Tanggap Darurat Wabah Penyakit Zoonosis Harus Disiapkan
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Indonesia sangat rentan terhadap zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Zoonosis dapat mewabah kapan saja menjadi kejadian luar biasa. Harus ada prosedur operasi standar apabila ada penyakit zoonosis yang mewabah.
”Bila terjadi bencana wabah penyakit zoonosis, kita harus tahu langkah tanggap darurat apa yang harus diambil. Kita harus bisa memperkirakan kapan wabah itu menyebar sekaligus bisa memutus penyebarannya,” kata Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Naalih Kelsum di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/7/2018).
Naalih menyampaikan hal tersebut pada acara Simulasi Respons Darurat Penyakit Hewan Zoonosis dan Mekanisme Koordinasi Sektoral dengan Pendekatan One Health. Simulasi itu diselenggarakan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bersama Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) serta Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT).
Naalih mengatakan, simulasi tersebut sangat penting agar semua pemangku kepentingan, mulai dari daerah hingga pusat, baik pemerintah maupun masyarakat, mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat terjadi KLB penyakit zoonosis. Selama ini, belum ada prosedur untuk menghadapi wabah tersebut.
”Dalam konsep kedaruratan bencana, kita harus tahu bagaimana kita menghadapi dan mencegah penyakit yang diperkirakan dapat menjadi KLB. Lalu apa yang harus dikerjakan jika terjadi KLB dan setelah terjadi KLB,” kata Naalih.
Misalnya, jika ada wabah flu burung di Kabupaten Karo, Sumut, harus tahu kapan wabah itu menyebar ke Medan, ke luar Sumut, dan ke luar negeri. Semua pemangku kepentingan juga harus mengetahui apa yang harus dilakukan dalam upaya menghentikan penyebarannya.
Naalih mengatakan, pada tahun 2003, Indonesia panik menghadapi wabah flu burung. Tidak ada konsep penanganan yang sistematis ketika itu. Virus flu burung yang awalnya menyerang unggas pun terjangkit ke manusia. Kita tidak punya konsep penanganan sistematis sehingga 80 persen manusia yang terjangkit flu burung meninggal.
”Ada banyak sekali penyakit yang bersumber dari binatang. Ada sindrom pernapasan di Timur Tengah (mers) dan wabah zika di Brasil. Sebetulnya, apakah dunia ini siap jika suatu saat terjadi ledakan wabah,” ujarnya.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia menyatakan, dalam konsep penanganan penyakit zoonosis, harus diperhatikan kesehatan manusia, kesehatan satwa, dan kesehatan lingkungan dalam satu konsep kesehatan (one health). ”Pertukaran manusia atau satwa saat ini sudah sangat cepat karena teknologi transportasi yang terus meningkat. Ini harus dibarengi dengan kehati-hatian,” katanya.
Wakil Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Medan, Jessica Panchatha, mengatakan, melalui simulasi itu, mereka berharap pemangku kepentingan di daerah bisa mendeteksi dan merespons penyakit zoonosis secara lebih sistematis dan terencana. Ia meminta agar pedoman one health bisa diadopsi di Indonesia. Panchata mengatakan, Pemerintah AS memberikan dana 2 juta dollar AS-4 juta dollar AS per tahun kepada Indonesia untuk pencegahan dan penanganan penyakit zoonosis.