Kepedihan atas Tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, menyisakan pesan, siapa pun yang datang ke stadion harus terjamin keamanan dan keselamatannya.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
Muhammad Abdul Rochim (54) masih terpukul atas kejadian yang menimpa putri sulungnya, Novita Putri (19), pascatragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Ia enggan membahas soal pertandingan Arema FC melawan Persebaya yang berakhir tragis tersebut.
Abdul menanti kesembuhan Novita, yang pada Senin (21/11/2022) diizinkan meninggalkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar, Kota Malang.
Sebelumnya, Novita terbaring lemah di ruang ICU RSUD Saiful Anwar. Ia harus menggunakan ventilator supaya bisa bertahan hidup. "Seratus persen energi saya untuk menunggu kesembuhan anak saya saja sekarang," kata Abdul, Selasa (1/11).
Dokter Wiwi Jaya, konsultan ICU RSUD Saiful Anwar, menyebutkan, ada nanah dan infeksi di paru-paru Novita sejak ia dirawat pada 1 Oktober lalu. Wiwi tidak bisa menyimpulkan penyebab infeksi paru-paru itu.
Novita kembali ke tengah keluarganya dalam kondisi tidak sebugar sebelumnya. Keluarga mengenalnya sebagai sosok yang mencintai sepak bola. Ia sering menonton pertandingan Arema FC di stadion, khususnya ketika laga besar seperti awal Oktober lalu. Sehari-hari, Abdul menjual suvenir Arema untuk menyambung hidup. Ia tidak bisa fokus mencari nafkah karena harus mendampingi anaknya.
Sama halnya dengan Novita, Vicky Hermansyah (20), pemuda asal Sidoarjo, Jawa Timur, meregang luka setelah tragedi. Vicky ditemukan tidak berdaya di stadion lalu dirawat di RSUD Kanjuruhan.
Novita kembali ke tengah keluarganya dalam kondisi tidak sebugar sebelumnya. Keluarga mengenalnya sebagai sosok yang mencintai sepak bola. Ia sering menonton pertandingan Arema FC di stadion, khususnya ketika laga besar seperti awal Oktober lalu
Di rumah sakit itu, ia sempat koma dan dirawat di ruang ICU selama hampir sebulan. Direktur Utama RSUD Kanjuruhan Bobi Prabowo menyebut kondisi Vicky paling parah di antara pasien lain.
"Vicky dibawa suporter dengan trauma di kepala dan tidak sadarkan diri ketika itu. Ia pun sempat menggunakan ventilator selama seminggu di ruang ICU," kata Bobi. Saraf otak Vicky terganggu akibat tragedi ini. Selama menjalani perawatan di rumah sakit, ia menggunakan kursi roda.
Pihak rumah sakit mengizinkan Vicky pulang, Rabu (2/11), ke keluarganya di Kelurahan Kesambi, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Meski sudah di tengah keluarga, kondisi Vicky masih lemah. Ia harus menjalani perawatan dokter untuk memastikan kondisinya tetap baik.
Bantuan kemanusiaan
Selain mereka yang berjuang agar kembali pulih, ratusan keluarga masih berduka. Sebagian suporter tergerak meringankan duka dengan memberi bantuan, salah satunya Yuli Sumpil, pentolan suporter Arema FC. Yuli dan teman-temannya berkeliling ke sejumlah daerah di Jawa Timur, membantu korban Tragedi Kanjuruhan, salah satunya keluarga suporter Persebaya yang ikut meninggal di stadion.
Yuli meminta maaf kepada keluarga korban atas meninggalnya suporter Persebaya ini. Kami mohon jangan dipandang nilai bantuan yang diberikannya. "Anggap saja sebagai bentuk belasungkawa dan rasa kemanusiaan kami kepada sesama suporter," katanya.
Belajar dari tragedi ini, Yuli menginginkan agar manajemen klub tidak hanya mengejar keuntungan semata. Perlu ada pembenahan agar pertandingan berjalan semestinya. "Kadang saya sedih kalau melihat kondisi Stadion Kanjuruhan yang melebihi kapasitas. Padahal, Arema ini suporternya sangat banyak dan Arema ini yang menyatukan warga Malang," katanya.
Gerakan sosial juga dilakukan Tely, warga Kota Malang yang berkeliling menyalurkan bantuan ke keluarga korban tragedi. Tely menyalurkan donasi dari berbagai pihak yang menitipkan uang secara pribadi kepadanya. "Ada yang kasih uang Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Donasi dibagikan ke keluarga korban, khususnya bagi mereka yang sampai saat ini masih menanggung sendiri biaya pengobatan," ujarnya.
Sebagian korban yang ditemui menjadi anak-anak yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal di stadion. "Kami tidak tahu siapa yang bisa menjamin masa depan anak ini setelah ditinggal orangtuanya. Kami membantu semampunya demi solidaritas antarsesama," katanya.
Agar tragedi tidak terulang, Yusti Thole (31), salah satu suporter Arema FC, mendesak ada perbaikan pelaksanaan pertandingan. Jika tidak, dia tak akan menonton lagi pertandingan di stadion. "Saya melihat banyak korban meninggal di tribune selatan yang usianya masih muda dan sepertinya baru pertama kali nonton di stadion," tuturnya.
Sama halnya Yusti, Agis (19), penonton di tribune selatan Stadion Kanjuruhan ini, menginginkan jaminan keamanan dan keselamatan suporter selama laga. Ketika pertandingan Arema FC melawan Persebaya, penonton banyak yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk, ujarnya.
Agis merasa tidak aman dan nyaman dengan kondisi seperti itu. Untuk mengendalikan massa agar lebih mudah, menurut dia, perlu adanya pembatasan jumlah tiket sesuai kapasitas stadion. Tidak perlu banyak penontonnya yang penting keselamatan kami bisa terjamin, ujarnya.
Jangan sampai penonton yang datang ke stadion tidak bisa pulang ke keluarganya lagi.