Tingkat Kesembuhan Tinggi di Tengah Ancaman Lonjakan Kasus di Surabaya
Tingkat kesembuhan yang tinggi sekaligus fatalitas yang rendah menjadi kenyataan menggembirakan di tengah ancaman lonjakan kasus Covid-19 yang masih mendera Surabaya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Ruangan tempa Uji Klinis Vaksin Merah Putih di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/2/2022). Uji klinis vaksin Merah Putih untuk penanggulangan Covid-19 tersebut telah memasuki tahap pertama yang akan diikuti 90 orang. Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceuticals. Uji klinik fase I dilakukan pada 9 Februari-8 Maret 2022 dan uji klinik fase II akan dilakukan pada 11 April 2022-11 April 2023. Adapun uji klinik fase III dijadwalkan setelah lolos fase II kepada 5.000 orang.
SURABAYA, KOMPAS — Penularan Covid-19 di Kota Surabaya, Jawa Timur, hingga Jumat (11/2/2022) belum terkendali. Hal ini setidaknya terlihat angka penambahan harian yang berkisar 1.206-1.418 kasus. Namun, di tengah lonjakan kasus, tingkat kesembuhan pasien relatif tinggi, yakni 86-94 persen.
Dari laman resmi infocovid19.jatimprov.go.id dan lawancovid-19.surabaya.go.id, sepekan terakhir, penambahan harian warga terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 7.947 kasus atau rata-rata 1.136 per hari. Adapun tercatat kesembuhan sebanyak 6.366 kasus atau rata-rata 910 per hari. Laju peningkatan kasus terus di atas kesembuhan sehingga mendorong peningkatan keterisian layanan kesehatan oleh pasien. Hingga Jumat (11/2/2022), tercatat 2.569 kasus aktif di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengakui, situasi belum terkendali mengingat laju kasus baru melebihi tingkat kesembuhan. Jika situasi terus menanjak dan belum terlihat indikasi penurunan, fasilitas kesehatan di Surabaya bisa penuh. Situasi yang belum terkendali juga berpotensi meningkatkan status pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dari saat ini Level 2 ke Level 3 sehingga perlu pengetatan lebih tegas. Sebelumnya, Kota Surabaya berstatus Level 1 sehingga ada pelonggaran.
Eri mengatakan, di tengah ancaman peningkatan harian yang tinggi, daya kesembuhan pasien Covid-19 ternyata juga tinggi. Jika ditarik sejak pertengahan Maret 2020 atau serangan awal Covid-19 di Surabaya, sampai saat ini, tingkat kesembuhan pasien dari penyakit tersebut 93,5 persen. Adapun dari awal Januari 2022, saat terkonfirmasi pasien varian Omicron, tingkat kesembuhan 86,1 persen.
Pemotor melintasi jalanan di RW 003 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (21/1/2021). Wilayah yang merupakan Kampung Tangguh Jaya itu memastikan di semua akses masuk RW ada petugas gugus tugas Covid-19 yang mengingatkan agar warga tertib bermasker.
”Dilihat dari pengalaman penanganan pasien termasuk yang kena Omicron, kesembuhan pasien tanpa gejala atau ringan berkisar tiga sampai tujuh hari,” kata Eri. Namun, untuk mencapai kondisi kesembuhan optimal, pasien Covid-19 diharuskan menjalani isolasi 10-14 hari. Amat jarang pasien menjalani isolasi kurang dari 10 hari, dan situasi ini biasanya karena daya tahan tubuh yang luar biasa, dan sakit tidak bergejala.
Eri mengatakan akan terus menggencarkan 3T (testing, tracing, treatment) atau pengetesan, penelusuran, dan penanganan terhadap warga terjangkit. Secara simultan juga dilaksanakan penegakan protokol kesehatan melalui patroli dan razia ke ruang publik sekaligus swab hunter dan vaksinasi paksa. Program vaksinasi juga terus digenjot terutama pemberian dosis 2 dan 3 (penguat).
”Sosialisasi protokol kesehatan, saya minta kepada aparatur tetap dilaksanakan dengan baik,” katanya.
Kami juga mendorong satuan tugas di Kampung Tangguh Semeru (Wani Jogo Suroboyo) di tingkatan RW untuk tetap aktif menempuh kebijakan pengendalian, penanganan, dan pencegahan.
Di Surabaya, di jalan-jalan masih ditemui mobil aparatur kelurahan ataupun kecamatan berkeliling dengan pelantang suara mengingatkan warga untuk menerapkan protokol kesehatan. Lampu lalu lintas juga amat banyak yang telah dipasangi pelantang suara dengan tujuan serupa, yakni mengingatkan masyarakat agar waspada dan disiplin dalam pengendalian dan pencegahan penularan Covid-19.
”Kami juga mendorong satuan tugas di Kampung Tangguh Semeru (Wani Jogo Suroboyo) di tingkatan RW untuk tetap aktif menempuh kebijakan pengendalian, penanganan, dan pencegahan,” kata Eri. Pandemi dapat teratasi dan terkendali, tetapi memerlukan pemahaman seluruh masyarakat dan kemauan untuk bersama-sama disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Suasana di Taman Jangkar, Jambangan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (27/1/2022), yang sebenarnya masih ditutup dari aktivitas publik untuk menekan risiko penularan Covid-19. Peningkatan kasus Covid-19 mulai kembali terjadi di Surabaya yang diyakini terkait dengan serangan varian Omicron dan turunannya yang amat cepat menular. Situasi pandemi Covid-19 yang tidak menentu memaksa otoritas terus memperpanjang penutupan ruang publik termasuk taman-taman.
Eri melanjutkan, kebijakan dalam sektor kehidupan sosial terutama ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan menyesuaikan dengan status PPKM. Karena saat ini berada di Level 2, ditempuh pengetatan. Eri berharap situasi Covid-19 tidak membuat peningkatan situasi ke Level 3 yang berkonsekuensi menuntut pengetatan lebih jauh terhadap aktivitas sosial.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, peningkatan kasus yang luar biasa jelas terkait dengan serangan Omicron yang sepuluh kali lipat lebih menular daripada Delta. Padahal, Delta lebih menular sepuluh kali lipat daripada SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Perbedaan yang patut disyukuri, tetapi harus dalam kewaspadaan, varian Omicron belum berdaya rusak yang fatal dibandingkan dengan Delta yang lebih berisiko membawa kematian.
”Dalam penanganan pasien, kami lengkapi berbagai sarana isolasi terpusat dengan fasilitas bantu pernapasan demi menekan risiko kematian pasien yang mengalami kesulitan,” kata Nanik.
Kalangan warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah sendiri ataupun di penginapan secara berbayar juga mendapat pengawasan dari petugas kesehatan puskesmas terdekat. Pengawasan penting untuk mengantisipasi perburukan kondisi kesehatan pasien sehingga bisa tertangani atau meningkatkan peluang keselamatan dari ancaman kematian.