Belum Ada Kejadian Ikutan Pascaimunisasi Vaksin AstraZeneca di Jawa Timur
Belum ada laporan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) pada penyuntikan vaksin AstraZeneca di Jawa Timur. Dinas Kesehatan setempat masih menyatakan vaksin ini aman untuk diberikan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Belum ada laporan kejadian ikutan pascaimunisasi atau KIPI pada penyuntikan vaksin Astrazeneca di Jawa Timur. Dengan begitu, Dinas Kesehatan setempat masih menyatakan vaksin ini aman untuk diberikan.
”Sejauh ini belum ada laporan signifikan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) dari vaksinasi AstraZeneca,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana saat dihubungi di Surabaya, Selasa (30/3/2021).
Vaksin AstraZeneca telah diberikan kepada sasaran di Jatim sejak Senin (22/3/2021) yang dimulai dari kalangan kiai Nahdlatul Ulama. Sekitar 450.000 dosis vaksin AstraZeneca telah diterima oleh Jatim dan kiriman lainnya segera diterima. Jatim telah menerima setidaknya 2,5 juta dosis vaksin Sinovac yang telah didistribusikan dan sedang diberikan kepada seluruh sasaran imunisasi.
Menurut Herlin, ada perbedaan antara vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Jeda pemberian Sinovac adalah dua pekan untuk sasaran berusia di bawah 59 tahun. Adapun usia di atas 59 tahun, jedanya 28 hari atau empat pekan. Untuk AstraZeneca, jeda pemberiannya 8-12 pekan untuk semua kelompok usia sasaran.
”Jika dosis pertama menerima vaksin Sinovac, maka dosis kedua tidak bisa dengan merek lain,” kata Herlin. Setiap sasaran mendapat dua kali dosis suntikan dan harus dengan merek yang sama untuk mendapatkan kekebalan tubuh sempurna.
Suntikan pertama, baik dengan Sinovac maupun AstraZeneca, mendorong peningkatan imun tubuh 15 persen terhadap virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Suntikan kedua meningkatkan kekebalan tubuh sampai dengan 85 persen. Di sinilah sasaran, yakni publik, untuk tidak melupakan dosis kedua yang lebih penting dan vital.
Di Indonesia termasuk Jatim, vaksinasi telah dimulai pada pertengahan Januari 2021 yang relatif bersamaan dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Vaksinasi tahap pertama telah dituntaskan dengan sasaran tenaga kesehatan dan pejabat teras. Tahap kedua, sasarannya aparatur pelayanan publik di pemerintah, Polri, TNI, legislatif, lembaga negara, warga lanjut usia, tenaga pendidikan, tokoh agama, dan kelompok profesi rentan, seperti jurnalis dan pedagang.
Jeda pemberian Sinovac adalah dua pekan untuk sasaran berusia di bawah 59 tahun. Adapun usia di atas 59 tahun, jedanya 28 hari atau empat pekan.
Herlin mengklaim, sejauh ini belum ada laporan KIPI yang signifikan terjadi setelah pemberian vaksin AstraZeneca. ”Belum ada yang signifikan apalagi fatal sehingga vaksin ini aman,” katanya.
Hingga saat ini, Jatim menjadi provinsi yang terdepan dalam vaksinasi. Sejauh ini 1,4 juta warga Jatim telah mendapatkan vaksin, baik vaksin Sinovac maupun AstraZeneca.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, percepatan vaksinasi untuk sasaran akan terus diupayakan. Berbagai layanan vaksinasi ditempuh, antara lain, keserentakan, layanan tanpa turun atau drive thru, dan sentra vaksin bersama.
Surabaya sebagai episentrum pandemi Covid-19 di Jatim mendapat prioritas dalam distribusi dan suntik vaksin. Sejauh ini hampir 250.000 jiwa warga Surabaya menerima vaksinasi sehingga sementara ini tertinggi di antara kabupaten/kota se-Indonesia.
”Dari pantauan kami, belum ada KIPI yang signifikan setelah vaksinasi AstraZeneca,” ujar Febria.