Studi menunjukkan kegiatan melancong bisa 7 persen lebih meningkatkan kebahagiaan. Ini mungkin yang menyebabkan sulitnya membatasi mobilitas warga untuk berlibur selama ada kesempatan liburan panjang di masa pandemi.
Oleh
Ichwan Susanto
·3 menit baca
Imbauan dan pembatasan yang dilakukan pemerintah di masa pandemi Covid-19 untuk menekan mobilitas masyarakat saat liburan panjang tampak diabaikan sejumlah orang. Mereka tetap berlibur meski pengalaman menunjukkan liburan terbukti meningkatkan jumlah kasus positif dan kekritisan wabah secara signifikan.
Sejumlah tempat wisata tetap menjadi sasaran para pemudik ataupun pelancong. Yang disayangkan tentunya apabila wisata itu dilakukan dengan mengabaikan protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker dan berkerumun.
Hasil riset terbaru yang akan dipaparkan berikut ini mungkin menjelaskan kenapa sulit membendung animo masyarakat berwisata. Dalam jurnal Tourism Analysis, ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelancong yang sering bepergian lebih bahagia dengan hidup mereka daripada orang yang tidak bepergian sama sekali.
Chun-Chu (Bamboo) Chen, asisten profesor di School of Hospitality Business Management di Washington State University, Amerika Serikat, melakukan survei untuk mencari tahu mengapa beberapa individu lebih sering bepergian daripada yang lain dan apakah pengalaman perjalanan dan pariwisata memiliki efek yang berkepanjangan pada kebahagiaan dan kesehatan.
Hasil analisisnya menunjukkan bahwa individu yang lebih memperhatikan informasi terkait pariwisata dan sering mendiskusikan rencana perjalanan mereka dengan teman lebih cenderung pergi berlibur secara teratur daripada mereka yang tidak terus-menerus memikirkan perjalanan berikutnya.
Selain itu, peserta dalam survei yang melaporkan secara teratur bepergian setidaknya lebih dari 120 kilometer atau 75 mil jauhnya dari rumah menyatakan sekitar 7 persen lebih bahagia ketika ditanya tentang kesejahteraan mereka secara keseluruhan daripada mereka yang melaporkan sangat jarang bepergian atau tidak sama sekali.
”Hal-hal seperti pekerjaan, kehidupan keluarga, dan teman memainkan peran yang lebih besar dalam keseluruhan laporan kesejahteraan. Akumulasi pengalaman perjalanan tampaknya memiliki efek kecil, tetapi nyata pada kepuasan hidup yang dilaporkan sendiri,” kata Chen dalam Science Daily, 4 Januari 2021. Hasil penelitian ini, menurut dia, benar-benar menggambarkan pentingnya bisa keluar dari rutinitas keseharian dan mengalami hal-hal baru di luar rumah atau pekerjaan.
Penelitian sebelumnya telah meneliti manfaat pereda stres, kesehatan, dan kebugaran dari pengalaman wisata. Namun, penelitian tersebut cenderung meneliti efek dari satu perjalanan atau liburan. Penelitian Chen membawa studi sebelumnya satu langkah lebih jauh dengan melihat manfaat perjalanan yang berkelanjutan selama setahun.
Partisipan dalam penelitian ini ditanyai tentang pentingnya perjalanan dalam hidup mereka, berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk melihat dan merencanakan liburan di masa depan, dan berapa banyak perjalanan yang mereka lakukan selama setahun. Mereka juga ditanyai tentang kepuasan hidup yang mereka rasakan. Dari 500 peserta survei, lebih dari setengahnya melaporkan melakukan lebih dari empat perjalanan wisata dalam setahun. Hanya 7 persen responden yang tidak berlibur.
Ketika pembatasan perjalanan karena pandemi Covid-19 mulai berkurang di masa mendatang, penelitian tersebut dapat memiliki implikasi penting bagi wisatawan dan industri pariwisata. Berdasarkan hasil studi tersebut, Chen mengatakan, perusahaan travel, resor, bahkan maskapai penerbangan dapat meluncurkan kampanye media sosial, seperti membuat tagar tentang manfaat ilmiah dari liburan, hingga memicu minat masyarakat untuk membahas pendapat mereka tentang perjalanan.
”Penelitian ini menunjukkan, semakin banyak orang membicarakan dan merencanakan liburan semakin besar kemungkinan mereka membawanya,” katanya. Penelitian ini diharapkan menjadi motivasi tambahan untuk mulai merencanakan liburan, terutama di tempat baru.
Hanya saja tentunya, kita semua agar tetap bisa menahan diri untuk mengurangi mobilitas selama pandemi belum berakhir. Kesehatan dan keselamatan diri, keluarga, dan orang lain pun merupakan kebahagiaan yang penting.