Pemerintah Akan Terus Bekerja Keras Penuhi Kebutuhan Vaksin
Pada Kamis (2/9/2021) sore, Indonesia kembali menerima kedatangan vaksin AstraZeneca sebanyak 500.000 dosis yang merupakan dose sharing dari Pemerintah Australia.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pemerintah akan terus bekerja keras guna memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 bagi rakyat Indonesia. Per 1 September 2021 Indonesia telah menyuntikkan lebih dari 100 juta dosis vaksin. Pada konteks jumlah dosis vaksin yang disuntikkan, Indonesia menduduki peringkat ketujuh terbesar di dunia.
Pada Kamis (2/9/2021) sore, Indonesia kembali menerima kedatangan vaksin AstraZeneca sebanyak 500.000 dosis yang merupakan dose sharing dari Pemerintah Australia.
Kedatangan vaksin AstraZeneca ini merupakan pengiriman tahap pertama dari rencana Pemerintah Australia untuk memberikan dukungan 2,5 juta dosis vaksin pada tahun 2021.
Dukungan bagi masyarakat Indonesia tersebut ditempuh melalui mekanisme bilateral. Selain itu, Pemerintah Australia juga telah berkomitmen untuk memberikan dukungan pengadaan vaksin bagi Indonesia senilai 77,1 juta dollar Australia yang akan disalurkan melalui Unicef.
”Dukungan kerja sama vaksin ini merupakan salah satu topik bahasan dalam komunikasi saya per telepon beberapa kali dengan Menteri Luar Negeri Australia, Ibu Marise Payne, termasuk yang terakhir saya lakukan pada 7 Juli 2021,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memberikan keterangan pers terkait kedatangan vaksin Covid-19 tahap ke-48 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis sore.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target vaksinasi global. Target tersebut adalah setidaknya 10 persen populasi tiap negara pada akhir September 2021, 40 persen populasi tiap negara pada akhir 2021, dan 70 persen populasi tiap negara pada pertengahan tahun 2022. Saat ini, setidaknya 140 negara telah memvaksinasi 10 persen warganya, termasuk Indonesia.
”Namun, progres yang terjadi di tiap negara dan kawasan sangat berbeda,” kata Retno.
Menurut Global Dashboard for Vaccine Equity, 57,34 persen penduduk negara berpendapatan tinggi telah divaksin. Pencapaian ini jauh di atas 2,14 persen penduduk negara berpendapatan rendah.
”Dirjen WHO telah mengingatkan akses dan distribusi vaksin yang tidak merata akan menciptakan dangerous divergence dalam hal tingkat kelangsungan hidup dari Covid-19 dan pemulihan ekonominya,” ujar Menlu Retno.
Laporan terbaru The Economist Intelligence Unit menyebutkan lambatnya vaksinasi global akan menggerus produk domestik bruto global sebesar 2,3 triliun dollar AS pada 2022 sampai 2025. Sebanyak 65,6 persen di antaranya terjadi di negara berkembang dan 73 persen di antaranya di kawasan Asia Pasifik.
”Untuk itu, minggu lalu pemimpin IMF, World Bank, WHO, dan WTO mengeluarkan joint statement yang meminta negara-negara memenuhi komitmen berbagi dosis vaksin dan menghapus restriksi ekspor dan hambatan perdagangan terkait bahan produksi vaksin,” kata Menlu Retno.
Retno menuturkan, guna terus memperkokoh kemitraan strategis komprehensif di antara kedua negara yang dibentuk pada 2018, Indonesia dan Australia berencana melakukan pertemuan two-plus-two dalam waktu dekat. Pertemuan ini adalah pertemuan antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari kedua negara, Indonesia dan Australia.
Selain pada tingkat menteri, upaya untuk memperkuat kerja sama penanganan Covid-19 juga sangat intensif dilakukan pada tingkat pimpinan tertinggi kedua negara. Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Scott Morrison secara reguler melakukan pembicaraan per telepon dan terakhir dilakukan 24 Juni 2021.
”Atas nama Pemerintah Indonesia saya menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan rakyat Australia, atas dukungan kerja sama penanganan Covid-19. Thank you, Australia,” ujar Menlu Retno.
Retno menuturkan, dengan jumlah penduduk yang besar, upaya melakukan akselerasi vaksinasi akan terus dilakukan. Percepatan vaksinasi tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat. Oleh karena itu, semua warga diajak mengikuti vaksinasi dan terus mematuhi protokol kesehatan. Vaksinasi dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan akan menjadi modal yang kuat bagi Indonesia untuk terus dapat menurunkan angka penyebaran virus.
Penyesuaian strategi
Pandemi Covid-19 masih belum kelihatan akhirnya. ”Sejumlah negara memperkirakan pandemi akan perlahan berubah menjadi endemi, dan telah melakukan penyesuaian strateginya ke arah hidup bersama Covid-19,” kata Menlu Retno.
Hingga saat ini jumlah kasus global hampir menyentuh 210 juta dan angka kematian lebih dari 4,5 juta jiwa. Direktur Jenderal WHO menyampaikan saat ini, setiap harinya, terdapat lebih dari 650.000 kasus baru di seluruh dunia. Lonjakan kasus masih terjadi, termasuk di kawasan dan negara yang sebelumnya telah mengalami penurunan kasus.
”Alhamdulillah, di Indonesia, jumlah kasus baru menunjukkan tren penurunan. Kasus aktif sudah berada di bawah angka 200.000 dan sejak 24 Agustus 2021 yang lalu status PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) wilayah Jawa dan Bali sudah diturunkan ke level 3,” ujar Menlu Retno.
Retno menuturkan kemitraan antara pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk terus menjaga agar angka kasus tidak mengalami kenaikan lagi adalah kunci. ”Kemitraan untuk melakukan vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan, sekali lagi, adalah kunci,” katanya.
Sementara itu Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Kamis pagi meninjau pelaksanaan pembelajaran tatap muka dan vaksinasi di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta. Pada kesempatan tersebut Wapres Amin menuturkan bahwa dirinya mendengar bahwa 80 persen santri di Pondok Pesantren Darunnajah sudah divaksin.
”Di sini kita harap terus divaksin sampai dengan 100 persen supaya betul-betul herd immunity-nya tercapai,” kata Wapres Amin saat memberikan keterangan pers usai meninjau pelaksanaan PTM dan vaksinasi di Pondok Pesantren Darunnajah tersebut.
Pada kesempatan tersebut Wapres Amin juga menuturkan arti penting penanganan di sisi hulu. Penerapan protokol kesehatan, pengujian, pelacakan, dan vaksinasi diperlukan untuk mengendalikan Covid-19.
Proteksi paling ideal tersebut adalah menjalankan disiplin protokol kesehatan secara sempurna, telah divaksin dosis penuh, dan menjalani upaya 3T (pengujian, pelacakan, dan tindakan) secara antisipatif.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat memberikan keterangan pers, Kamis petang, menuturkan, meskipun vaksin dapat meredam dampak akibat kenaikan kasus, upaya penanganan pandemi dengan vaksinasi harus dibarengi dengan proteksi yang paling ideal. Proteksi paling ideal tersebut adalah menjalankan disiplin protokol kesehatan secara sempurna, telah divaksin dosis penuh, dan menjalani upaya 3T (pengujian, pelacakan, dan tindakan) secara antisipatif.