Memahami Lebih Dalam soal Transformasi Digital
Kepemimpinan transformasional memiliki ciri-ciri proaktif, bottom-up dan lebih demokratis. Cara kerjanya mengubah budaya perusahaan karena menginginkan implementasi strategi baru.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F04%2F21d8f079-0c9f-4dac-9174-c6e82b5a2b92_jpg.jpg)
Seorang petani menunjukkan aplikasi Ritx Bertani saat Panen Raya Gerakan Petani Digital 4.0 di Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (4/11/2021). Alat sensor dan aplikasi itu merupakan bagian dari Gerakan Petani Digital 4.0, yakni program transformasi digital di sektor pertanian.
Transformasi digital tidak sebatas teknologi, tetapi juga merupakan nilai, kecepatan, cara pandang, dan budaya. Digitisasi memiliki kemampuan meningkatkan efisiensi dan merupakan proses mencipta nilai (value) bagi bisnis dan pribadi.
Pejalanan akhir digitalisasi adalah transformasi digital. Transformasi digital memberi manfaat pada optimalisasi berkelanjutan dengan sasaran mencipta disrupsi pada pesaing, dan mengejar dengan cepat untuk mencapai keunggulan daya saing perusahaan. Kata kuncinya adalah ”kecepatan”.
Terkait digitisasi (digitization) dan digitalisasi (digitalization) perlu diluruskan pemahaman sebagai berikut. Pertama, dalam hal digitisasi (digitization), terjadi transformasi entitas atau fisik menjadi bit (angka 1 & 0, atau digital), seperti ekspresi elektronik mengganti kertas, gambar fisik dengan gambar digital (JPEG), musik asli dengan suara digital (MP3). Digitisasi membantu kegiatan manusia dengan penghematan, peningkatan efisiensi dan pengurangan kesalahan.
Kedua, digitalisasi (digitalization) mentransformasi perilaku atau output bisnis, aktivitas bit (digital) membangun nilai (value) bagi perusahaan dan kemudian diteruskan ke konsumen; mengubah cara perusahaan dalam berbisnis, berpikir, dan berinovasi. Perilaku berbelanja secara daring, pembayaran di pintu jalan tol, pemesanan tiket perjalanan dan hotel, ambil contoh, dapat langsung dikerjakan oleh digitalisasi tanpa perantara melalui aplikasi.

Dari berbagai penelitian tentang transformasi digital diketahui bahwa manfaat utamanya adalah membawa perubahan, mendorong adaptasi pada proses bisnis, mendinamisasikan budaya organisasi, dan memperkuat kreativitas pola pikir (mindset) di semua lapisan organisasi yang bergerak dari bawah ke atas (bottom-up) seperti contoh, berikut ini.
Transformasi digital merupakan keharusan bagi semua usaha atau proyek dari organisasi atau individu, baik korporasi besar maupun UKM/UMKM. Tidak pandang bulu. Mutlak untuk mempertahankan hidup. Tidak ada kata menunda apalagi mundur. Take or leave it. Malah proses digitalisasi ini sangat digandrungi kaum muda mulai dari generasi y, z sampai ke generasi alpha. Merekalah pemain utamanya dan menikmati era digital. Hampir semua bank sudah melaksanakan transformasi digital ini.
Namun, kita jangan menjadi latah. Transformasi digital bukan sekadar interaktif pada situs (website), bukan pula hanya internet melayani pelanggan. Hal itu semua baru permulaan digital yang perlu ditekuni dengan fokus dan arah yang benar.
Perubahan proses bisnis
Pengertian transformasi digital yang lebih jauh adalah perubahan yang lebih mendalam pada aktivitas bisnis dan organisasi, metode kerja, kompetensi, dan model bisnis yang memanfaatkan peluang baru dari perpaduan teknologi digital dan mesin pintar yang berdampak kualitas hidup masyarakat.
Baca Juga: Kunci Transformasi Digital adalah Adaptasi
Perusahaan yang sudah sampai pada tingkat ini terlihat lebih gesit (agile) dalam mengatasi gangguan, berorientasi pada pelanggan, serta mampu memanfaatkan peluang, mendorong ambil kesempatan pada pendapatan baru yang didorong oleh informasi. Contoh perusahaan Gojek di Indonesia yang sudah mengubah pola kerja secara terus-menerus. Jadi, tujuan transformasi digital adalah pengoptimalan sumber daya secara berkelanjutan, merasakan perubahan di pasar dan merespons dengan kecepatan yang memberikan nilai yang lebih baik lagi.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F05%2F17%2Fa7363822-b4af-4aa5-a2d4-c9f66d593381_jpg.jpg)
Gojek dan Tokopedia resmi mengumumkan kesepakatan merger melalui pembentukan Grup GoTo pada Senin (17/5/2021). Gojek merupakan platform layanan on-demand dan finansial, sementara Tokopedia merupakan perusahaan teknologi lokapasar (marketplace) di Indonesia.
Transformasi digital yang sukses secara signifikan fokus pada inovasi dari produk baru atau pelanggan baru melalui efek jaringan (network effects seperti yang dilakukan Facebook) dalam penciptaan nilai bagi pelanggan ataupun organisasi ketimbang melaksanakan efisiensi yang ketat. Lihat saja, berbagai produk baru dengan aplikasinya akan selalu menawarkan harga murah malahan gratis atau potongan harga yang signifikan. Ambil contoh adalah, perusahaan Zoom yang memberi pemakaian gratis pakai 40 menit.
Butuh peta jalan
Transformasi digital merupakan perjalanan sehingga membutuhkan peta jalan yang jelas yang diciptakan melalui strategi digital. Dalam berbagai studi disimpulkan lebih dari 80 persen perusahaan yang ”matang secara digital” memiliki strategi digital yang jelas dan koheren. Hampir semua institusi keuangan juga mempunyai peta jalan yang jelas.
Lebih jauh Sunil Gupta, peneliti dari Harvard Business School telah menulis buku ”Driving Digital Strategy”. Dia mengatakan bahwa transformasi digital tidak hanya menciptakan peluang dan tantangan baru, tetapi juga mengubah cara kerja tradisional. Transformasi digital juga mendefinisikan kembali apa itu keunggulan kompetitif dan bagaimana mencapainya melalui peta jalan yang jelas.
Menurut Westerman, seorang profesor pada Harvard University, orang sering terjebak dan terperangkap kalau berbicara transformasi digital. Dianggapnya, transformasi digital seolah masalah teknologi semata- mata, yang begitu rumit pemahaman tentang kegiatan seperti masalah internet untuk segalanya (IoT), kecerdasan buatan, komputasi awan, dan lain-lain.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F03%2F06%2F24a4fd39-f29d-43ce-830e-f389f6c19609_jpg.jpg)
Pojok QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) dalam Pergelaran UMKM Karya Kreatif Banua-Go Digital di Atrium Duta Mall, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (6/3/2021). Dalam rangka transformasi digital UMKM, para pelaku UMKM didorong menerapkan digitalisasi pembayaran dengan QRIS.
Namun, transformasi digital bukan sekadar masalah teknologi, tetapi masalah mengatur pola pikir, manajemen perubahan bisnis ke arah yang lebih baik. Transformasi digital juga tentang nilai-nilai yang dapat diciptakan kepada perusahaan dan pelanggan.
Pakar Revolusi Industri 4.0 Klaus Schwab menyatakan bahwa tantangan yang kita hadapi pada masa depan adalah bukan masalah teknologi, tetapi bagaimana memanfaatkan transformasi digital untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi yang lebih baik. Membangun sistem yg lebih baik secara berkesinambungan agar bisa selalu menambah nilai. Kata kuncinya adalah perubahan budaya dan pola pikir.
Profesor Jeanne Ross dari Massachusett Institute of Technology (MIT) menyatakan transformasi digital fokus pada upaya mendefinisi ulang proposisi nilai yang biasa diandalkan orang dengan gagasan nilai (value proposition) baru. Kata Profesor Ross, transformasi digital juga menciptakan nilai atau kualitas hidup yang lebih baik, seperti menciptakan pengalaman terbaik bagi konsumen.
PT Siemens Indonesia, misalnya, memiliki infrastruktur digital untuk distribusi tenaga listrik dengan kebutuhan pabrik-pabrik di Indonesia. Ini sebuah solusi dalam membantu melaksanakan transisi energi ke energi terbarukan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F11%2F16%2F53be9575-ea34-4e10-a49a-0ef3e1565427_jpg.jpg)
Transformasi digital telah dilakukan oleh PT Schneider Electric. Para pekerja telah menggunakan teknologi, seperti tablet untuk memudahkan pekerjaan.
Fokus pada manusia, budaya dan pola pikir
Transformasi digital yang sebenarnya mengandung risiko karena melakukan transformasi dan inovasi. Organisasi yang sukses harus mengembangkan budaya yang toleran dengan pengambilan keputusan berisiko, dan menganjurkan pengambilan inisiatif baru dan otonomi bagi semua pihak dalam organisasi, pada pelbagai level dan unit organisasi. Selain itu, inisiatif individu juga harus mendorong kolaborasi lintas fungsi dan menghindarkan pembangunan silo.
Transformasi digital lebih berfokus tentang manusia daripada masalah lain. Digitalisasi mempermudah manajer fokus pada harapan pelanggan yang sewaktu waktu berubah; serta membangun kemitraan untuk menjangkau kinerja yang lebih luas. Transformasi organisasi akan menantang dan memberdayakan karyawan.
Studi MIT Sloan/Deloitte 2015 menemukan bahwa para pemimpin digital harus fokus pada menemukan, mengembangkan, dan pertahankan orang yang tepat, bukan dalam arti bintang teknologi, melainkan orang-orang dengan kemampuan beradaptasi dan visi untuk berkembang di lingkungan yang berubah pesat.
Dalam artikel 2014 untuk Wired, Jason Bloomberg berpendapat bahwa transformasi digital mengharuskan perusahaan untuk melepaskan hierarki lama dan mengembangkan organisasi yang terintegrasi secara longgar yang berpusat di sekitar tim yang mengatur diri secara otonomi untuk merespons tantangan atau disrupsi baru.
Keluar dari zona nyaman tidak enak bahkan bisa frustrasi. Perusahaan mapan yang mencoba masuk ke digitalisasi akan mengalami hambatan yang lebih besar dibandingkan perusahaan yg memang sejak awal pembentukannya sudah direncanakan secara digital (being digital). Amazon sejak awal sudah direncanakan dengan ekosistem digital, sehingga tidak mengalami hambatan yang serius dalam operasinya.
Sementara General Electric (GE), perusahaan raksasa dan berpengalaman, sedikit mengalami kesulitan ketika mulai mentransformasikan perusahaan ke digital. Ini karena budaya organisasi yang lama, dengan cara manula, sudah mandarah daging (embedded). Kesulitan GE adalah harus mengubah budaya lama.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F06%2F28%2Fe27eb72c-1b17-4e81-8a8d-889f08e236c7_jpg.jpg)
Chairman dan CEO General Electric (GE) Jeff Immelt (kiri) mendampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hadir sebagai salah satu narasumber dalam GE Industrial Forum 2017 di Jakarta, Kamis (13/4/2017).
Transformasi digital membutuhkan kepemimpinan transformasional. Gaya transformatif sangat cocok dengan implementasi proses digitalisasi. Kepemimpinan transformasional memiliki ciri-ciri proaktif, bottom-up dan lebih demokratis. Cara kerjanya mengubah budaya perusahaan karena menginginkan implementasi strategi baru.
Pemimpin transformasional memotivasi karyawan untuk mencapai target dengan visi yang menantang dan nilai-nilai (values). Program Badan Pertanahan Nasional ( BPN) ambil contoh adalah ”transformasi digital layanan pertanahan”. BPN memakai transformasi digital membangun data tanah dengan digitisasi. Hak milik tanah dibuat dalam bentuk sertifikat elektronik. Inisiatif dimulai dari bawah (bottom-up) melalui karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Manerep Pasaribu, Anggota ISMS dan Dosen Pascasarjana PPIM FEB Universitas Indonesia
Email: mail.emperism@gmail.com

Manerep Pasaribu