Salah satu upaya menekan kematian akibat Covid-19 yaitu dengan meningkatkan cakupan vaksinasi di wilayah aglomerasi. Wilayah ini berkontribusi besar pada penularan Covid-19 karena punya tingkat mobilisasi yang tinggi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angka kasus Covid-19 secara otomatis akan menurun jika sudah mencapai puncak kasus dan sebagian besar imunitas masyarakat atau kelompok berisiko telah terbentuk. Namun, penanganan pandemi tidak hanya fokus menurunkan kasus, tetapi juga angka kematian.
Epidemiolog di Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengemukakan, peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini dipengaruhi banyak hal, terutama kemunculan varian baru, khususnya Omicron. Pandu memperkirakan mayoritas kasus Covid-19 di Indonesia terjadi akibat penularan varian Omicron.
”Saat ini sudah bukan varian Delta yang menginfeksi masyarakat Indonesia, tetapi Omicron. Varian lama secara otomatis akan lenyap saat ada varian baru yang lebih menular. Namun, tingkat keparahan Omicron jauh lebih ringan daripada Delta sehingga banyak masyarakat yang melakukan isolasi mandiri,” ujarnya dalam diskusi daring, Jumat (25/2/2022).
Menurut Pandu, dengan berbagai pertimbangan dan kondisi saat ini, tidak menutup kemungkinan Covid-19 akan menjadi endemi dan penularan akan tetap terjadi. Akan tetapi, upaya yang harus ditekan yaitu jangan sampai penularan ini menyebabkan masyarakat masuk ke rumah sakit dan angka kematian tinggi.
Salah satu upaya menekan kasus positif dan kematian ini yaitu dengan meningkatkan cakupan vaksinasi di wilayah aglomerasi, termasuk DKI Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa-Bali. Sebab, DKI Jakarta dan daerah di Jawa-Bali berkontribusi besar terhadap penularan Covid-19 karena memiliki tingkat mobilisasi yang sangat tinggi.
”Kita harus mengatur strategi vaksinasi untuk mengatasi pandemi dan ini khas di Indonesia. Penanganan pandemi harus melihat situasi dinamika mobilitas penduduk dan faktor-faktor yang memengaruhi Covid-19. Akan tetapi, selain vaksinasi juga penting dilakukan skrining komorbid, seperti ginjal, diabetes, hipertensi, dan jantung,” katanya.
Dari kajian terbaru tentang faktor risiko kematian Covid-19 yang dilakukan Pandu dan epidemiolog lainnya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, usia merupakan salah satu faktor risiko kematian Covid-19, termasuk varian Omicron. Kasus kematian akibat Covid-19 sepanjang 1 Maret 2020-16 Februari 2022 tercatat rendah pada usia 5-9 tahun, tetapi tinggi pada usia di atas 60 tahun.
Kita harus mengatur strategi vaksinasi untuk mengatasi pandemi dan ini khas di Indonesia. Penanganan pandemi harus melihat situasi dinamika mobilitas penduduk dan faktor-faktor yang memengaruhi Covid-19.
Proporsi kasus kematian akibat Covid-19 juga rendah, yakni sekitar 0,2 persen pada kelompok masyarakat yang sudah mendapatkan dua dosis vaksinasi secara lengkap. Sedangkan kelompok masyarakat yang belum mendapatkan vaksin, tingkat kematiannya mencapai 2,6 persen.
”Dari awal pandemi, kami menganalisis risiko kematian Covid-19 pada masyarakat yang tidak memiliki komorbid hanya 2,8 persen. Jika memiliki satu komorbid, risiko meningkat menjadi hampir 15 persen. Sementara untuk penderita dengan empat komorbid, risiko kematian semakin tinggi, yakni 40 persen,” tutur Pandu.
Kasus di Jakarta
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, saat ini kasus aktif di DKI Jakarta sudah menurun. Pada pertengahan Februari 2022, kasus aktif di Jakarta mencapai 90.000 orang dan saat ini telah turun menjadi 57.000 kasus. Rata-rata kasus positif juga turun dari 25 persen menjadi 14,9 persen.
Meski data menunjukkan adanya tren penurunan kasus aktif, angka kematian masih cukup tinggi. Tercatat kematian Covid-19 di Jakarta pada 14-20 Februari 2022 sebanyak 326 kasus dengan tren rasio kematian (CFR) 0,49 persen. Angka ini tetap menjadi peringatan meski CFR di bawah standar 0,5 persen.
Selain itu, Ngabila memastikan bahwa upaya pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan akan tetap dilakukan serta ditingkatkan. Itu disebabkan penurunan kasus bisa terjadi akibat upaya pemeriksaan dini dan pelacakan yang rendah.
”Upaya pelibatan wilayah lintas sektor, khususnya RT dan RW, perlu ditingkatkan kembali. Kepekaan terhadap krisis harus ditingkatkan bahwa setiap nyawa itu berharga. Jadi, deteksi dini pada warga lansia, komorbid, dan gejala ringan harus dipantau dengan ketat oleh satuan tugas,” ujarnya.
Berdasarkan studi yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, golongan masyarakat yang berpotensi meninggal dunia karena Covid-19 yakni pra-lansia, memiliki komorbid, dan belum mendapat vaksin secara lengkap. Oleh karena itu, kata Ngabila, pencegahan sangat diperlukan bagi masyarakat yang memiliki anggota keluarga dengan golongan rentan ini.
Ngabila memandang bahwa peningkatan kasus akibat varian Omicron membuat masyarakat lebih peduli terhadap ancaman penularan Covid-19. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya angka cakupan vaksinasi pada anak setelah banyak muncul pemberitaan tentang Omicron. Peningkatan kesadaran dan kepedulian terkait Covid-19 dapat menjadi peluang untuk terus meningkatkan cakupan vaksinasi.