WHO Rekomendasikan Tocilizumab dan Sarilumab untuk Atasi Badai Sitokin
Kematian akibat Covid-19 bukan karena jumlah virus, melainkan akibat respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan sehingga merusak organ. Penderita perlu diberi obat untuk mencegah hal itu.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·3 menit baca
Tocilizumab dan sarilumab dimasukkan dalam Panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Terapi Covid-19 yang terbit 6 Juli 2021. Dua agen biologis itu dinilai mampu mengatasi respons kekebalan tubuh yang berlebihan atau dikenal sebagai badai sitokin pada penderita Covid-19 yang parah atau kritis.
Semula keduanya merupakan obat untuk artritis reumatoid. Juga diindikasikan untuk artritis temporal, artritis pada anak, dan sindrom pelepasan sitokin (CRS).
Tocilizumab dan sarilumab adalah rekombinan dari antibodi manusia monoklonal dan penghambat reseptor interleukin-6 (IL-6). IL-6 atau sitokin adalah protein kecil yang penting dalam pensinyalan sel serta terlibat dalam respons kekebalan tubuh dan peradangan.
Sebenarnya peradangan merupakan bagian penting dari respons kekebalan tubuh untuk menghadapi infeksi. Saat tubuh menyadari ada zat asing bisa menyebabkan penyakit (patogen), sistem kekebalan tubuh akan bereaksi dengan mengirim sel-sel kekebalan tubuh untuk memerangi. Setelah patogen ditaklukkan, berlangsung perbaikan jaringan dan pemulihan keseimbangan dalam tubuh.
Antibodi monoklonal berikatan dengan reseptor IL-6, menghambat sinyal IL-6, sehingga menurunkan produksi zat pemicu peradangan.
Sitokin diproduksi oleh berbagai jenis sel, termasuk limfosit, monosit, dan fibroblas. IL-6 atau sitokin juga menjadi pemicu penyakit inflamasi otoimun, termasuk artritis reumatoid. Dalam hal ini, antibodi monoklonal berikatan dengan reseptor IL-6, menghambat sinyal IL-6, sehingga menurunkan produksi zat pemicu peradangan.
Keberadaan sitokin yang berlebihan dapat merugikan tubuh karena menyebabkan badai sitokin. Saat tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin dan secara cepat ke dalam darah, maka terjadi peradangan hebat dalam tubuh. Peradangan hebat itu bisa merusak organ-organ penting sehingga gagal berfungsi dan mengancam jiwa penderita.
Pada penderita Covid-19, umumnya badai sitokin menyerang paru dan pembuluh darah. Alveoli atau kantong udara kecil di paru akan dipenuhi cairan sehingga menyulitkan pertukaran oksigen dan penderita mengalami sesak napas hebat. Badai sitokin juga bisa menyerang organ lain seperti ginjal.
Sebelumnya, WHO merekomendasikan kortikosteroid untuk mengatasi gejala Covid-19 parah. Namun, dalam panduan yang terus diperbarui itu, pasien yang parah harus mendapatkan kortikosteroid dikombinasikan dengan penghambat reseptor IL-6.
Mengurangi kematian
Dari meta analisis yang dilakukan panel ahli WHO didapatkan bukti kuat bahwa penghambat reseptor IL-6 mengurangi kematian dan kebutuhan ventilator.
Laman Lembaga Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat yang diperbarui pada 21 April 2021 juga merekomendasikan pemberian antibodi monoklonal bersama kortikosteroid.
Menurut panel ahli NIH, peradangan sistemik terkait Covid-19 dan kegagalan pernapasan dapat dikaitkan dengan pelepasan sitokin yang meningkat. Hal itu bisa diukur lewat peningkatan kadar IL-6, protein C-reaktif (CRP), D-dimer, dan feritin dalam darah. Dihipotesiskan bahwa memodulasi kadar IL-6 atau efeknya dapat mengurangi durasi dan/atau keparahan penyakit Covid-19.
Di AS, ada dua kelas penghambat IL-6 yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA), yakni antibodi monoklonal antireseptor IL-6 (sarilumab, tocilizumab) dan antibodi monoklonal anti IL-6 (siltuximab). Obat-obatan itu telah dievaluasi untuk perawatan pasien Covid-19 yang mengalami peradangan sistemik.
Panel Pedoman Perawatan Covid-19 antara lain merekomendasikan penggunaan tocilizumab secara intravena dengan dosis 8 miligram per kilogram (mg/kg) berat badan hingga 800 mg dikombinasikan dengan deksametason (6 mg setiap hari hingga sepuluh hari) pada pasien rawat inap yang menunjukkan pernapasan cepat dekompensasi akibat Covid-19. Namun, panel tidak merekomendasikan penggunaan siltuximab, kecuali untuk uji klinis.
Di pasaran, tocilizumab dikenal dengan nama dagang Actemra. Adapun nama dagang sarilumab adalah Kevzara.