Gerak Cepat Atasi Keterbatasan Pemeriksaan Kasus Terkendala
Jumlah pemeriksaan kasus Covid-19 hingga pandemi berjalan hampir enam bulan ini belum merata dan memenuhi standar di sejumlah wilayah. Ini mempersulit penanganan terutama dalam pengendalian wabah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pemeriksaan kasus terkait Covid-19 tidak merata di seluruh wilayah. Akibatnya, penanganan yang dilakukan pun tidak optimal dan tidak tepat sasaran. Berbagai tantangan harus segera diatasi untuk mencegah penularan Covid-19 yang semakin meluas.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Mornardo dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Kamis (27/8/2020), mengatakan, jumlah laboratorium dan jumlah mesin pemeriksaan dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) dinilai sudah mencukupi untuk mencapai target pemeriksaan 30.000 tes per hari. Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi, salah satunya kapasitas sumber daya manusia yang terbatas.
”Baru ada empat provinsi yang standar pemeriksaan swab PCR-nya di atas standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Yang pertama adalah Sumatera Barat, kemudian DKI Jakarta, DIY (Yogyakarta), dan Kalimantan Selatan,” tuturnya.
Doni mengatakan, berbagai strategi untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan perlu diupayakan terutama di daerah dengan jumlah pemeriksaan yang minim. Menurut dia, cara yang dilakukan di Sumatera Barat melalui pemberdayaan sukarelawan dari mahasiswa bisa diikuti.
Dengan cara tersebut, laboratorium di Sumatera Barat bisa bekerja dalam waktu 24 jam dengan sistem pergantian jam yang optimal. Karena itu, satuan tugas sedang mendorong daerah lain untuk bisa melakukan cara yang sama, terutama di Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan daerah lain dengan angka penularan yang cukup tinggi.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah akumulatif spesimen yang diperiksa di tiap provinsi per 27 Agustus 2020 dengan perbandingan 1 juta penduduk per minggu paling banyak ditemukan di DKI Jakarta (2.415 spesimen per 1 juta penduduk per minggu), Sumatera Barat (2.226 spesimen), Kalimantan Timur (1.446 spesimen), Kalimantan Selatan (1.216 spesimen), dan DI Yogyakarta (955 spesimen).
Sementara itu, sejumlah daerah justru menunjukkan jumlah pemeriksaan spesimen yang sangat minim. Dari data yang sama, Provinsi Bengkulu hanya mencatat 7 spesimen yang diperiksa per 1 juta penduduk per minggu. Daerah lainnya seperti Nusa Tenggara Timur (14 spesimen), Sulawesi Tengah (24 spesimen), dan Kalimantan Barat (30 spesimen).
WHO menetapkan standar pemeriksaan yang harus dicapai adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu, bukan 1.000 spesimen per 1 juta penduduk per minggu. Dalam pemeriksaan terkait Covid-19, satu orang bisa lebih dari satu spesimen yang diambil untuk diperiksa.
Kendala koordinasi
Secara terpisah, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vivi Setiawaty menuturkan, selain kapasitas sumber daya manusia yang terbatas, tantangan lain yang dihadapi dalam peningkatan jumlah pemeriksaan di Indonesia adalah koordinasi antarotoritas penanggung jawab laboratorium.
Dari 322 laboratorium yang ditunjuk menjadi laboratorium pemeriksaan spesimen Covid-19, masing-masing di bawah tanggung jawab pihak yang berbeda, antara lain laboratorium milik Kementerian Kesehatan, laboratorium Kementerian Pertanian, laboratorium perguruan tinggi, dan laboratorium swasta.
Tantangan lainnya adalah masih ada sistem pelaporan hasil pemeriksaan yang tertunda sehingga penanganan kasus juga bisa terlambat. Selain itu, pengadaan reagen serta kebutuhan sarana dan prasana lainnya juga terbatas di beberapa wilayah.
”Peningkatan kapasitas laboratorium terus kita dorong. Caranya melalui pelatihan secara rutin melalui daring serta mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk sistem pelaporan hasil pemeriksaan,” ucap Vivi.
Adapun jumlah kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 yang dilaporkan pada 27 Agustus 2020 bertambah sebanyak 2.719 kasus sehingga total kasus di Indonesia menjadi 162.884 orang. Sementara jumlah kasus yang diperiksa dalam 24 jam bertambah sebanyak 21.018 orang. Total kasus sembuh yang tercatat sebanyak 118.575 kasus dan 7.064 kasus kematian akibat Covid-19.