Beberapa hari silam bergaung kabar mengejutkan dari negeri tetangga yang terletak di seberang pulau Sangihe. Filipina. Klan mendiang diktator Ferdinand Marcos, telah kembali ke Malacanang. “Filipinos Fall for Fake History”, begitu bunyi salah satu kepala berita yang terbit esok harinya. Meskipun poll telah memprediksi, pengamat politik setempat, serta mancanegara, tetap terperanjat dibuatnya. Apalagi Bongbong, alias Ferdinand Marcos Jr, putra Marcos-Imelda satu-satunya, telah memenangi pilpres Filipina dengan perolehan suara, yang bikin publik politik global geleng-geleng kepala.
Bagi generasi pengusung Gerakan Reformasi, kepemimpinan otoriter Marcos, seolah cermin bagi "senior"-nya di Indonesia. Meskipun rezim Orde Baru yang dipimpin Jenderal Suharto bergeming saat ayah Bongbong terjungkal oleh gerakan “Kekuatan Rakyat” (People Power), gerakan moral yang dipimpin janda politikus Benigno Aquino tersebut memberi ilham bagi janin Gerakan Reformasi yang nantinya tercatat melahirkan sejarah, walau keberadaannya berusaha ditelantarkan oleh parpol dan pendukung yang masih setia kepada rezim Orba.