logo Kompas.id
KesehatanMengutamakan Kepentingan...
Iklan

Mengutamakan Kepentingan Masyarakat

Dokter adalah profesi yang mulia, memiliki etiket kedokteran, bertanggung jawab menjaga harkat profesi, dan mengutamakan kepentingan masyarakat.

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 5 menit baca
Dokter gigi dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada  memeriksa kondisi gigi warga yang mendapat layanan pemeriksaan kesehatan gigi gratis dalam kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (2/10/2019).
FERGANATA INDRA RIATMOKO

Dokter gigi dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada memeriksa kondisi gigi warga yang mendapat layanan pemeriksaan kesehatan gigi gratis dalam kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (2/10/2019).

Sebagai mantan wartawan, saya suka mengikuti berita kesehatan, terutama mengenai kedokteran. Saya merasa cukup banyak kemajuan dalam layanan kedokteran di negeri kita. Salah satunya adalah diberlakukannya asuransi nasional di bidang kesehatan (BPJS). Dahulu, biaya kesehatan merupakan hambatan masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan, sekarang dengan dukungan BPJS, banyak masyarakat yang dapat menikmati layanan kedokteran yang diperlukan, termasuk layanan yang berbiaya mahal, seperti cuci darah, pemasangan ring pada penyakit jantung, dan operasi sendi. Kemajuan tersebut tentu tak lepas dari kebijakan pemerintah serta dukungan profesi kesehatan. Saya mencatat ada dua peristiwa yang menunjukkan bagaimana profesi kesehatan dapat melindungi masyarakat serta mengutamakan kepentingan masyarakat.

Pada waktu program imunisasi HPV (Human Papillomavirus) dijalankan di Jepang, media Jepang melaporkan ada siswa yang tangannya lumpuh setelah divaksin HPV. Seperti diketahui, vaksin HPV diberikan kepada siswi usia 9 tahun sampai 13 tahun untuk mencegah kanker serviks (leher rahim). Berita ini amat mengejutkan orangtua murid sehingga orangtua murid di Jepang meminta agar Kementerian Kesehatan Jepang segera menghentikan program imunisasi HPV pada siswi sekolah. Protes orangtua murid demikian kerasnya sehingga Menteri Kesehatan Jepang terpaksa menghentikan sementara pemberian vaksin HPV. Kalangan profesi kedokteran merasa prihatin dengan penghentian program tersebut dan kemudian mengirimkan tim untuk menyelidiki kebenaran berita kelumpuhan tersebut. Tim mendapatkan bahwa siswi yang disuntik memang mengalami nyeri pada lengan yang disuntik terutama jika digerakkan, tetapi lengan tersebut sama sekali bukan lumpuh seperti yang diberitakan. Nyeri hanya berlangsung selama dua hari dan setelah itu lengan siswi tersebut dapat berfungsi seperti biasa. Kalangan profesi kedokteran menyiarkan hasil temuannya dan sudah tentu temuan tersebut melegakan orangtua murid dan imunisasi HPV kemudian dilanjutkan. Pada peristiwa ini profesi kedokteran telah berhasil membangun kembali kepercayaan masyarakat untuk bersama mencegah kanker serviks.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000