Atur Pola Makan Selama Puasa Agar Berdampak Bagi Kesehatan
Puasa bukan sekedar menunda makan. Ibadah ini akan memberi dampak bagi kesehatan tubuh jika pola makan selama masa diperbolehkannya makan dan minum dijaga, baik dalam jenis, jumlah kalori, maupun waktu konsumsinya.
JAKARTA, KOMPAS—Puasa bukan menunda atau memindahkan waktu makan, tetapi mengatur pola makan. Agar puasa bisa berdampak bagi kesehatan, maka pola makan selama masa puasa harus diatur. Pilihan jenis, jumlah, dan jarak antarwaktu makan pun perlu diperhatikan.
Sekitar 10 hari lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menjalani puasa wajib di bulan Ramadhan. Puasa dilakukan dengan tidak makan dan minum serta menahan sejumlah hal yang dilarang mulai dari terbit fajar (subuh) atau imsak bagi yang ingin menerapkan kehati-hatian hingga terbenam Matahari (maghrib). Di Indonesia, waktu puasa itu berkisar antara 12-14 jam.
Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor yang juga Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) Hardinsyah dalam seri webinar Pergizi Pangan ke-89, Rabu (23/3/2022) mengatakan sebagian orang takut berpuasa karena khawatir lapar. Padahal, puasa dan kelaparan merupakan dua hal berbeda.
Lapar adalah kondisi yang tak disengaja akibat kondisi tertentu, tidak jelas kapan terjadi dan kapan berakhirnya, hingga bisa memicu kemarahan. Sedangkan puasa adalah tindakan yang disengaja atau diniatkan, memiliki batas waktu yang jelas, dan bisa menimbulkan kepuasan.
Baca juga : Manfaat Probiotik
"Awal masa puasa pasti akan membuat seseorang merasa lapar. Namun pada hari ke-2 atau ke-3, tubuh sudah bisa menyesuaikan," katanya.
Pada awal puasa, hormon ghrelin yang memberi sinyal ke otak bahwa tubuh seseorang lapar tengah naik, sedangkan hormon leptin yang memberi sinyal rasa kenyang akan turun. Setelah terbiasa berpuasa, ghrelin akan turun dan leptin naik hingga mereka yang sudah terbiasa puasa tidak akan mudah merasa lapar dan tergoda meski melihat orang lain makan.
Selama ini, studi tentang pola makan masih terfokus pada jenis dan jumlah kalori yang dikonsumsi. Studi tentang penjarakan antarwaktu makan dan waktu makan relatif kurang. Namun kini riset tentang puasa dengan segala keragaman polanya makin berkembang di Barat.
Awal masa puasa pasti akan membuat seseorang merasa lapar. Namun pada hari ke-2 atau ke-3, tubuh sudah bisa menyesuaikan.
Sejumlah manfaat puasa yang terungkap dalam studi tersebut, menurut Hardinsyah adalah puasa mengubah sistem pencernaan, metabolisme, hormon, saraf, hingga kardiovaskuler pada manusia. Puasa bisa menekan kadar kolesterol, tekanan darah, hingga memgurangi faktor risiko gangguan metabolik maupun kardiovaskuler. Pembatasan kalori selama puasa juga bisa menurunkan berat badan maupun lingkar pinggang.
Baca juga : Belajar Puasa
"Puasa juga memicu autofagi yang merupakan mekanisme tubuh untuk memakan sel-sel yang sudah tua dan rusak serta menggantikannya dengan sel-sel baru," tambahnya. Autofagi diyakini meningkatkan kesehatan tubuh, mencegah penuaan dini, hingga memperpanjang usia.
Menu buka dan sahur
Meski demikian, sebagian orang justru mengalami kenaikan berat badan setelah sebulan berpuasa. Kondisi ini diyakini terjadi akibat penerapan pola makan yang salah selama masa diperbolehkannya makan dan minum, yaitu dari berbuka puasa hingga sahur.
Banyak orang menjadikan buka puasa sebagai 'balas dendam' atau ajang untuk makan berlebih sebagai kompensasi atas rasa lapar yang dirasakan setelah seharian berpuasa. Mereka cenderung makan berlebih, baik dari jenis maupun kandungan kalorinya. Tindakan ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi kesehatan, tetapi juga menghambat aktivitas ibadah lain yang sebaiknya dilakukan selama Ramadhan.
Dosen Pendidikan Tata Boga Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Ai Nurhayati mengatakan kebutuhan kalori dan air untuk tubuh saat puasa tetap sama seperti saat tidak berpuasa. Namun ketika berpuasa, kebutuhan kalori itu hanya bisa dipenuhi sejak buka puasa hingga sahur.
Jika kebutuhan kalori setiap orang adalah 2.100 kilokalori (kkal) per hari, maka 10 persen diantaranya bisa dipenuhi saat buka puasa, 40-45 persen ketika makan malam, dan 10-15 persen saat cemilan malam sebelum tidur. Sisanya, 40 persen kebutuhan kalori dipenuhi saat sahur. Sedangkan untuk minum, dari kebutuhan 2 liter atau 8 gelas air per hari bisa dibagi 5-6 gelas dari berbuka hingga sebelum tidur dan 2-3 gelas saat sahur.
"Buka puasa dan makan malam berbeda. Makan malam sebaiknya dilakukan 30 menit setelah berbuka puasa. Artinya, setelah berbuka puasa bisa dijeda dengan sholat maghrib terlebih dulu," tambahnya.
Menu buka puasa, sesuai ketentuan syariat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang lembut dan manis hingga mudah dicerna. Dalam agama dicontohkan dengan mengonsumsi kurma basah. Jika tidak ada, bisa diganti kurma kering dan jika tidak ada juga bisa diganti air zamzam atau air putih biasa.
Baca juga : Puasa dan Zakat dalam Kelompok Rentan
"Kurma basah mengandung kalori lebih sedikit dibanding kurma kering, tetapi kandungan vitamin C-nya lebih tinggi," katanya.
Dalam konteks lokal, masyarakat Indonesia juga berbuka puasa dengan sejumlah makanan lokal, seperti kolak, teh manis, aneka jenis es, gorengan, atau berbagai jajanan dan kue. Setelah berbuka, sebagian orang langsung melanjutkannya dengan makanan utama berupa nasi dengan segala lauk pauknya.
Konsumsi makanan berlebih secara tiba-tiba itu seringkali menimbulkan masalah seperti begah, kekenyangan, dan mengantuk hingga tidak bisa melakukan ibadah Ramadhan lainnya.
Selain itu, banyak orang tidak sadar mengonsumsi kalori berlebih saat buka puasa. Mereka mengonsumi makanan dan minuman yang tinggi gula dan lemak. Jika terus menerus dikonsumsi selama sebulan, maka kenaikan berat badan di akhir Ramadahan sulit dihindari.
Ai mencontohkan satu porsi kolak mengandung 391 kkal dan satu porsi es buah 276 kkal. Tingginya kalori pada makanan tersebut salah satunya dipicu oleh tingginya kandungan gula, santan, maupun kental manis. Karena itu jika ingin berbuka dengan makanan tersebut, disarankan untuk membuatnya sendiri hingga bisa membatasi kandungan gulanya.
Selain itu, satu gorengan bakwan sayur mengandung 137 kkal. Rasanya yang gurih dan enak membuat banyak orang tidak sadar mengudapnya beberapa buah dalam sekali makan. Padahal biasanya, konsumsi gorengan itu disertai dengan minum minuman manis dan disambung dengan makanan utama. Alhasil, kalori yang diterima tubuh pun menjadi berlebih.
Semua makanan yang menggugah selera untuk berbuka puasa itu sah-sah saja dikonsumsi. Namun Ai mengingatkan untuk tidak terlalu sering, terus menerus dan berlebihan. "Perhatikan porsi dan waktu makannya," ujarnya.
Sementara untuk sahur, Ketua Program Studi Gizi Universitas Sahid Jakarta Khoirul Anwar mengatakan sesuai perintah agama, makan dan minum sangat dianjurkan sebelum memulai puasa. Karena itu, menu sahur seharusnya memenuhi kaidah gizi seimbang untuk mencegah lapar, turunnya kadar gula darah, dehidrasi dan naiknya asam lambung saat berpuasa.
Makanan sahur sebaiknya mengandung karbohidrat kompleks yang lama dicerna tubuh sehingga tidak mudah lapar saat siangnya, seperti aneka kacang-kacangan. Kebutuhan protein nabati dan hewani serta buah dan sayur juga harus tercukupi. Makanan tinggi gula, garam dan lemak serta makanan terlalu pedas atau bergas sebaiknya dihindari saat sahur.
"Hindari minum kopi ketika sahur karena kafein bersifat diuretik yang membuat orang akan sering buang air kecil," katanya. Kondisi ini rentan memicu dehidrasi pada siang hari. Jika ingin tetap meminum kopi, gunakan kopi yang rendah kafein, kopi encer, atau meminumnya pada malam hari.
Namun karena sahur dilakukan sebelum subuh, makan dan menyiapkan makanan sahur jadi tantangan sendiri. Banyak orang umumnya semangat bersahur pada awal Ramadhan dan mulai malas ketika memasuki pertengahan Ramadhan. Demikian pula proses penyiapannya. Saat awal puasa umumnya makanan sahur cukup beraneka dan melimpah serta menjadi makin terbatas di pertengahan bulannya.
Karena itu, untuk sahur disarankan untuk memilih makanan yang mudah disiapkan atau dimasak, tetapi tetap disukai. Dalam konteks kemudahan itu, prinsip gizi seimbang tetap harus diperhatikan.