Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia memperluas jaringannya ke Yogyakarta, Medan, dan Denpasar. Anak-anak penderita kanker diharapkan terbantu dengan layanan pendampingan dari mereka.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan pendampingan anak penderita kanker dari Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia diperluas. Setelah 15 tahun berbasis di Jabodetabek, kini pendampingan akan menyasar tiga kota baru, yaitu Yogyakarta, Denpasar, dan Medan.
”Pemilihan tiga kota itu mempertimbangkan angka kanker dan kesiapan infrastruktur kesehatan penanganan kanker di sana. Kami akan sulit mendampingi anak jika infrastruktur kesehatannya belum siap. Selain itu, kami mempertimbangkan dukungan komunitas lokal setempat,” kata Ketua Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) Raka Pramudito pada pertemuan daring, Kamis (10/6/2021).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi kanker di Indonesia 1,79 persen. Provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi adalah DI Yogyakarta, yaitu 4,86 per 1.000 penduduk, disusul Sumatera Barat (2,47 per 1.000 penduduk) dan Gorontalo (2,44 per 1.000 penduduk).
YPKAI membiayai secara penuh anak penderita kanker berusia 0-18 tahun dari keluarga prasejahtera. Pembiayaan antara lain mencakup pengobatan yang tidak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pendidikan, makanan bergizi, fasilitas penunjang, hingga memberi pendampingan psikologis buat pasien dan keluarganya.
Pembiayaan dan pendampingan berjalan hingga anak berusia 18 tahun, dinyatakan sembuh secara medis, atau meninggal dunia. Sejak 2006, YPKAI telah mendampingi lebih dari 100 anak di Jabodetabek.
Keluarga atau kerabat pasien dapat mendaftarkan diri melalui laman YPKAI atau menghubungi pusat panggilan 08119912604. Pihak YPKAI nanti akan melakukan asesmen dan survei setelah permohonan pendampingan diterima.
”Kini kami mendampingi secara penuh 28 anak dengan kanker di Jabodetabek. Target kami hingga akhir tahun ini adalah mendampingi 45 anak. Kami usahakan pendampingan menyebar ke Yogyakarta, Medan, dan Denpasar,” kata Raka.
Kendati tidak sebanyak orang dewasa, Raka berharap semakin banyak masyarakat yang paham bahwa anak-anak juga berpotensi menderita kanker. Riskesdas 2018 mencatat prevalensi kanker pada anak berusia 1-4 tahun sebesar 0,08 persen dan 0,31 persen pada kelompok usia 5-14 tahun. Sementara itu, prevalensi kanker kelompok usia 55-64 tahun adalah 4,62 persen.
Deteksi dini jadi kunci menangani kanker dan mencegah kematian. Pada 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi ada 9,6 juta kematian karena kanker. Adapun jumlah kematian akibat kanker di Indonesia pada 2018 tercatat 207.210 kasus.
Kini kami mendampingi secara penuh 28 anak dengan kanker di Jabodetabek. Target kami hingga akhir tahun ini adalah mendampingi 45 anak. Kami usahakan pendampingan menyebar ke Yogyakarta, Medan, dan Denpasar.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka kematian akibat kanker adalah kurangnya kesadaran untuk deteksi dini. Semakin cepat kanker terdeteksi, semakin besar pula peluang pengobatannya.
”Berbagai upaya dilakukan untuk mendorong deteksi dini, dari promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kanker sampai ketersediaan akses deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan secara merata,” kata Cut (Kompas, 5/2/2020).
Saat dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Kasih Kanker Anak Indonesia (YKAKI) Ira Soelistyo mengatakan, dukungan moral bagi keluarga anak penderita kanker sangat dibutuhkan. Utamanya, orangtua perlu diingatkan bahwa pengobatan kanker merupakan proses panjang yang membutuhkan kedisiplinan.
Selain itu, orangtua juga diingatkan bahwa proses kemoterapi bisa berdampak pada menurunnya kesehatan anak. Kendati demikian, orangtua perlu dimotivasi agar tidak menyerah di tengah jalan proses pengobatan.
”Dukungan moral untuk keluarga pasien itu sangat penting. Misalnya, pengobatan kanker butuh waktu dua tahun, maka orangtua perlu sabar dan tekun, serta menyiapkan anaknya menjalani kemoterapi lanjutan,” kata Ira.