejumlah Rp 500.000. Silakan atur dari alokasi ini acara mana saja yang akan dihadiri bilamana harus membeli makanan dan minuman sendiri.
Berikutnya adalah kiriman atau hampers. Untuk rumah tangga yang masih enggan berbuka bersama, tetapi ingin menjaga silaturahmi, kesehatan keuangan Anda juga tetap harus prima. Saya sarankan untuk membuat daftar kiriman hantaran di awal sehingga dapat diketahui alokasi budget hantaran yang sesuai kemampuan finansial. Adapun alokasi pengeluaran umumnya akan ditarik dari dana THR.
Kemudahan pesan daring dan berbagai promo dompet elektronik memang kerap menggoda dan memicu terjadinya bocor halus dalam budget rumah tangga. Oleh karena itu, saya sarankan Anda hanya mengisi saldo dompet elektronik satu kali di awal bulan dan mengelola promo untuk pembelian berikutnya. Upayakan tidak tergoda untuk mengambil fasilitas pembayaran cicilan bahkan pembayaran di belakang.
Kelima, tabungan dan investasi. Tambahan alokasi untuk dana darurat dan dana gaya hidup khusus di bulan Ramadhan memang terpaksa diambil dari alokasi tabungan dan investasi bulan ini. Namun, jika memiliki kemampuan untuk menyisihkan lebih, penghasilan bulanan tetap dialokasikan untuk pos investasi. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengambil dari biaya hidup yang mungkin tidak perlu sebesar normal. Meski hanya Rp 100.000, usahakan agar tetap disiplin berinvestasi. Alternatifnya, alokasikan 10 persen dana THR untuk menambah porsi tabungan dan investasi.
Bagaimana dengan berutang untuk pengeluaran Ramadhan? Mengambil pinjaman untuk keperluan konsumtif bukanlah hal yang bijaksana. Pahami bahwa Anda tidak memiliki kepastian di masa depan dalam pembayaran pinjaman dana tunai tersebut. Konsep ini sedikit berbeda dengan pinjaman untuk membeli rumah ataupun kendaraan, di mana ada agunan yang bisa dijual bilamana terjadi kredit macet.
Pengelolaan keuangan di bulan Ramadhan yang baik seharusnya dapat membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi setiap rumah tangga, baik itu karyawan maupun pekerja lepas dan pengusaha. Setiap keputusan pembelian dan pinjaman sebaiknya diambil secara bijak bukan atas dasar nafsu belaka. Bagaimanapun esensi dari berpuasa di bulan Ramadhan adalah menahan diri dari hawa nafsu duniawi.