Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech Masih Bekerja Melawan Mutasi dari Inggris
Menurut studi yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan BioNTech masih bisa melawan virus SARS-CoV-2 yang bermutasi di Inggris dan telah menyebar ke sejumlah negara.
Oleh
Ahmad Artif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan BioNTech kemungkinan masih bekerja melawan mutasi kunci dalam varian baru yang sangat menular dari virus korona yang ditemukan di Inggris. Meski demikian, untuk melawan mutasi dari Afrika Selatan, sejauh ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut.
Studi yang belum ditinjau sejawat oleh Pfizer dan ilmuwan dari University of Texas Medical Branch serta diunggah di bioRxiv ini menunjukkan bahwa vaksin itu efektif dalam menetralkan virus dengan apa yang disebut mutasi protein paku (spike protein) N501Y. Sejauh ini, studi belum mendapatkan peninjauan dari sejawat.
”Mutasi tersebut dapat bertanggung jawab atas penularan yang lebih besar dan ada kekhawatiran bahwa hal itu juga dapat membuat virus lolos dari netralisasi antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin,” kata Phil Dormitzer, salah satu ilmuwan vaksin dari Pfizer, seperti ditulis Reuters, Jumat (8/1/2021).
Penelitian ini dilakukan pada darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin. Dormitzer mengatakan hal itu menggembirakan bahwa vaksin tersebut tampak efektif melawan mutasi dan 15 mutasi lain yang sebelumnya telah diuji oleh perusahaan.
”Jadi, kami sekarang telah menguji 16 mutasi yang berbeda dan tidak satu pun dari mereka memiliki pengaruh yang signifikan. Itu kabar baiknya,” katanya. ”Itu tidak berarti bahwa yang ke-17 tidak.”
Varian baru SARS-CoV-2 dari mutasi di Inggris dinilai turut memicu gelombang baru ledakan wabah di sejumlah negara. Saat ini, varian tersebut telah ditemukan di 40 negara lain. Selain mutasi dari Inggris ini, juga ditemukan varian baru dari mutasi di Afrika Selatan.
Mutasi E484K
Simon Clarke, profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, mengatakan, minggu ini, meskipun kedua varian, yaitu mutasi di Inggris dan Afrika Selatan, memiliki beberapa fitur baru yang sama, yang ditemukan di Afrika Selatan ”memiliki sejumlah mutasi tambahan” yang mencakup perubahan yang lebih luas pada protein paku.
Mutasi lain yang ditemukan pada varian Afrika Selatan, yang disebut mutasi E484K, perlu dikaji lebih lanjut mengenai pengaruhnya terhadap efektivitas vaksin. Para peneliti berencana menjalankan tes serupa untuk melihat apakah vaksin tersebut efektif melawan mutasi lain yang ditemukan di varian Inggris dan Afrika Selatan serta berharap mendapatkan lebih banyak data dalam beberapa minggu ke depan.
Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto, mengatakan, mutasi E484K ini membuat protein paku sedikit berubah bentuk. Ini bisa menyebabkan antibodi tidak lagi mengenali protein paku virusnya.
Sebelumnya, kajian terpisah oleh tim peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle menemukan bahwa mutasi E484K yang ditemukan secara terpisah di Afrika Selatan dan Brasil berisiko menurunkan efektivitas vaksin.
Studi mereka, yang dirilis pada Selasa (5/1/2021) di laman biorxiv.org, belum ditinjau oleh rekan sejawat, menemukan bahwa varian baru SARS-CoV-2 yang muncul di Afrika Selatan dan Brasil yang membawa mutasi E484K akan mengurangi kemampuan terhadap netralisasi oleh antibodi serum dari beberapa individu. Penurunan kemampuan netralisasi antibodi ini bisa mencapai lebih dari 10 kali lipat.
Selain ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil, mutasi E484 juga telah ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, serta Singapura.