Mutu layanan sebuah rumah sakit tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, keterampilan dokter, dan alat kedokteran yang modern. Keselamatan pasien menempati prioritas utama dan penting di rumah sakit.
Oleh
samsuridjal djauzi
·5 menit baca
Saya perhatikan rumah sakit di kota besar amat sibuk. Di Jakarta, misalnya, ada rumah sakit yang polikliniknya dikunjungi oleh 2.000 pasien per hari. Pasien yang dirawat dapat mencapai 1.000 orang, bahkan kamar operasi bisa lebih dari sepuluh. Parkir kendaraan yang disediakan tak mampu menampung motor dan mobil, selalu penuh. Kita dapat membayangkan kesibukan di rumah sakit besar tersebut mulai di poliklinik, ruang rawat, ruang perawatan intensif, juga di ruang gawat darurat. Pasien bersama keluarganya memenuhi ruang gawat darurat. Belum lagi ruang prosedur, radiologi, laboratorium, atau endoskopi. Ribuan orang berada di rumah sakit. Pertanyaan saya adalah bagaimana menjamin agar pelayanan rumah sakit dapat mengendalikan semuanya itu. Mungkinkah obat tertukar? Apakah pasien yang akan dioperasi memang mendapat tindakan operasi yang benar?
Kesalahan dalam pelayanan sudah tentu dapat terjadi. Kita mengalaminya di manapun. Di toko barang yang kita beli tertukar. Di restoran pesanan makanan orang diberikan ke kita. Di kereta api tempat duduk kita diduduki orang lain. Namun, kesalahan tersebut akibatnya tak akan seberat jika terjadi kesalahan di rumah sakit. Bayangkan jika ada pasien yang akan dioperasi tertukar. Tentu dampaknya dapat membahayakan jiwa pasien. Saya juga pernah mengalami pasien yang namanya sama. Ketika dipanggil, yang masuk dua orang. Bagaimana mencegah kesalahan pasien yang namanya sama ini?
Nama obat juga banyak yang hampir sama, padahal efeknya amat berbeda. Tulisan dokter sering sulit dibaca. Apakah di apotek tak mungkin terjadi kesalahan memberikan obat karena keliru membaca tulisan dokter pada resep? Begitu juga dengan obat suntik. Sebagian obat suntik setahu saya amat khusus penggunaannya. Jika tertukar dengan obat lain, tentu akan membahayakan pasien. Masyarakat menginginkan layanan yang cepat dan aman. Namun, saya berpikir bahwa dokter harus lebih sabar dan teliti. Meski jumlah pasien banyak, dokter tak boleh terburu-buru dalam melayani pasien. Mohon penjelasan Dokter apakah ada sistem di rumah sakit yang menjamin keselamatan pasien. Bagaimana gambaran sistem tersebut dijalankan? Apakah sistem keselamatan tersebut hanya dipatuhi dokter atau seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
S di S
Masalah yang Anda kemukakan amatlah penting. Keselamatan pasien menempati prioritas utama dan penting di rumah sakit. Mutu layanan sebuah rumah sakit tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, keterampilan dokter, dan alat kedokteran yang modern. Seluruh petugas kesehatan, bahkan juga tenaga administratif rumah sakit, harus memahami cara menjamin keselamatan pasien dan menerapkannya sesuai petunjuk yang telah ditetapkan. Keselamatan pasien tak hanya menyangkut layanan medis langsung, seperti pemeriksaan pasien, tindakan operasi, ataupun pemberian obat, tetapi juga bagaimana pasien yang berisiko jatuh, misalnya pasien orang lansia, tak mengalami kecelakaan jatuh. Bahkan, rumah sakit juga harus mencegah lantai yang licin tidak membuat orang yang melaluinya terjatuh. Harus diberi tanda lantai licin sehingga mereka yang melewatinya memilih jalan lain.
Mulai dari ketepatan identifikasi pasien
Anda benar, nama pasien sering hampir sama, bahkan sama. Untuk menghindari kesalahan identifikasi pasien, akan ada pengenal lain, seperti tanggal lahir atau tempat tinggal pasien. Dengan demikian, pasien dengan nama sama atau hampir sama dapat dibedakan. Ketepatan identifikasi pasien ini tak hanya sekali saja dilakukan, misalnya, di poliklinik, tetapi akan diulang lagi di ruang prosedur, kamar operasi, atau pada waktu memberikan obat. Petugas kesehatan harus membina komunikasi yang efektif. Mulai dari pengenalan pasien hingga menjaga agar pasien mendapat kesempatan mengemukakan keluhan serta pendapatnya. Meski petugas kesehatan mendapat pendidikan yang lebih mengenai kesehatan, mereka tak boleh mendikte pasien. Hak pasien harus dihargai. Pasien berhak untuk memahami tindakan medis yang akan dijalaninya, baik manfaat maupun risiko yang dihadapi. Setelah paham, barulah dia memutuskan untuk setuju atau tidak setuju. Pasien juga berhak untuk meminta waktu memikirkan atau merundingkan keputusan yang akan diambil dengan keluarga.
Dalam menjamin keselamatan pasien, keamanan obat amat diperhatikan. Petugas kesehatan harus memperhatikan obat yang akan diberikannya benar. Benar obatnya, benar dosisnya, dan benar pula cara pemberiannya. Obat dapat diberikan petugas kesehatan atau akan dikonsumsi pasien di rumah. Petugas hendaknya menanyakan kembali cara pemakaian obat untuk menilai apakah pasien atau keluarga sudah memahami cara pemakaian yang benar. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) perlu dibedakan dan ditandai untuk menghindari obat tersebut tertukar. Beberapa obat tertentu disimpan dalam tempat khusus serta pemakaiannya harus dicatat secara khusus pula. Bantuan komputerisasi dapat mendukung keamanan obat karena ketepatan dan penggunaan obat dapat ditingkatkan melalui komputerisasi.
Di kamar operasi, perlu dijamin ketepatan pasien, ketepatan lokasi yang akan dioperasi, ketepatan prosedur operasi. Dokter penanggung jawab akan menilai semua ini sebelum operasi dilakukan. Bahkan, jaminan pendukung lain, seperti tenaga listrik jika padam, oksigen yang mencukupi, ketersediaan darah jika diperlukan, perlu diperhatikan. Pada prinsipnya, pasien mendapat layanan terbaik dengan aman. Pasien yang dirawat apalagi setelah operasi akan berisiko terkena infeksi. Kejadian infeksi di rumah sakit (infeksi nosokomial) menjadi salah satu tolok ukur mutu layanan rumah sakit. Karena itulah, petugas rumah sakit berusaha semaksimal mungkin menghindari terjadinya infeksi pada pasien di rumah sakit. Prosedur cuci hama, cuci tangan, meski kelihatannya sederhana, ada standar yang harus dilaksanakan oleh semua petugas rumah sakit.
Pasien usia lanjut atau pasien yang kurang sadar dan banyak bergerak rentan jatuh. Pasien tersebut biasanya mandapat tempat tidur yang dilengkapi dengan tepi tempat tidur yang terjaga. Pasien usia lanjut yang akan ke toilet mendapat perhatian khusus karena sering terjadi kecelakaan di kamar mandi. Meski mendapat perhatian dalam perawatan, pasien juga dianjurkan untuk lebih cepat dalam mobilisasi. Jika memungkinkan, lebih cepat dan lebih bergerak. Jangan terlalu banyak tiduran. Lama rawat di rumah sakit sekarang jauh lebih singkat. Pada operasi tertentu, pasien hanya dirawat satu hari kemudian boleh pulang. Jika memungkinkan, setelah operasi secepatnya juga mobilisasi.
Prosedur untuk menjaga keselamatan pasien ini harus dipatuhi oleh semua tenaga medis. Untuk itu, pelatihan dan pembinaan secara berkesinambungan dilakukan. Komunikasi pasien dan tenaga kesehatan juga merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan dan hak-hak pasien. Keselamatan pasien tak hanya memerlukan kepedulian tenaga kesehatan. Sudah tentu pasien dan keluarga juga harus memelihara keselamatan. Minumlah obat sesuai dengan peraturan. Jadwal konsultasi sedapat mungkin ditepati. Pemeliharaan kesehatan harus menjadi tanggung jawab pasien dan keluarga. Tenaga kesehatan merupakan sahabat dan penasihat pasien. Karena itulah, hubungan pasien dan tenaga kesehatan haruslah akrab dan bersahabat.