Impor 50.000 Reagen Tiba di Indonesia, Tes PCR Covid-19 Ditargetkan Capai 10.000 Spesimen Per Hari
Tes PCR (polymerase chain reaction) dengan swab atau usap tenggorokan dapat mendeteksi Covid-19 lebih akurat. Namun, proses ini memerlukan reagen. Pemerintah baru saja mendatangkan bahan itu dari Korea Selatan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Untuk mempercepat penanganan penyakit Covid-19 yang disebabkan virus korona baru, pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 berupaya untuk meningkatkan kapasitas tes PCR atau polymerase chain reaction di Indonesia. Langkah positif didapat setelah reagent atau bahan penting untuk tes, yaitu reagen, sebanyak 50.000 bahan tiba di Indonesia dari Korea Selatan, Minggu (19/4/2020).
”Saya berterima kasih kepada Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi, dan Direktur Utama Garuda Indonesia yang telah membantu mendatangkan bahan tes PCR ini dari Korea Selatan. Kita bersyukur dalam waktu kurang dari 24 jam, kita bisa mendapatkan 50.000 tes PCR hari ini,” ujar Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam siaran pers yang diterima Kompas, Minggu malam.
Doni mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan Gugus Tugas Covid-19 agar bisa melakukan tes PCR 10.000 spesimen per hari. Pemerintah pun sudah menetapkan 19 laboratorium menjadi tempat untuk uji tes PCR tersebut. Namun, pemeriksaan itu terkendala oleh keterbatasan reagen untuk ekstraksi RNA menjadi DNA guna mendeteksi virus korona baru dari sampel cairan yang ada.
Situasi kian pelik karena ketersediaan reagen tersebut pun amat terbatas di dunia. Saat ini, bahan untuk tes PCR itu banyak diproduksi China dan Korea Selatan. Namun, produk itu jadi rebutan oleh semua negara dunia yang juga sedang gencar ingin melakukan tes PCR di negaranya masing-masing.
Untuk itu, perjuangan Indonesia untuk mendatangkan reagen tersebut dari Korea Selatan dianggap dramatis. ”Keputusan harus cepat diambil karena bahan kimia untuk pemeriksaan covid-19 ini diincar oleh negara lain. Persoalan lain, cara membawa bahan kimia ini memerlukan penanganan khusus karena memerlukan suhu udara minus 20 derajat celcius dan berat keseluruhan mencapai 500 kg,” kata Doni.
Kekurangan reagent menjadi masalah belakangan ini, terutama ketika pemerintah berusaha mempercepat tes massal untuk mendeteksi Covid-19, tetapi proses tes PCR melalui pengambilan swab (usap tenggorokan) tidak bisa dilakukan tanpa reagent. Beberapa laboratorium sempat mengurangi jumlah, bahkan menghentikan tes PCR akibat sudah kehabisan reagen.
Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), misalnya, sempat berhenti melakukan tes PCR karena ketiadaan reagen tersebut pada awal April lalu. Ketua Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Fera Ibrahim ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa (14/4/2020), mengatakan, reagen sempat tidak ada sehingga laboratorium mereka tidak bisa melakukan tes PCR.
”Kami menyesuaikan kemampuan sesuai dengan reagen yang ada,” kata Fera waktu itu.
Hal serupa diungkapkan Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman Herawati Sudoyo. Menurut informasi yang dia terima, reagennya sempat tertahan masuk ke Indonesia karena transportasi untuk mengangkut reagen itu dari luar negeri ke Tanah Air terbatas. "Seluruh dunia sedang membutuhkan reagen untuk melakukan tes PCR. Jadi, antarnegara juga bersaing untuk mendapatkan reagen itu ke negaranya,” katanta waktu itu.
Jika tak ada reagen, deteksi Covid-19 dengan tes PCR tidak bisa dilakukan. Tes PCR dengan reagen itu adalah metode yang paling direkomendasikan untuk mendeteksi seseorang positif atau negatif Covid-19.
Doni Munaro mengungkapkan, Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid-19 bersyukur mendapat dukungan Dubes Indonesia untuk Korea Selatan yang langsung menugaskan seorang stafnya untuk mengawal barang sampai ke Indonesia. Dirut Garuda Indonesia pun dengan sigap menyediakan kargo untuk menampung barang seberat 500 kg. Sementara itu, Dirjen Bea dan Cukai membantu pengeluaran barang di Bandara Soekarno-Hatta.
Doni berharap, dalam sepekan ke depan, Indonesia bisa kembali mendapatkan tambahan bahan baku tes PCR lagi, yakni sekitar 495.000 bahan. Dengan jumlah itu, Indonesia bisa lebih cepat memetakan warga yang terpapar Covid-19. Dengan peta yang lebih luas dan akurat, semu pihak bisa bekerja sama untuk memutus mata rantai penularan virus korona baru.
Presiden Jokowi minta fokus tes PCR utamanya kepada tenaga kesehatan, yakni dokter dan perawat yang menangani pasien Covid-19, serta keluarga para tenaga kesehatan tersebut. ”Presiden minta agar para tenaga medis dan keluarganya bisa dipastikan kondisinya. Presiden tidak mau para tenaga medis menjadi korban. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan terhadap warga yang pernah kontak dengan orang-orang positif Covid-19,” pungkas Doni.