Vaksin AstraZeneca Dipastikan Aman, Vaksinasi Dapat Dilanjutkan
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin AstraZeneca hingga kini masih tetap berlangsung dan tetap dijalankan serta tidak ditemukan adanya KIPI yang berat pascapenyuntikan
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi telah merekomendasikan penggunaan vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca dapat dilanjutkan dalam program vaksinasi nasional. Efek samping yang muncul dari penggunaan vaksin ini dinyatakan bersifat ringan, termasuk pada efek samping yang ditemukan pada sejumlah penerima vaksin di Sulawesi Utara.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan, kajian serta investigasi terhadapi laporan adanya KIPI pada penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca di Sulawesi Utara sudah dilakukan bersama dengan pihak terkait. Dari kajian tersebut diketahui, reaksi yang muncul tergolong ringan. Sebagian KIPI yang terjadi pun terkait dengan kecemasan dari adanya faktor biopsiko-sosial.
“Hampir semua laporan adanya KIPI sudah sembuh. Kami pun sudah merekomendasikan bahwa vaksin (AstraZeneca) ini bisa diteruskan dalam program imunisasi nasional, termasuk di Sulawesi Utara. Meski begitu, kajian yang lebih dalam akan tetap dilakukan secara berkala,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/3/2021).
Sebelumnya, dalam Kompas.id, Sabtu (27/3/2021), Dinas Kesehatan Sulawesi Utara menghentikan pemberian vaksin AstraZeneca kepada masyarakat akibat timbulnya kasus efek simpang pascaimunisasi, seperti demam, nyeri badan dan tilang, serta mual dan mutah. Keputusan ini diambil sebagai langkah kehati-hatian dari pemerintah daerah.
Hindra menuturkan, sekitar satu persen kasus dari seluruh laporan KIPI yang diterima oleh Komnas KIPI merupakan kejadian ringan seperti nyeri di tempat suntikan, gatal, kemerahan, serta reaksi lain seperti mual, muntah, menggigil, dan kesulitan bernapas. Selain itu, sekitar satu persen laporan juga menunjukkan adanya kejadian berat seperti syok anafilatik. Seluruh laporan tersebut sudah ditangani dengan baik dan sudah sembuh.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi menuturkan, vaksin AstraZeneca yang telah diterima oleh Indonesia didapatkan melalui kerjasama multilateral dengan Fasilitas Covax. Setidaknya sudah ada 1,1 juta dosis vaksin yang tiba. Vaksin tersebut kemudian didistribusikan ke tujuh provinsi, yakni Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Maluku, dan DKI Jakarta.
“Vaksin AstraZeneca ini paling banyak didistribusikan pada provinsi Jawa Timur dan provinsi Bali. Sampai saat ini proses pemberian vaksinasi dengan menggunakan vaksin AstraZeneca masih tetap berlangsung dan tetap dijalankan dan tidak ditemukan adanya KIPI yang berat pasca-penyuntikan,” ucapnya.
Vaksinasi harus dilanjutkan dan harus diberikan secepat mungkin untuk melindungi masyarakat kita, menyelamatkan nyawa, sekaligus untuk menjaga masyarakat kita agar tetap aman dan sehat. (Vinod Bura)
Ia mengimbau agar masyarakat tidak perlu ragu untuk divaksinasi. Menurutnya, pemerintah sudah memilih jenis vaksin yang aman dan efektif. Seluruh vaksin yang didatangkan pun sudah melewati serangkaian uji klinis dari berbagai lembaga terkait, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk vaksin AstraZeneca pun sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Warga lanjut usia menerima suntik vansin Astrazeneca melalui layanan tanpa turun (drive thru) di Universitas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/3/2021). Surabaya mulai memberikan vaksinasi dengan layanan tanpa turun atau lantatur untuk percepatan vaksinasi guna mewujudkan kekebalan kelompok atau herd immunity dalam penanganan pandemi Covid-19.“Vaksin ini lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risikonya.Tidak usah memilih-milih jenis vaksin karena pemerintah akan memprioritaskan jenis vaksin yang aman dan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh berdasarkan rekomendasi dari para ahli,” kata Nadia.
Pemerintah telah menargetkan vaksinasi Covid-19 bisa diberikan pada 181,5 juta penduduk di Indonesia dalam waktu satu tahun. Target tersebut harus dicapai agar kekebalan komunitas untuk melindungi dari penularan Covid-19 bisa terbentuk. Selain kerjasama multilateral dengan Fasilitas Covax, terdapat empat produsen vaksin yang sudah berkomitmen melalui kerjasama bilateral untuk menyediakan vaksin Covid-19 untuk Indonesia, yakni Sinovac, AstraZeneca, Novovax, dan Pfizer.
Dari laporan Kementerian Kesehatan per 30 Maret 2021, masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama berjumlah 7,7 juta orang dan masyarakat yang mendapatkan vaksin sampai dosis kedua sebanyak 3,5 juta orang. Saat ini, vaksinasi masih diprioritaskan untuk diberikan pada petugas kesehatan, lansia, dan petugas layanan publik.
Ketua ITAGI (Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional) Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, vaksin AstraZeneca bisa diberikan pada penduduk usia di atas 18 tahun, termasuk pada lansia. Vaksin ini dinilai memiliki keamanan yang baik serta tingkat imunogenisitas yang tinggi.
Penggunaannya pun diberikan dalam dua dosis dengan jarak interval sekitar 4-8 minggu antardosis. “Namun ITAGI menyarankan vaksin ini lebih baik diberikan dengan interval delapan minggu karena efek samping yang ditimbulkan lebih rendah dan tingkat imunogenisitasnya lebih baik,” katanya.
Medical Specialist dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, Vinod Bura menyampaikan, laporan efek samping yang dilaporkan sejumlah negara di Eropa telah dipastikan tidak terkait langsung dengan penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin ini memiliki manfaat yang lebih besar dari risikonya.
Diharapkan vaksin ini juga dapat membantu masyarakat untuk mengurangi risiko penularan Covid-19. Meski begitu, pematauan tetap harus dilakukan secara cermat dari adanya kejadian ikutan pasca imunisasi.
“Vaksinasi harus dilanjutkan dan harus diberikan secepat mungkin untuk melindungi masyarakat kita, menyelamatkan nyawa, sekaligus untuk menjaga masyarakat kita agar tetap aman dan sehat,” ucapnya.