Jika Sudah Tersedia, Vaksinasi Covid-19 Perlu Dilakukan Dua Kali
Pasien Covid-19 yang telah sembuh masih mungkin terinfeksi ulang di masa depan. Sebab, antibodi Covid-19 dalam tubuh hanya bertahan 2-3 bulan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menurut sejumlah studi, antibodi yang terbentuk pada sistem imunitas pasien Covid-19 bersifat sementara. Orang yang sembuh dari Covid-19 masih berpotensi terinfeksi lagi di masa depan. Nantinya, apabila sudah tersedia, vaksin Covid-19 perlu diberikan dua kali.
Hal itu disampaikan pihak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Minggu (16/8/2020) waktu setempat. Pernyataan ini merupakan klarifikasi atas panduan karantina yang dirilis CDC pada awal Agustus 2020.
Pada panduan itu, orang yang sembuh dari Covid-19 tidak diharuskan melakukan tes atau karantina hingga tiga bulan. Ini berlaku apabila orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit. Setelahnya, CDC menekankan bahwa ini tidak berarti penyintas Covid-19 kebal terhadap infeksi ulang di masa mendatang.
Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem imunitas terhadap Covid-19. Sejumlah laporan menyatakan bahwa pasien Covid-19 akan membentuk antibodi seusai terinfeksi. Namun, antibodi hanya bertahan tiga bulan.
Penelitian tentang antibodi Covid-19 ini dipublikasikan King’s College London, Inggris, pada Juli 2020. Penelitian melibatkan lebih dari 90 pasien dan tenaga kesehatan di dua rumah sakit, yaitu Guy’s Hospital dan St Thomas’s Hospital, London.
Hasil tes darah menemukan 60 persen partisipan mampu membangun jumlah antibodi yang cukup untuk melawan virus korona baru. Sementara itu, hanya ada 17 persen partisipan yang jumlah antibodinya tetap setelah tiga bulan.
Jika vaksin kedua dilakukan lebih dari sebulan sejak vaksin pertama, jumlah antibodi yang sudah terbentuk akan turun signifikan. Ini memengaruhi daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
”Orang-orang menghasilkan antibodi yang memadai untuk merespons virus, tetapi antibodi itu akan menurun dalam jangka waktu yang pendek,” kata ketua studi di King’s College London, Katie Doores kepada TheGuardian.
Adapun penelitian dari Chongqing Medical University, China, menemukan antibodi Covid-19 bertahan di tubuh selama 2-3 bulan setelah infeksi terjadi. Hal ini utamanya berlaku pada pasien Covid-19 yang tidak bergejala. Penelitian ini terbit di jurnal Nature Medicine pada Juni 2020 (Kompas, 20/6/2020).
Waktu antibodi Covid-19 bertahan dalam tubuh lebih singkat dibandingkan dengan antibodi terhadap virus korona lain. Menurut sejumlah kajian, antibodi virus korona penyebab SARS dan MERS bisa bertahan sekitar satu tahun.
Vaksin dua kali
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan, injeksi vaksin Covid-19 perlu dilakukan dua kali. Jeda waktu vaksinasi pertama dan kedua maksimal satu bulan.
Vaksinasi dua kali diperlukan karena antibodi Covid-19 hidup dalam jangka waktu pendek. Ini sama halnya dengan vaksinasi influenza. Antibodi influenza pun bertahan dalam waktu singkat, yakni 1-3 tahun atau di bawah 1 tahun.
”Jika vaksin kedua dilakukan lebih dari sebulan sejak vaksin pertama, jumlah antibodi yang sudah terbentuk akan turun signifikan. Ini memengaruhi daya tahan tubuh terhadap Covid-19,” katanya saat dihubungi, Minggu (16/8/2020).
Hal yang sama dikatakan Ketua Satuan Tugas Pengendalian Covid-19 Ikatan Ahli Kesehatan Masyrakat Indonesia (IAKMI) Budi Haryanto. Vaksinasi harus dilakukan dua kali agar jumlah antibodi memadai untuk melawan virus korona baru.
”Virus akan memperbanyak dirinya dalam tubuh. Untuk itu, jumlah antibodi kita pun harus memadai untuk melawan virus. Jika antibodi kalah jumlah dan tidak mampu menanggulangi jumlah virus yang masuk dalam tubuh, kita bisa sakit. Kemungkinan terburuknya seseorang bisa meninggal,” kata Budi yang juga Guru Besar Epidemiologi Pencemaran Udara dan Surveilans Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (REUTERS/BBC/THE GUARDIAN)