Pasien mudah menilai kenyamanan pelayanan, tetapi bagi pasien tidaklah mudah untuk menilai mutu layanan. Mutu layanan kedokteran biasanya dapat dinilai dengan baik oleh profesi kedokteran.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·6 menit baca
Anak pertama saya perempuan, siswi kelas 12. Dia ingin sekali menjadi dokter spesialias anak. Sebagai ayah sudah tentu saya mendukung cita-cita anak saya meski menurut pandangan saya penghasilan seorang dokter jauh lebih rendah daripada profesi lain seperti pengacara atau pebisnis. Namun, saya menghargai keinginan anak saya untuk bekerja di bidang kemanusiaan. Keluarga kami sebagian berkecimpung di bidang profesi teknik. Saya sendiri insinyur sipil dan menjadi pengusaha kontraktor. Saya menyukai pekerjaan saya dan saya bersyukur punya penghasilan yang mencukupi untuk membiayai keluarga saya.
Saya sering mengikuti berita mengenai kedokteran atau kesehatan. Berita yang sering mengganggu saya adalah tentang banyaknya pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri. Untunglah selama pandemi Covid-19 ini jumlahnya sudah jauh berkurang. Saya tak tahu setelah pandemi berakhir apakah kebiasaan tersebut akan muncul kembali. Saya menghargai rencana pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di Indonesia. Semoga saja upaya ini dapat mengurangi keinginan untuk berobat ke luar negeri.
Sebenarnya biaya yang dikeluarkan untuk berobat ke luar negeri tidak hanya biaya langsung yang dikeluarkan ketika berobat, tetapi juga biaya transportasi, hotel, dan lain-lain. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengantar. Bahkan, kadang-kadang pengantar tak cukup hanya satu orang. Mungkin bagi orang yang kaya raya biaya tak merupakan masalah, tetapi ada kemungkinan-kemungkinan lain yang harus dipertimbangkan. Jika pengobatan berhasil baik, mungkin persoalan terselesaikan. Namun, bagaimana jika harus berobat berulang-ulang? Bagaimana pula jika meninggal dalam perawatan di luar negeri? Semua tentu akan menimbulkan masalah yang cukup merepotkan.
Pasien mudah menilai kenyamanan pelayanan, tetapi bagi pasien tidaklah mudah untuk menilai mutu layanan.
Salah satu alasan yang biasanya menjadi alasan berobat ke luar negeri adalah kita kekurangan peralatan kedokteran mutakhir. Selain itu, ada kecenderungan masyarakat kita yang lebih memercayai dokter lulusan luar negeri dibandingkan dengan dokter yang menjalani pendidikan di Indonesia.
Saya ingin mendapat penjelasan dari Dokter jika dibandingkan dengan negara lain, bagaimana prestasi kita di bidang kedokteran? Apakah kita tertinggal jauh dibandingkan dengan negara Eropa atau Amerika Serikat? Bagaimana jika dibandingkan dengan negara ASEAN? Kenapa kita tertinggal? Apakah memang karena peralatan kedokteran, mutu pendidikan dokter, ataukah sistem pelayanan yang belum mendukung?
Kalau kita semua merasa perlu mendukung kesebelasan nasional kita agar menjadi juara di kawasan, bagaimana agar kita dapat mendukung profesi kedokteran kita agar dapat mencapai prestasi yang baik sekurangnya pada tingkat Asia? Apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah, profesi kedokteran, dan masyarakat? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
T di J
Sebagian masyarakat memang masih ada yang beranggapan layanan kedokteran kita masih tertinggal dibandingkan layanan di luar negeri. Mereka menyatakan lebih nyaman berobat di luar negeri karena dokter memberi penjelasan lebih rinci. Namun, sebagian lagi sudah ada yang menyatakan bahwa berobat di Indonesia juga sudah nyaman, hasil pengobatan juga baik. Bahkan, sistem layanan di luar negeri menyebabkan pasien harus menunggu cukup lama untuk menjalankan operasi berencana. Ada yang menyampaikan untuk operasi kandung empedu dia harus menunggu sampai enam bulan.
Dr Samsuridjal Djauzi
Untuk menilai layanan kedokteran, kita dapat menilainya dari segi kenyamanan dan tak kalah pentingnya adalah penilaian dari mutu pelayanan. Pasien mudah menilai kenyamanan pelayanan, tetapi bagi pasien tidak lah mudah untuk menilai mutu layanan. Mutu layanan kedokteran biasanya dapat dinilai dengan baik oleh profesi kedokteran. Dapat saja seorang pasien menyatakan kepuasannya pada suatu layanan kesehatan, tetapi jika dinilai oleh profesi mungkin layanan tersebut kurang begitu perlu atau dapat diobati dengan cara lain yang lebih sederhana.
Mutu layanan kedokteran mempunyai ukuran-ukuran, seperti keberhasilan terapi, angka dekubitus (luka di punggung) selama perawatan karena berbaring lama, terjadinya operasi ulangan atas suatu sebab, dan lain-lain. Sekarang yang juga banyak mendapat perhatian adalah keselamatan pasien, seperti kejadian pasien jatuh, salah pemberian obat, infeksi rumah sakit, dan lain-lain. Pengawasan mutu layanan di rumah sakit diawasi oleh suatu komisi yang dibentuk di rumah sakit. Jadi, sebenarnya ada pengawasan internal.
Prestasi kesehatan masyarakat
Selain prestasi dalam bidang kedokteran perorangan, kita juga perlu memperhatikan prestasi dalam bidang kesehatan masyarakat. Misalnya kita belum berhasil mengurangi angka penularan TBC secara nyata, tetapi kita telah berhasil menurunkan angka stunting/tengkes (pertumbuhan yang lambat akibat kurang gizi kronik). Penyakit diare karena Eltor sudah lama hilang, tetapi kita masih menghadapi tantangan berupa tingginya angka perokok, tingginya angka kecelakaan lalu lintas, dll.
Penelitian kedokteran juga sering dijadikan ukuran prestasi kedokteran. Sejak Dr Eijkman menerima hadiah Nobel untuk penemuan hubungan beri-beri dengan vitamin B1 di Indonensia, belum pernah lagi ada penerima Nobel di bidang kedokteran di negeri kita. Semoga di masa depan para peneliti kita akan menemukan temuan penting dalam bidang kedokteran.
Sebenarnya negeri kita pernah diakui dunia menjadi salah satu negeri yang berhasil memeratakan layanan kesehatan. Kita mempunyai sekitar 10.000 puskesmas yang tersebar sampai ke daerah terpencil. Kita juga mempunyai posyandu yang menjadi tulang punggung menyelesaikan banyak masalah penting di masyarakat. Posyandu telah mendukung tumbuh kembang anak dan meningkatkan cakupan program imunisasi nasional kita.
Warga Desa Pranggong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengantre di posyandu desa, Jumat (10/12/2021).
Di bidang keluarga berencana kita juga pernah mencapai hasil yang mengesankan. Bukan hanya hasil tersebut dihargai oleh masyarakat global, melainkan keberhasilan kita menggalang berbagai unsur masyarakat untuk melakukan gerakan dalam keluarga berencana, termasuk dukungan para tokoh agama. Keberhasilan pendekatan keluarga berencana kita pernah dijadikan acuan, banyak negara yang mengirim petugas keluarga berencananya untuk mempelajari keberhasilan kita.
Di era pandemi Covid-19 ini pemerintah bersama masyarakat berusaha menekan kasus baru. Imunisasi Covid-19 dilaksanakan, semua unsur masyarakat ikut membantu. Cakupan imunisasi kita cukup mengesankan meski kita masih harus tetap meningkatkan cakupan seperti yang telah direncanakan. Jadi, dalam beberapa hal kita mungkin saja tertinggal, tetapi dalam beberapa hal lain prestasi kita cukup baik. Pendidikan kedokteran di Indonesia mengikuti kecenderungan pendidikan kedokteran di dunia, tetapi disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Lulusan fakultas kedokteran di Indonesia telah dapat mengikuti pendidikan pascasarjana di luar negeri dengan baik, bahkan banyak juga yang hasil pendidikannya menonjol. Pendidikan kedokteran kelas internasional kita diikuti juga oleh beberapa mahasiswa dari luar negeri.
Pemerintah perlu terus mendorong dan memfasilitasi upaya pendidikan, penelitian, dan pelayanan kedokteran di negara kita. Pusat pendidikan kedokteran terus berusaha memperbaiki mutu pendidikan. Profesi kedokteran menjaga layanan kedokteran dan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kita dapat meningkatkan prestasi kedokteran baik di bidang perorangan dan kesehatan masyarakat jika kita bersama-sama mendukung kemajuan kedokteran di negeri kita. Saya berharap putri Anda akan menambah barisan dokter yang akan menjaga tingkat kesehatan masyarakat kita bahkan kalau dapat ikut meningkatkan prestasi kedokteran kita.