Risiko penularan Covid-19 meluas. Jumlah daerah zona merah dan oranye dengan risiko penularan tinggi dan sedang meningkat. Sementara daerah dengan risiko penularan rendah menurun dalam tiga pekan terakhir.
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampai dengan 8 September 2020, akumulasi penularan Covid-19 di Tanah Air tercatat mencapai 200.035 kasus. Sebanyak 48.847 kasus di antaranya merupakan kasus aktif. Salah satu catatan penting terkait dengan hal ini adalah bahwa risiko penularan makin meluas wilayahnya.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (8/9/2020), menyatakan, penambahan kasus positif terakhir adalah 3.046 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus sejak awal Maret hingga kini mencapai 200.035 kasus.
Penambahan kasus positif terakhir adalah 3.046 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus sejak awal Maret hingga kini mencapai 200.035 kasus.
Dari akumulasi tersebut, kasus aktif berjumlah 48.847 kasus atau 24,4 persen, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kasus aktif dunia 25,47 persen. Kasus meninggal sebanyak 8.230 kasus atau 4,1 persen, lebih tinggi ketimbang rata-rata dunia sebanyak 3,26 persen. Adapun kasus sembuh sebanyak 142.958 kasus atau 71,5 persen, lebih tinggi ketimbang rata-rata dunia sebanyak 71,26 persen.
Pemerintah, menurut Wiku, menargetkan persentase kasus aktif dan kasus meninggal terus menurun. Adapun kasus sembuh diharapkan terus meningkat.
Hal yang mesti menjadi perhatian semua pihak adalah naiknya penambahan kasus positif dalam seminggu terakhir dan meluasnya risiko penularan Covid-19. Berdasarkan data Satgas Covid-19, kasus positif dalam sepekan terakhir meningkat 18,6 persen dibandingkan dengan pekan lalu, yakni dari 18.625 kasus menjadi 22.097 kasus.
Pada saat yang sama, risiko penularan makin meluas. Berdasarkan peta zonasi risiko per 6 September yang diterbitkan Satgas Covid-19, makin banyak daerah yang risiko penularannya meningkat. ”Kondisinya tidak terlau menggembirakan,” kata Wiku.
Risiko penularan makin meluas. Berdasarkan peta zonasi risiko per 6 September yang diterbitkan Satgas Covid-19, makin banyak daerah yang risiko penularannya meningkat.
Untuk kabupaten dan kota dengan risiko tinggi alias zona merah, jumlahnya bertambah dari 65 daerah pada pekan lalu menjadi 70 daerah. Untuk daerah dengan risiko sedang atau zona oranye, jumlahnya juga bertambah dari 230 daerah pada pekan lalu menjadi 267 daerah.
Sementara daerah dengan risiko rendah atau zona kuning, jumlahnya turun dari 151 daerah menjadi 114 daerah. Tren serupa terjadi pada daerah yang tidak mencatatkan kasus baru, dari 42 daerah menjadi 38 daerah. Demikian pula dengan daerah yang tidak terdampak, jumlahnya turun dari 26 daerah jadi 25 daerah.
”Kalau kita lihat dari pergerakan minggu per minggu, selama tiga minggu terakhir terjadi peningkatan jumlah kabupaten dan kota yang masuk ke risiko tinggi. Pada periode yang sama, ada kenaikan jumlah daerah risiko sedang. Sementara risiko rendah dan tidak terdampak menurun. Ini perlu menjadi perhatian kita semuanya,” tutur Wiku.
Sementara itu, pemerintah sejauh ini telah mendapatkan komitmen pengadaan vaksin Covid-19 dari luar negeri untuk kebutuhan jangka pendek. Namun, jumlahnya masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah masih terus berusaha mencari komitmen lainnya.
Pemerintah agresif mencari komitmen pengadaan vaksin ke berbagai pihak di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pada jangka pendek.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir, dalam ”Kompas Collaboration Forum” (KCF), Jumat (4/9/2020), menyatakan, pemerintah agresif mencari komitmen pengadaan vaksin ke berbagai pihak di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pada jangka pendek.
Sejauh ini, pemerintah telah memperoleh komitmen dari Sinovac (perusahaan biofarmasi asal Tiongkok) dan G42 UAE (perusahaan teknologi di Abu Dhabi) sebanyak 330 juta ampul untuk 2020 dan 2021.
Jika satu orang membutuhkan dua ampul, komitmen tersebut baru bisa memenuhi kebutuhan 165 juta jiwa penduduk Indonesia. Sementara total penduduk Indonesia mencapai 268,58 juta jiwa. Artinya belum cukup.
Namun, Erick menekankan bahwa komitmen yang telah diperoleh itu tetap harus disyukuri karena kapasitas produksi vaksin dunia untuk 2020-2022 pun masih kurang. Kebutuhan dunia terhadap vaksin Covid-19 untuk 2-3 tahun ke depan, merujuk WHO, sekitar 16 miliar vaksin. Adapun kapasitas total dunia adalah 6 miliar vaksin.
Kebutuhan dunia terhadap vaksin Covid-19 untuk 2-3 tahun ke depan, merujuk WHO, sekitar 16 miliar vaksin. Adapun kapasitas total dunia adalah 6 miliar vaksin.
Untuk menutup kekurangan, Pemerintah Indonesia menjajaki AstraZeneca dengan mengirim surat yang menyatakan kebutuhan 100 juta ampul. Pada Kamis pekan lalu, Erick juga mengikuti rapat bersama Coalition for Epidemic Preparedness Inovations (CEPI). ”Mereka ingin Bio Farma terlibat dalam produksi vaksin dunia. Jadi, mudah-mudahan cukup untuk semua yang ada di Indonesia,” kata Erick.
Dengan situasi tersebut, Erick menekankan bahwa vaksin Merah Putih harus jalan terus agar Indonesia bisa mandiri sekaligus untuk memenuhi kebutuhan domestik jangka menengah-panjang. Apalagi, efektivitas vaksin Covid-19 berkisar 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Vaksin Merah Putih adalah proyek pengembangan vaksin kolaborasi sejumlah pihak di dalam negeri.
”Karena vaksin ini salah satu yang memberi keamanan untuk kita bergerak kembali. Ekonomi akan bisa bergerak kalau ada rasa aman,” kata Erick.
Terkait keuangan negara yang terbatas, pemerintah berencana menetapkan dua skema pengadaan vaksin Covid-19, yakni vaksin bantuan pemerintah untuk penduduk miskin dan vaksin mandiri untuk penduduk yang mampu beli.