Kasus Positif Tinggi, Anak-anak Paling Aman Berada di Rumah
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 23 Agustus 2020 menunjukkan, jumlah anak usia 0-18 tahun di Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 9,1 persen atau 15.000 anak dengan kematian 150 anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak termasuk dalam usia yang rentan dari penularan Covid-19. Selain rentan tertular, anak juga mudah menularkan penyakit yang disebabkan oleh virus korona jenis baru ini. Untuk itu, perlindungan maksimal harus diberikan, salah satunya dengan memastikan anak tetap aman berada di dalam rumah.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 23 Agustus 2020 menunjukkan, jumlah anak usia 0-18 tahun di Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 9,1 persen dari seluruh kasus yang dilaporkan atau sekitar 15.000 anak. Sementara itu, jumlah kasus kematian anak akibat Covid-19 mencapai 150 anak.
Namun, data yang dikumpulkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) jauh lebih tinggi dari data tersebut. Ada lebih dari 300 anak di Indonesia, termasuk bayi baru lahir, yang diyakini meninggal akibat Covid-19.
Jumlah kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, bahkan Asia. (Aman Bhakti Pulungan)
”Jumlah kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, bahkan Asia. Dengan belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir, angka kematian anak akibat penyakit ini bisa semakin tinggi, bahkan bisa tertinggi di dunia,” tutur Ketua Umum IDAI yang juga Presiden Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik (APPA) Aman Bhakti Pulungan saat dihubungi di Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Ia menambahkan, data dari IDAI menyebutkan, dari 45 anak yang meninggal akibat Covid-19, sebagian besar memiliki komorbid penyakit, seperti tuberkulosis, infeksi sistem saraf pusat, infeksi pada saluran cerna, malnutrisi akut, dan demam berdarah dengue. Hal ini semakin memperburuk kondisi karena jumlah anak dengan gangguan kesehatan cukup tinggi.
Risiko kematian yang tinggi juga bisa terjadi karena deteksi yang terlambat sehingga risiko perburukan menjadi semakin besar. Karena itu, Aman menuturkan, anak dengan gejala seperti demam dan diare sebaiknya langsung menjalani tes pemeriksaan terkait dengan Covid-19, terutama melalui tes usap reaksi rantai polimerase (PCR).
Pelacakan kasus (tracing) dan pemeriksaan kasus (testing) pada anak dinilai masih minim. ”Seharusnya, kalau ada orangtua atau setidaknya orang terdekat di lingkungan tempat tinggal anak ada yang tertular Covid-19, semua anak juga harus diperiksa. Dengan begitu, penanganan bisa cepat dilakukan,” kata Aman.
Selain risiko tertular, ia mengatakan, anak juga berpotensi tinggi menularkan Covid-19 pada orang lain. Dari studi yang diipublikasikan di The Journal of the American Medical Association (JAMA) Pediatrics pada 30 Juli 2020, anak di bawah usia lima tahun diketahui berisiko 10 sampai dengan 100 kali lebih besar terpapar materi genetik dari virus korona di saluran pernapasan atas (hidung) dibandingkan dengan usia yang lebih tua.
”Jadi, anak-anak juga berpotensi tinggi menularkan virus penyebab Covid-19. Hal ini harus menjadi perhatian karena tidak sedikit pula keluarga di Indonesia yang tinggal bersama-sama antara anak, dewasa, dan lansia (lanjut usia). Sementara usia lansia sangat rentan jika sampai tertular Covid-19,” ujar Aman.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDAI Yogi Prawira menambahkan, upaya pencegahan penularan Covid-19 harus semakin kuat dijalankan oleh masyarakat, terutama untuk melindungi risiko penularan pada anak. Tingginya jumlah penularan di tengah masyarakat saat ini diharapkan bisa semakin mendorong orangtua lebih waspada.
IDAI pun tetap tidak merekomendasikan anak untuk keluar dari rumah, termasuk untuk melakukan kegiatan tatap muka di sekolah. Apabila terpaksa keluar rumah karena keadaan mendesak seperti untuk imunisasi dan perawatan rutin, protokol kesehatan harus dilakukan secara ketat.
”Ingat selalu untuk melakukan 3M dan menghindari 3K. Artinya, anak tetap menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak. Selain itu, juga menghindari kerumunan, kamar atau ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang minim, serta menghindari kontak erat,” kata Yogi.
Namun, ia mengatakan, untuk anak yang berusia di bawah dua tahun dianjurkan tidak menggunakan masker. Penggunaan masker yang terlalu lama bisa menyebabkan anak sulit bernapas. Oleh karena itu, perlindungan dengan menggunakan masker bisa digantikan dengan menggunakan pelindung wajah (face shield) atau menggunakan kereta dorong yang dilengkapi dengan penutup.
”Setiap orangtua perlu paham bahwa penggunaan masker, face shield, dan alat pelindung diri lainnya tidak serta-merta dapat mencegah penularan Covid-19. Perlindungan terbaik saat ini adalah mencegah paparan infeksi dengan tetap berada di rumah,” ucap Yogi.