Jumlah zona merah dan oranye di seluruh Indonesia bertambah. Demikian pula dengan tingkat penularan Covid-19. Data harian masyarakat yang terkonfirmasi positif terpapar Covid-19 masih tinggi.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah daerah dengan risiko tinggi penularan Covid-19 atau zona merah dan penularan sedang atau zona oranye meningkat di Indonesia. Kerumunan menjadi penyumbang terbesar bagi penambahan jumlah masyarakat yang terkonfirmasi positif terpapar virus korona baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam jumpa wartawan yang disiarkan langsung secara daring, Senin (27/7/2020), mengungkapkan, jumlah daerah zona merah atau daerah dengan risiko tinggi penularan Covid-19 naik dari 6,81 persen menjadi 10,31 persen. Zona merah ini sebelumnya hanya ada di 35 kabupaten/kota, tetapi kini menjadi 53 kabupaten/kota di sejumlah provinsi di Indonesia.
Jumlah daerah zona merah atau daerah dengan risiko tinggi penularan Covid-19 naik dari 6,81 persen menjadi 10,31 persen. Zona merah ini sebelumnya hanya ada di 35 kabupaten/kota, tetapi kini menjadi 53 kabupaten/kota di sejumlah provinsi di Indonesia.
Daerah dengan risiko penularan sedang atau zona oranye juga naik, dari 169 kabupaten/kota menjadi 185 kabupaten/kota. Apabila dipersentasikan, saat ini 35,99 persen kabupaten/kota menjadi zona oranye dari sebelumnya sekitar 32,8 persen daerah.
”Ini bukan kabar yang menggembirakan, melainkan perlu perhatian kita bersama,” tuturnya.
Apalagi, menurut Wiku, ada 14 kabupaten/kota yang statusnya sebagai zona merah penularan Covid-19 tak berubah hingga tiga pekan berturut-turut. Daerah itu di antaranya Kota Jakarta Barat dan Jakarta Pusat di Provinsi DKI Jakarta, Kota Semarang (Jawa Tengah), Kota Surabaya dan Gresik (Jawa Timur), Banjar, Banjar Baru, Banjarmasin, Tabalong, dan Tanah Laut (Kalimantan Selatan), Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat), Jayapura (Papua), serta Medan dan Deli Serdang (Sumatera Utara).
Penambahan daerah dengan risiko penularan sedang hingga tinggi itu seiring dengan terus bertambahnya kasus positif Covid-19. Hingga Senin, jumlah kasus kumulatif positif Covid-19 mencapai 100.303. Jumlah kasus harian pun masih tinggi seperti pada hari Senin yang mencapai 1.525 kasus positif baru. Meskipun jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh juga tergolong tinggi, yakni 1.518 orang pada Senin, terus bertambahnya kasus baru tetap mengkhawatirkan.
”Hari ini Indonesia mencapai angka yang secara psikologis cukup berarti, yaitu 100.000. Ini mengingatkan kita semua bahwa Indonesia masih dalam kondisi krisis,” kata Wiku.
Hingga Senin, jumlah kasus kumulatif positif Covid-19 mencapai 100.303. Jumlah kasus harian pun masih tinggi seperti pada hari Senin, mencapai 1.525 kasus positif baru.
Jika membandingkan kasus positif Covid-19 per 1 juta penduduk, sebenarnya posisi Indonesia berada di urutan ke-142 dari 215 negara dunia yang terkena pandemi. Sementara jika disandingkan dengan negara-negara di Asia, Indonesia berada di urutan ke-28 dari 49 negara.
Namun, menurut Wiku, kondisi itu tidak serta-merta menunjukkan bahwa Indonesia sudah aman dari Covid-19. Indonesia masih belum berhasil keluar dari krisis kesehatan sehingga semua pihak diminta untuk tidak lengah dalam menghadapi pandemi.
Kerumuman
Berdasarkan data dan analisis Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kerumuman menjadi penyumbang terus bertambahnya kasus positif baru. ”Kluster penyumbang kasus di Indonesia, prinsipnya, terkait dengan kerumunan,” ujar Wiku.
Kluster penyumbang kasus di Indonesia, prinsipnya, terkait dengan kerumunan.
Pusat-pusat kegiatan masyarakat, seperti pasar dan tempat pelelangan ikan, menjadi salah satu kluster penyumbang kenaikan kasus Covid-19. Begitu pula fasilitas kesehatan yang saat ini menjadi sumber penularan tinggi Covid-19. Gedung-gedung perkantoran juga menjadi salah satu penyumbang peningkatan kasus positif.
Lembaga pendidikan berbasis asrama, seperti pesantren, juga saat ini menjadi kluster penularan baru. Demikian pula tempat ibadah, pusat perbelanjaan modern, serta acara seminar dan semacamnya.
Oleh karena itu, Wiku meminta Satgas Penanganan Covid-19 di daerah betul-betul melakukan pengawasan dan evaluasi. Jika ada peningkatan kasus, berarti ada persoalan dalam pelaksanaan program penanganan dan pengendalian Covid-19.
Namun, hal yang paling penting untuk mencegah penularan Covid-19 adalah perubahan perilaku masyarakat. Seharusnya masyarakat disiplin, tidak lengah menjalankan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Masyarakat juga diharapkan bergotong royong, mengingatkan satu sama lain agar tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Seharusnya masyarakat disiplin, tidak lengah menjalankan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Secara terpisah, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo menyampaikan pentingnya pengembangan vaksin di dalam negeri melihat terus bertambahnya kasus positif Covid-19. Pemerintah perlu memberikan bantuan pendanaan kepada lembaga penelitian dan pengembangan untuk meneliti serta mengembangkan vaksin Covid-19.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan turut berpartisipasi membantu pemerintah mengupayakan penemuan vaksin Covid-19. Sebab, semakin cepat vaksin ditemukan, semakin cepat pula pandemi dikendalikan. Jika kasus Covid-19 berhasil ditekan, aktivitas ekonomi masyarakat juga bisa kembali normal.