Kualitas Udara Kantor yang Buruk Turunkan Kognisi Karyawan
Kualitas udara dalam ruangan di lingkungan kerja perkantoran berdampak pada kognisi karyawannya. Menyediakan sirkulasi udara dengan kualitas udara baik bermanfaat bagi kesehatan pekerja dan perusahaan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jika Anda merasa lesu, kehilangan gairah, dan tidak bisa berkonsentrasi di tempat kerja, bisa jadi hal itu karena dipengaruhi oleh kualitas udara di kantor yang buruk. Studi baru menunjukkan, ventilasi yang buruk dan polusi berperan dalam fungsi kognitif karyawan.
Studi yang dilakukan para ilmuwan di Harvard menemukan bahwa kualitas udara di dalam kantor dapat memiliki dampak yang signifikan pada fungsi kognitif karyawan. Ini termasuk waktu respons dan kemampuan untuk fokus.
”Kami memiliki banyak penelitian tentang paparan polusi luar ruangan, tetapi kami menghabiskan 90 persen waktu kami di dalam ruangan,” kata Jose Guillermo Cedeno Laurent, peneliti dan penulis utama makalah yang diterbitkan di Environmental Research Letters, Kamis (9/9/2021), dalam keterangan pers.
Sejumlah penelitian sebelumnya tentang pengaturan dalam ruangan telah berfokus pada langkah-langkah seperti kenyamanan dan kepuasan termal, bukan pada kognitif. Dalam kajian ini, Cedeno Laurent dan tim merancang penelitian yang diikuti 302 pekerja kantor di enam negara (China, India, Meksiko, Thailand, Amerika Serikat, dan Inggris) selama satu tahun untuk melihat dampak kualitas udara pada kognisi pekerja.
Peningkatan 10 mikrogram per meter kubik polutan PM 2,5 berdampak sekitar 1 persen kecepatan untuk merespons kedua pengujian dan lebih dari 1 persen berkurangnya akurasi.
Kajian berakhir pada Maret 2020 ketika pandemi Covid-19 menyebabkan penguncian dan pembatasan aktivitas secara global. Semua peserta berusia 18-65 tahun bekerja setidaknya tiga hari di gedung perkantoran dan memiliki tempat kerja permanen di dalam kantor.
Ruang kerja mereka dilengkapi dengan sensor lingkungan untuk memantau konsentrasi waktu terkini akan keberadaan partikel halus 2,5 mikrometer atau PM 2,5 dan lebih kecil, serta karbon dioksida, suhu, dan kelembaban relatif.
Para peserta diberi aplikasi yang dirancang khusus di ponsel mereka untuk melakukan tes kognitif. Mereka lalu diminta untuk melakukan tes pada waktu yang telah dijadwalkan sebelumnya atau ketika sensor mendeteksi tingkat PM 2,5 dan karbon dioksida yang turun di bawah atau melebihi ambang batas tertentu.
Konsentrasi karbon dioksida berfungsi untuk mewakili kondisi ventilasi. Di luar, konsentrasi sekitar 400 ppm (bagian per juta), sedangkan 1.000 ppm disebut sebagai batas atas untuk di dalam ruangan.
Setiap peserta mendapatkan dua tes, pertama mengharuskan karyawan untuk mengidentifikasi dengan benar warna kata-kata yang ditampilkan dan mengeja warna lain. Tes ini bertujuan mengevaluasi kecepatan kognitif dan kemampuan untuk fokus pada rangsangan yang relevan ketika rangsangan yang tidak relevan disajikan. Tes kedua melibatkan penambahan dan pengurangan dasar dengan angka dua digit untuk menilai kecepatan kognitif dan memori kerja.
Menurunkan respons
Hasil studi ini menunjukkan bahwa peningkatan 10 mikrogram per meter kubik polutan PM 2,5 berdampak sekitar 1 persen kecepatan untuk merespons kedua pengujian dan lebih dari 1 persen berkurangnya akurasi.
Sebagai perbandingan, menurut situas pelacakan IQAir, tingkat PM 2,5 luar ruangan di Washington, ibu kota Amerika Serikat, adalah 13,9 mikrogram per meter kubik pada hari Jumat (10/9/2021) pagi, sementara itu, di Jakarta mencapai 73 mikrogram per meter kubik dan Surabaya 70 mikrogram per meter kubik.
Dalam hal karbon dioksida, peningkatan 500 ppm (bagian per juta), yang bukan merupakan tingkat variasi yang tidak biasa, menyebabkan penurunan waktu respons lebih dari 1 persen, dan penurunan akurasi lebih dari 2 persen di kedua pengujian.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa paparan PM 2,5 yang berkepanjangan bisa menyebabkan penyakit neurodegeneratif jangka panjang, kajian ini menunjukkan efek jangka pendek.
Tim peneliti juga merekomendasikan, sejumlah cara untuk mengurangi dampak buruk polusi di ruang perkantoran ini. Membuka jendela adalah salah satunya. Namun, jika kualitas udara luar ruangan tidak bagus, diperlukan sistem penyaringan udara atau menambahkan pembersih udara portabel berkualitas tinggi.