Strategi penanganan pandemi Indonesia pada ujungnya ialah perubahan perilaku. Maka, perilaku dengan menerapkan protokol kesehatan harus digaungkan terus-menerus.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan kasus Covid-19 harus disikapi hati-hati seiring beredarnya varian baru yang terbukti meningkatkan kasus di negara lain. Masyarakat diminta tetap menjalani protokol kesehatan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M Budi Hidayat dalam diskusi daring, Minggu (18/4/2021), mengatakan, strategi penanganan pandemi Indonesia pada ujungnya perubahan perilaku. ”Perilaku dengan menerapkan protokol kesehatan harus digaungkan terus-menerus,” katanya.
Menurut Budi, ada kecenderungan penurunan kasus terkonfirmasi ataupun kasus aktif. ”Positivity rate juga turun jadi 10,28 persen,” ujarnya.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan, kasus di Indonesia bertambah 5.041 orang pada Minggu sehingga total 1.599.763 kasus. Korban meninggal bertambah 132 orang sehingga menjadi 43.328 orang.
Penambahan kasus didapat dari pemeriksaan 44.955 orang, sebanyak 24.281 di antaranya dengan analisis polimerase rantai ganda (PCR). Dari jumlah yang dites PCR, 9.953 orang, 34 persen, di Jakarta.
Budi mengatakan, pemeriksaan Covid-19 belum merata. ”Perlu bantuan dari pemerintah daerah. Harus ada PCR di tiap daerah,” katanya.
Selain itu, hal yang menjadi perhatian ialah peningkatan surveilans genomik dan penguatan karantina di pintu masuk negara untuk mencegah penyebaran varian baru SARS-CoV-2. ”Peningkatan kasus di luar negeri, seperti di India, terbukti dari penyebaran varian baru. Varian baru sudah ada di Palembang, Medan, dan Kalimantan,” ujarnya.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, kasus Covid-19 dan kematiannya secara global cenderung kembali naik. India dan Brasil menyumbang penambahan kasus dan kematian tertinggi, selain Amerika Serikat. ”Kasus global meningkat, sementara Indonesia cenderung turun,” kata Kepala Badan Litbangkes 2011-2014 Trihono.
Cakupan vaksinasi
Menurut Trihono, vaksinasi yang telah diberikan kemungkinan berdampak terhadap penurunan kasus di Indonesia. ”Data PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) menunjukkan, setelah vaksinasi ada penurunan kasus perawat yang positif,” ucapnya.
Trihono mengatakan, Indonesia termasuk bergerak cukup cepat terkait vaksinasi. Namun, ada kecenderungan vaksin bagi warga lanjut usia agak menurun. Data Kemenkes menunjukkan, hingga 15 April, dari 21.553.118 warga lansia yang harus divaksinasi, baru 2.156.001 orang, 10 persen, yang sudah mendapat suntikan pertama. Mereka yang mendapat suntikan kedua baru 845.203 orang atau 3,92 persen.
Untuk petugas publik, dari 17.327.169 orang yang harus divaksinasi, sebanyak 6.983.562 orang, 40,3 persen, mendapatkan suntikan pertama. Mereka yang mendapatkan suntikan kedua 3.550.348 orang atau 20,4 persen.
Adapun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tak menghabiskan energi untuk membahas dan memperdebatkan vaksin Nusantara. ”Biarlah perdebatan terjadi di kalangan ilmuwan, bukan perdebatan di media sosial atau secara politik,” ungkapnya.
Menurut Menkes, penentuan vaksin bisa digunakan atau tidak berada di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM memberikan laporan langsung kepada Presiden, bukan kepada Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, bahan baku vaksin Covid-19 dari perusahaan asal China, Sinovac, kembali tiba di Jakarta, Minggu. Indonesia menerima 6 juta dosis bahan baku vaksin. Dengan demikian, RI sudah menerima 59,5 juta bulk vaksin. Jumlah ini diproduksi menjadi 46 juta-47 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, 22 juta dosis vaksin sudah diterima Kemenkes dan didistribusikan ke daerah.