Penggunaan alat tes Covid-19 mesti memenuhi standar yang berlaku. Hal itu bertujuan untuk menjamin akurasi alat deteksi penyakit tersebut.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Alat deteksi Covid-19 Gadjah Mada Electronic Nose atau GeNose C19 memasuki tahap uji diagnostik postmarketing atau beredar di masyarakat. Alat deteksi melalui embusan napas ini akan digunakan di sejumlah stasiun bagi calon penumpang kereta jarak jauh. Untuk memastikan akurasinya, alat deteksi tersebut mesti memenuhi standar.
Anggota Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia, Anis Karuniawati, Rabu (3/2/2021), di Jakarta mengingatkan, penggunaan alat deteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, harus memperhatikan standar yang berlaku.
Tes dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) menjadi standar utama diagnosis Covid-19. Untuk penapisan, tes usap dengan antigen direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ”Kalau alat lain, seperti GeNose, perlu studi lebih luas,” katanya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, kemarin, mengatakan, ”Kita akan membuka layanan tes GeNose mulai 5 Februari di dua stasiun, yakni Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan Stasiun Tugu, Yogyakarta. Ini berjalan bertahap sampai digunakan di 44 stasiun.”
Selain di dua stasiun tersebut, sejumlah stasiun di kota lain akan mulai membuka layanan uji diagnostik GeNose, antara lain stasiun di Surabaya, Semarang, Bandung, Solo, dan Cirebon. Pemilihan kota ini didasarkan pada kepadatan penumpang kereta jarak jauh.
Dengan demikian, hasil uji GeNose menjadi salah satu opsi persyaratan penumpang kereta jarak jauh selain swab (usap) antigen dan swab PCR. Hasil uji ini berlaku 3 x 24 jam sebelum jam keberangkatan kereta.
Kita akan membuka layanan tes GeNose mulai 5 Februari di dua stasiun, yakni Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan Stasiun Tugu, Yogyakarta. Ini berjalan bertahap sampai digunakan di 44 stasiun.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menambahkan, penggunaan tes GeNose diharapkan mendukung kelancaran perjalanan dan menjaga keselamatan penumpang kereta dari risiko Covid-19. Alat ini sudah melalui beberapa pengujian dan mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Dari hasil pengujian, tingkat akurasi GeNose diklaim 93-95 persen dengan sensitivitas 89-92 persen dan spesivitas 95-96 persen. Secara teknis, alat ini dirancang mendeteksi Covid-19 melalui pola napas. Sampel yang diuji adalah hasil metabolisme virus atau VOC (volatile organic compound) yang terkandung di embusan napas.
Menurut Bambang, GeNose hasil karya peneliti domestik lebih nyaman dipakai, harga tes relatif murah, dan hasil tes bisa didapat sekitar 3 menit setelah sampel dikeluarkan.
Berdasarkan ketentuan PT Kereta Api Indonesia, hasil tes GeNose bisa jadi syarat keberangkatan penumpang dengan harga Rp 20.000 per orang. Calon penumpang diharuskan tak makan dan tak minum 30 menit sebelum menjalani tes.
Sementara itu, sejumlah daerah menggelar vaksinasi Covid-19 massal. Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pemerintah membuka layanan vaksinasi di Stadion Gelora Delta. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman, layanan vaksinasi di Gelora Delta Sidoarjo bagi tenaga kesehatan yang praktik mandiri.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melaksanakan vaksinasi masif serentak di 27 kabupaten/kota. Di Gedung Sabuga, Bandung, ribuan SDM kesehatan dijadwalkan menjalani vaksinasi pada 3-4 Februari dan 17-18 Februari 2021.
Pembatasan kegiatan
Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas, Rabu (3/2/2021), di Jakarta meminta penanganan Covid-19 agar lebih efektif. Untuk itu, pendekatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro atau tingkat lokal, dari desa hingga RT/RW, diterapkan.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto menjelaskan, pendekatan berbasis mikro akan melibatkan satuan tugas penanganan Covid-19 tingkat pusat dan tingkat terkecil, yakni RT/RW. Selain itu, penegakan hukum juga perlu dilakukan.
Sepanjang PPKM skala mikro, pemerintah akan memperhatikan kebutuhan masyarakat melalui operasi mikro yang dipusatkan di 98 daerah lokasi PPKM yang terus dievaluasi. Setelah PPKM tahap pertama 11-25 Januari 2021, PPKM diperpanjang mulai 26 Januari sampai 8 Februari.
Sejauh ini tren kasus dan kematian terkait pandemi Covid-19 menurun. Namun, Indonesia mengalami anomali dengan jumlah kasus dan kematian terus meningkat. Sesuai data WHO, penambahan kasus di Indonesia sepekan terakhir berada di peringkat ke-7 tertinggi di dunia. Di Asia, Indonesia menjadi negara dengan penambahan kasus dan kematian terbanyak.
Menurut Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus Covid-19 di Indonesia, Rabu (3/2/2021), bertambah 11.984 kasus baru sehingga secara akumulatif sebanyak 1.111.671 kasus. Jumlah kasus aktif 175.236 orang atau tertinggi di Asia. Korban jiwa bertambah 189 orang sehingga total menjadi 30.770 orang.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan, menurut pemodelan timnya pada Oktober 2020, puncak gelombang Covid-19 di Indonesia akan terjadi Maret 2021 dengan penambahan 40.000 kasus per hari. Penambahan harian bisa 60.000 kasus jika pembatasan gagal.