Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian akibat Covid-19 hingga 48 Persen
Obesitas dapat meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19 hingga 48 persen. Para peneliti cemas bahwa obesitas berdampak pada kurangnya efikasi vaksin Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat, menemukan obesitas meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19 hingga 48 persen. Obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada efikasi vaksin Covid-19 yang tidak optimal.
Penelitian tersebut diterbitkan pada Rabu (26/8/2020). Para peneliti melakukan meta-analisis terhadap 75 studi di beerapa negara yang dilakukan pada Januari-Juni 2020. Peneltian melibatkan 400.000 pasien Covid-19.
Hasilnya, orang yang menderita obesitas tidak hanya lebih rentan terhadap kematian karena Covid-19. Obesitas meningkatkan kerentanan terinfeksi Covid-19 sebesar 46 persen, risiko dirawat di rumah sakit 113 persen, dan risiko dirawat intensif 74 persen.
Obesitas selama ini ditengarai menyebabkan beragam penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, hati, ginjal, diabetes, dan hipertensi. Profesor nutrisi di Gillings School of Global Public Health mengatakan, obesitas juga menyebabkan perubahan metabolisme tubuh, antara lain peradangan dan resistensi insulin.
”Faktor-faktor ini memengaruhi metabolisme sel imun yang menentukan respons tubuh terhadap patogen, seperti SARS-C0V-2 (virus korona baru). Orang dengan obesitas lebih berpotensi mengalami beragam penyakit sehingga semakin sulit melawan penyakit ini (Covid-19),” kata Beck yang juga penulis penelitian tersebut kepada Sciencedaily.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan orang dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30 sebagai obesitas II. Orang obesitas I memiliki BMI 25 sampai 29,9, sedangkan orang kelebihan berat badan dengan risiko memiliki BMI 23 sampai 24,9. BMI diukur dengan membagi berat badan (kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (meter).
Obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada efikasi vaksin Covid-19. Pada penelitian yang dilakukan Beck sebelumnya, vaksin influenza kurang efektif pada orang dewasa dengan obesitas. Hal yang sama bisa terjadi jika vaksin Covid-19 sudah ditemukan.
”Kami tidak mengatakan bahwa vaksin tidak efektif pada populasi dengan obesitas. Ini menunjukkan bahwa obesitas perlu dipertimbangkan sebagai faktor pengubah (modifying factor) untuk uji coba vaksin,” kata Beck.
Dokter spesialis gizi di MRCCC Hospitals Siloam, Samuel Oetoro, mengatakan, obesitas merupakan kondisi ketika seseorang memiliki sel lemak yang berlebihan dalam tubuh. Kondisi ini berbahaya karena sel lemak yang membesar akan melepas zat mediator inflamasi. Zat inilah yang akan merusak organ-organ tubuh dan pembuluh darah.
Di sisi lain, Covid-19 menyebabkan badai sitokin yang mematikan, yakni reaksi imun berlebihan yang memicu peradangan dan kerusakan sistem pernapasan. Ini menyebabkan pasien Covid-19 dengan obesitas menghadapi beban ganda. Ia harus melawan penyakit yang diakibatkan obesitas sekaligus badai sitokin.
”Itulah sebabnya, banyak pasien Covid-19 dengan obesitas tidak tertolong. Kondisi mereka turun karena menghadapi penyakit ganda,” kata Samuel saat dihubungi, Kamis (27/8/2020).
Tantangan di rumah
Penulis utama penelitian, Barry Popkin, mengatakan, pembatasan sosial dan aturan tinggal di rumah berdampak pada kesehatan publik. Masyarakat jadi jarang beraktivitas fisik. Adapun akses ke makanan sehat terbatas. Publik memilih makanan murah karena kondisi ekonomi buruk saat pandemi.
”Kita yang tinggal di rumah tidak pergi berbelanja sesering sebelum pandemi. Artinya, permintaan akan makanan olahan dan minuman manis jadi tinggi. Itu karena makanan dan minuman itu lebih murah dan tahan lama,” kata Popkin.
Samuel menyarankan agar pola hidup sehat diberlakukan. Pola hidup ini mencakup makan makanan sehat, istirahat cukup, menjaga lingkungan yang sehat, mengendalikan stres, dan olahraga teratur.
Orang dalam kondisi normal disarankan berolahraga 150 menit per minggu. Sementara orang dengan kegemukan dan obesitas disarankan berolahraga secara bertahap atau dimulai dari olahraga ringan. Olahraga yang disarankan untuk orang obesitas, antara lain, berenang dan bersepeda statis.
Dokter spesialis gizi, Titi Sekarindah, mengatakan, orang dengan obesitas dan kegemukan bisa melakukan diet sehat. Asupan kalori yang disarankan ialah 1.200 hingga 1.500 kalori per hari.
Makanan yang disarankan ialah karbohidrat kompleks (misalnya gandum, beras merah), banyak sayuran, protein yang tidak digoreng, serta makanan selingan berupa buah (maksimal 3 porsi sehari).
”Orang bisa memulai diet dengan mengurangi asupan karbohidrat hariannya hingga 50 persen. Perbanyak makan sayur karena baik untuk kesehatan. Hindari gorengan dan makanan atau minuman manis. Gorengan dan makanan manis ialah penyebab kegemukan,” kata Titi.
Ia juga menyarankan agar orang-orang membuat jurnal kegiatan harian. Jurnal itu berisi catatan makanan dan minuman yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Jurnal ini berguna untuk memantau kesehatan dan kebugaran tubuh.