Waspadai Potensi Penularan Covid-19 dalam Perjalanan Mudik
Mobilitas masyarakat selama masa mudik akan meningkatkan risiko penularan Covid-19. Selain vaksinasi, kedisiplinan menerapkan prokes menjadi kunci untuk mencegah lonjakan kasus pasca-Lebaran.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian vaksin penguat atau booster yang menjadi syarat mudik Idul Fitri 2022 bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh dari ancaman Covid-19. Namun, pemudik tetap perlu mewaspadai potensi penularan selama perjalanan sehingga diimbau tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Mobilitas masyarakat selama masa mudik akan meningkatkan risiko penularan Covid-19. Selain vaksinasi, kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan (prokes) menjadi kunci untuk mencegah lonjakan kasus pasca-Lebaran.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengatakan, syarat vaksinasi yang telah dipenuhi jangan sampai membuat pemudik abai untuk tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. ”Harus tetap waspada selama perjalanan mudik, baik menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (8/4/2022).
Pemudik juga diimbau mempersiapkan kondisi kesehatan sebelum mudik. Memaksakan mudik dalam kondisi sakit justru membuat tubuh rentan terinfeksi virus.
”Jangan mudik jika mengalami sakit, terutama saluran pernapasan. Ini harus jadi perhatian bersama agar saat tiba di kampung halaman tidak menjadi ancaman penularan bagi keluarga,” katanya.
Pada masa mudik Idul Fitri tahun ini, pemerintah telah menetapkan libur nasional pada 2-3 Mei dan cuti bersama pada 29 April dan 4-6 Mei 2022. Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, 79 juta orang diprediksi akan mudik.
Warga yang telah mendapatkan booster diperbolehkan mudik tanpa tes Covid-19. Penerima vaksin dosis kedua tetap diwajibkan tes antigen dengan sampel diambil dalam waktu 1 x 24 jam. Sementara penerima vaksin dosis pertama disyaratkan tes PCR dalam waktu 3 x 24 jam.
Pemberian booster dilakukan untuk meningkatkan proteksi terhadap pemudik. Booster diharapkan memperkuat kekebalan tubuh sehingga menurunkan risiko terpapar virus di tengah tingginya mobilitas masyarakat saat mudik.
Penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia terus menurun sejak puncak penularan Omicron pada pertengahan Februari lalu. Terdapat 1.755 kasus baru, Jumat. Jumlah itu menurun dibandingkan sepekan sebelumnya dengan 2.930 kasus.
Secara total, terdapat 6,03 juta kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia. Sejumlah 5,79 juta orang sembuh, 155.556 orang meninggal, dan 76.568 orang masih dirawat atau diisolasi (kasus aktif).
Ede menambahkan, cakupan vaksinasi perlu terus dikejar untuk mengoptimalkan perlindungan masyarakat dari penularan virus korona. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan di laman vaksin.kemkes.go.id, hingga Jumat pukul 18.00, dari target 208,26 juta sasaran vaksinasi di Indonesia, cakupannya 94,76 persen untuk dosis pertama dan 77,39 persen untuk dosis kedua. Sementara capaian vaksinasi booster masih 12,52 persen atau sekitar 26,06 juta jiwa.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, pemberian booster dilakukan untuk meningkatkan proteksi terhadap pemudik. Booster diharapkan memperkuat kekebalan tubuh sehingga menurunkan risiko terpapar virus di tengah tingginya mobilitas masyarakat saat mudik.
”Jadi, dalam mempersiapkan mudik, jangan cuma mobilnya yang diservis, tetapi juga perhatikan kondisi orangnya agar benar-benar siap untuk mudik,” ucapnya.
Nadia mengatakan, meskipun vaksinasi penguat sedang digencarkan, cakupan vaksinasi dosis lengkap (dua dosis) tetap akan ditingkatkan. Ia mengingatkan, vaksinasi tidak melindungi tubuh 100 persen dari penularan virus sehingga prokes tidak boleh diabaikan.