Hasil Pemeriksaan Negatif Covid-19 Palsu Merugikan Masyarakat
Temuan kasus yang melatarbelakangi pelarangan masuknya tenaga kerja Indonesia ke Taiwan agar disikapi serius. Investigasi atas dugaan hasil tes palsu ataupun validasi pada laboratorium agar segera dilakukan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelarangan masuk tenaga kerja Indonesia ke Taiwan menyusul diragukannya kualitas pemeriksaan Covid-19 kita harus disikapi serius. Hal ini bisa merusak kepercayaan publik dalam negeri dan mempersulit posisi ekonomi Indonesia.
”Faktor negatif palsu dalam pemeriksaan Covid-19 di laboratorium cukup banyak. Kalau menurut saya, perlu ditelusuri balik, apakah hasil negatif palsu ini dari laboratorium tertentu atau di banyak laboratorium,” kata Ungke Anton Jaya, praktisi pemeriksaan Covid-19, di salah satu laboratorium di Jakarta, Jumat (18/12/2020).
Ungke mengatakan, sejak pekan lalu telah dilakukan uji kontrol kualitas untuk semua laboratorium pemeriksa Covid-19 di Jakarta. ”Ini dikoordinasi oleh Badan Litbang Kementerian Kesehatan dan didukung WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Jadi, akan kelihatan laboratorium mana yang kurang akurat,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Taiwan menangguhkan masuknya pekerja migran Indonesia ke negara itu tanpa batas waktu karena Indonesia dianggap tidak dapat meningkatkan keakuratan hasil tes Covid-19. Menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan Chen Shih-chung, seperti diwartakan focustaiwan.tw, Rabu (16/12/2020), alasan pelarangan masuknya warga negara Indonesia ke negara mereka karena penyebaran virus di Indonesia belum mereda. Masalah lainnya adalah kredibilitas hasil tes Covid-19 yang dikeluarkan di Indonesia, yang memburuk dari waktu ke waktu.
Menurut Chen, pada Oktober, 11 orang Indonesia dikonfirmasi dengan Covid-19 saat tiba di Taiwan, di mana dua di antaranya memiliki bukti hasil tes Covid-19 negatif yang dikeluarkan di Indonesia dalam waktu tiga hari setelah penerbangan mereka.
Pada November, 42 dari 81 orang yang sudah mengantongi hasil tes negatif di Indonesia ternyata saat dites di Taiwan positif Covid-19. 1-15 Desember, 32 dari 40 orang ditemukan positif atau 80 persen. ”Hasil tes ini semakin tidak akurat dari waktu ke waktu,” kata Chen. ”Kami tidak yakin apa masalahnya.”
Kasus serupa juga pernah dilaporkan kantor berita Jepang, NHK, pada 18 November 2020. Sebanyak 17 orang yang datang dari Indonesia dengan mengantongi hasil pemeriksaan negatif Covid-19 ternyata menunjukkan hasil positif saat diperiksa di Bandara Kansai.
Selain itu, 13 jemaah umrah dari Indonesia juga pernah dinyatakan positif Covid-19 setibanya di Arab Saudi pada awal November 2020. Hal ini membuat Pemerintah Arab Saudi kian ketat dalam memberlakukan pemeriksaan dan menunda penerbitan visa bagi jemaah umrah Indonesia.
Sesuai dengan Surat Edaran Gugus Tugas (sekarang Satuan Tugas) Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun 2020, salah satu syarat bagi yang hendak bepergian ke luar negeri dengan pesawat adalah menunjukkan surat keterangan uji reaksi rantai polimerase (PCR) dengan hasil negatif.
Ahli biologi molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, sebelumnya juga menduga adanya permainan di lapangan. Apakah benar ada negatif palsu atau ada faktor lain. ”Saya dapat informasi dari salah satu rekan yang melakukan perjalanan ke Jepang beberapa bulan lalu bahwa hasil tes PCR bisa ’dibeli’,” katanya.
Hana Krismawati, peneliti di Litbang Kesehatan Papua yang memeriksa spesimen Covid-19, mengatakan, dugaan pemalsuan hasil pemeriksaan bisa saja terjadi. Pihaknya pernah menemukan upaya itu dilakukan di daerah, dengan memalsukan hasil pemeriksaan laboratoriumnya oleh pelaku yang hendak melakukan perjalanan.
Namun, selain itu, menurut dia, negatif palsu dari laboratorium bisa juga terjadi, baik karena pemeriksaan maupun ketidakcocokan reagen yang dipakai. Oleh karena itu, dia setuju dilakukannya validasi terhadap laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Indonesia.